Part 21 - Khawatir

1.7K 275 17
                                    

     Andin, Azka, dan Lea sudah pulang dari taman. Mereka hanya menghabiskan waktu sekitar 30 menit saja karena Azka yang sudah mulai mengantuk dan cuaca yang sudah mulai panas.

Lea sudah tidur siang di kamarnya, setelah mandi ditemani Mirna. Andin juga sudah selesai membersihkan diri, setelah dia menidurkan Azka. Ia melihat handphone nya, namun nihil tidak ada notifikasi apapun dari suaminya itu.

'Mas Al kok nggak ngasih kabar apapun ke aku sih, ini udah setengah hari loh. Harusnya kan sabtu-sabtu begini dipakai buat quality time.' gerutu Andin.
'Apa aku telfon aja ya? Eh jangan deng, nanti ganggu Mas Al kerja lagi.'

'Mending sekarang aku tidur aja deh, mumpung Azka juga lagi tidur. Pegel juga ini kaki, lama nggak dipake jalan sekalinya keliling komplek doang kerasa pegelnya.' lanjutnya sambil merebahkan diri.

• KAMAR AL & ANDIN
Pukul 15.00 WIB
Azka sudah terbangun dari tidurnya diiringi dengan tangisannya. Mendengar tangisan anaknya, Andin langsung bangun dan bergegas menenangkan anaknya itu.

'Sayang udah bangun, maaf ya nak mama telat bangunnya.' ucap Andin sambil membawa Azka dalam pelukannya.
'Haus ya nak, sini mimi dulu habis itu kita mandi ya.'

'Tumben banget sih nak, hari ini kamu agak rewel. Apa Azka kangen sama Mas Al ya?'
'Bahkan sampai sekarang Mas Al belum ngabarin aku. Kamu kemana sih mas?' gumam Andin.

BANDUNG, JAWA BARAT
Pukul 16.30 WIB
Aldebaran dan Rendy sudah sampai di lokasi proyek. Benar saja keadaan di proyek itu sedang tidak kondusif, banyak warga berkumpul di proyek itu.

Ada beberapa warga yang membawa poster untuk menyuarakan pendapat mereka tentang proyek ini. Menurut warga sekitar, patokan tanah proyek Aldebaran kali ini melebihi surat perjanjian. Dengan berlari, Aldebaran dan Rendy menghampiri kerumunan tersebut.

'Permisi, maaf ini ada apa ya kok ramai-ramai?' tanya Aldebaran.
'Ini pak, patokan proyek bapak melebihi surat perjanjian.'

'Kenapa bisa begini pak?' tanya Aldebaran kepada Andre pimpinan kontraktor tersebut.'

'Sebelumnya saya minta maaf pak, saya mendapat laporan dari salah karyawan, bahwa ada karyawan saya yang melakukan keteledoran dalam meletakkan patokan tanah pak. Tapi bapak tenang saja, saya sudah memecat karyawan itu pak.' ucap Andre gemetar.

'Apakah dengan memecat karyawan, anda bisa membayar resiko yang saya terima?!' ucap Aldebaran tegas.
'Maaf pak, sekali lagi saya minta maaf.'

'Kalau saja saya tau kinerja karyawan anda dari awal, saya tidak akan mau bekerja sama dengan anda!'
'Maaf pak, sekali lagi saya minta maaf.' ucap Andre yang masih menundukkan kepalanya.

Rendy yang melihat kemarahan bos nya itu hanya bisa terdiam menunduk.

'Kalau begitu saya boleh minta tolong sama bapak untuk antarkan saya ke pemilik tanah ini?' pinta Aldebaran kepada salah satu warga disana.
'Baik pak, kalau begitu mari ikut saya.' ucapnya menyetujui.

'Ayo Ren, kamu ikut saya.'
'Baik pak.'

'Dan anda Pak Andre, saya harap ini kesalahan terakhir yang dilakukan karyawan anda. Jika terjadi kesalahan lagi, ini akan menjadi kerjasama pertama dan terakhir kita!' ucap Aldebaran tegas.
'Baik Pak Al.' balas Andre sambil menunduk.

~~~~~

Saat ini keluarga Alfahri sudah siap untuk makan malam. Namun suasana di meja makan terasa berbeda karena tidak ada Aldebaran. Walaupun kaku, namun Aldebaran bisa membuat suasana menjadi ramai saat dijadikan bahan olokan papa dan adiknya.

Bersenyawa 2 -Aldebaran & Andin-Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang