Setelah menunggu cukup lama di ruang tunggu IGD, seorang dengan almamater berwarna putih dan stetoskop yang menggantung di lehernya keluar dari ruangan tersebut. Ia tampak tak sumringah. Semua yang menunggu pun tampak cemas.
Baik Aldebaran maupun Andin berubah raut. Wajah mereka semakin panik. Putri semata wayangnya tiba-tiba jatuh pingsan tanpa sebab. Kali ini dia berdoa dan memohon, semoga bukan hal buruk akan yang terjadi.
'Jadi gimana keadaan anak saya dok?' tanya Al cemas bukan main. Wajahnya berkeringat penuh, tanda dia khawatir memikiran kondisi Azalea, putrinya.
Dokter itu menghembuskan nafas kasar, suasana pun bertambah mencekam.
'Maaf pak, berdasarkan tes darah yang telah kami lakukan, putri bapak mengalami kelainan pada sel darah putihnya, putri bapak memiliki sel darah putih yang lebih banyak dibandingkan keadaan normalnya. Kondisinya semakin kritis, suhu tubuhnya tinggi namun tekanan darahnya rendah.' ujar dokter Ivan yang seolah menjadi sambaran petir di siang bolong.
Andin terjatuh, tubuhnya tak kuat menopang dikala sang dokter mengucapkan fakta tersebut. Wanita itu refleks menutup mulutnya, seolah tidak menyangka.
'Tolong dok, lakukan yang terbaik untuk putri saya. Berapa pun biayanya saya nggak peduli, asal putri saya bisa sembuh.' pinta Andin tak berdaya.
Al di sampingnya kini memeluk istrinya, memberi suplaian semangat.
'Saya beserta tim medis akan melakukan yang terbaik untuk Azalea. Guna memastikan apa penyakitnya, apakah bapak bersedia jika Azalea menjalankan tes tulang sumsum belakang?' ungkap si Dokter.
Al gemetar hebat, pemeriksaan yang dikatakan dokter Ivan memang bukan hal biasa. Efeknya akan berdampak besar serta beresiko tinggi, terlebih pada anak seusia Azalea.
'Tolong lakukan apapun yang terbaik untuk putri saya dok..'
Dokter Ivan mengangguk.
'Baik, tiga puluh menit lagi saya akan melakukan tes tersebut. Dimohon bapak dan ibu bersabar menunggu.'
Selepasnya, Dokter masuk kembali ke ruangan.
Mereka hanya bisa pasrah sembari berdoa. Andin yang notabene nya seorang ibu tak kuat menahan isak tangisnya. Sedangkan Al menepuk halus punggung Andin, menguatkan istri tercinta.
Musibah kali ini benar-benar mengejutkan sepasang suami istri itu. Azalea yang selama ini tumbuh dengan baik, sama sekali tak membuat mereka cemas. Putri kecil itu tumbuh layaknya bocah seumurannya. Azalea yang periang dan jarang mengeluh tiba-tiba saja masuk IGD. Ditambah lagi Lea mengalami kelainan sel darah putih. Bukankah itu membuatnya syok berat?
'Mas, gimana kalau Lea kenapa-napa, hiks.' Andin yang tak kuat lagi.
'Jangan ngomong gitu, kita tau Lea bakal baik-baik aja.' balas Al tak mau terlihat lemah di hadapan Andin. Jika ia terlihat lemah, siapakah yang akan memberi kekuatan pada Andin.Kedua pasutri yang tampak murung itu sukses membuat Mama Rossa, Mirna yang sedang menggendong Azka langsung berburu-buru lari menghampiri mereka. Mama Rossa, Mirna serta Azka tadi sedang berada di kantin rumah sakit, mengantar Azka yang katanya lapar.
Dengan wajah khas orang khawatir, Mama Rossa bertanya.
'Al, gimana keadaan Lea?' tanya si Mama.Harus dengan berat hati Al menjawab, 'Lea kena kelainan sel darah putih mah..' kata Al melemah.
Andin di sampingnya tak henti menangis, Mirna pun datang untuk menenangkan. Mirna juga tak kalah kaget ketika mengetahui keadaan Lea.
'Astaghfirullah, terus gimana sekarang keadaannya?'
'Baru dilakukan pemeriksaan lebih lanjut.'
KAMU SEDANG MEMBACA
Bersenyawa 2 -Aldebaran & Andin-
Ficción General"Ketika hidup memiliki ribuan alasan untuk menangis, aku memiliki satu alasan untuk tetap bertahan dan tersenyum, yaitu kamu. Terimakasih, kamu." *** Merupakan kelanjutan dari cerita 'Bersenyawa' yang berakhir cukup memilukan. Namun setelah hujan le...