Part 43 - Rela

1.5K 245 20
                                    

     Hari demi hari Aldebaran dan Andin jalani dengan penuh keterpurukan. Jiwa mereka masing-masing seolah hilang dan tidak ada alasan lagi untuk menjalani hidup. Lea memang bukan anak kandung mereka, tapi ikatan mereka begitu kuat dan erat satu sama lain.

Mulai hari ini Aldebaran akhirnya kembali bekerja. Setelah menjalani hari hanya dengan penyesalan, ia memutuskan untuk mulai bekerja lagi agar tidak terus bersedih.

Sama halnya dengan Andin, ia pun kembali menjalankan rutinitasnya seperti biasa dan perlahan mencoba untuk bangkit dari keterpurukan itu. Setiap kali ia berusaha melupakan Lea, justru isi pikirannya itu membawanya ke dalam memori indah bersama putrinya.

• KAMAR AL & ANDIN
Pukul 08.00 WIB
'Loh Azka mana ndin?' ucap Al yang baru keluar dari kamar mandi.
'Tadi dibawa duluan sama mama buat nemenin sarapan katanya.'
'Oh gitu.'

'Oiya ndin, saya sarapan di kantor aja ya.'
'Loh kenapa mas? Kamu nggak mau sarapan di rumah aja?'
'Udah nggak apa-apa ndin, takut terlambat juga.'
'Ya udah, tapi janji ya harus sarapan.'
'Iya Andin.'

'Kamu yakin mau mulai kerja lagi mas?' ucap Andin sambil merapikan kemeja suaminya.
'Iya ndin, saya harus cari kesibukan biar nggak kepikiran Lea terus.'

'Mas, aku tau ini berat banget buat kamu bahkan buat aku sendiri. Tapi mas, sekeras apapun kita berusaha untuk melupakan Lea, memori itu justru bakal bawa kita untuk keingat sama Lea dan itu akan terasa sangat menyakitkan. Jadi jangan siksa diri kamu sendiri ya untuk lupain segala hal tentang Lea, karena memori itu nggak akan pernah hilang sampai kapanpun mas.'

Al menatap Andin sendu.

'Aku jadi inget, dulu Lea pernah bilang sama aku, kalau dia nggak suka liat orang yang dia sayangi itu nangis apalagi karena dia. Itu juga yang buat aku terlihat lebih kuat setiap harinya meskipun hati aku masih terasa sangat sakit.'

'Dulu kita pernah kehilangan mas, kehilangan seorang anak yang sangat kita nantikan, tapi Allah ganti itu semua dengan mengirimkan seorang puteri kecil yang manis. Meskipun sekarang puteri kecil itu udah pergi, tapi aku yakin Allah pilih kita karena Allah tau kita kuat dan bisa lewatin ini semua mas.'

Aldebaran memeluk Andin erat.

'Makasih ya ndin, makasih kamu selalu ada untuk saya, di setiap musim kehidupan saya.'
'Terimakasih juga ya mas, kamu udah jadi alasan aku untuk tetap bertahan sejauh ini.'

Aldebaran melepas pelukannya.

'Udah sekarang saya berangkat ya, kasian Rendy nunggu kelamaan di bawah.'
'Iya mas, hati-hati ya, bilang Rendy jangan ngebut.'
'Iya, assalamualaikum.'
'Waalaikumsalam.'

Kini hanya tersisa Andin di kamar itu. Kensunyian semakin membuat ia merasakan kehilangan dan kesepian.

Ia berjalan ke arah meja riasnya dan mengambil sebuah pigura kecil berisi foto Lea serta dirinya, kemudian duduk di tepi ranjangnya.

Ia berjalan ke arah meja riasnya dan mengambil sebuah pigura kecil berisi foto Lea serta dirinya, kemudian duduk di tepi ranjangnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Bersenyawa 2 -Aldebaran & Andin-Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang