Chapter 17

3.8K 218 10
                                    

Denada membuka matanya perlahan, mengejap pelan beberapa kali, lalu kembali menutup kelopak matanya saat cahaya matahari menyapu matanya. Denada kembali membuka matanya, mencoba menyesuaikan matanya dengan cahaya lembut matahari yang masuk lewat tirai jendela.

"Shhh...." Denada berdesis saat mencoba bangkit, tubuhnya terasa remuk dan nyeri, nyaris di sekujur tubuhnya.

"Morning, my girl." Kevlar mengecup lembut kening Denada "Feel better?"

"Hm, apa ini?" Denada bertanya dengan suara serak, ia mengangkat tangan kirinya dan melihat jarum infus melekat di punggung tangannya.

"I'm really sorry girl. Sorry." Kevlar bergumam dengan wajah penuh penyesalan "Kau pingsan semalam saat...." Kevlar menarik nafas panjang dan menatap Denada, menggantung kalimatnya.

"Ahhh... " Denada kembali mendesis kecil menahan nyeri, memutar tubuhnya menghadap Kevlar.

Ternyata aku benar benar pingsan, luar biasa sekali

"Mana yang sakit? Kau masih butuh dokter?" Kevlar memegang jemari Denada dengan tatapan cemas.

"I'm okay, Kei. Aku hanya butuh istirahat." Denada memaksakan dirinya tersenyum, walaupun sejujurnya ia masih merasakan nyeri di area intimnya.

Pria besarku terlalu brutal dan liar

Ting tong

"Wait...." Kevlar bangkit dan segera keluar dari kamar, dan selang beberapa saat kembali bersama seorang wanita berpakaian perawat.

"Aku harus ke kantor, ada meeting yang tidak bisa kutinggalkan. Aku akan kembali setelah jam makan siang. Kirana yang akan menjagamu sampai aku kembali." Kevlar memperkenalkan perawat yang berdiri di sampingnya.

"Kurasa aku tidak butuh perawat, aku hanya butuh tidur saja." Denada menggeleng, mencoba menolak, tampak tidak nyaman dengan kehadiran orang asing.

Hei siapa yang gak berasa aneh, jika terkapar after sex dan harus ditemani perawat? Oh gosh.

"Pliss girl, jangan menolak, setidaknya ada yang membantumu melepas infus saat habis dan ada yang menyiapkan sarapan dan makan siangmu." Kevlar mengusap lembut pipi Denada.

"Baiklah...." Denada mengangguk saat menyadari bahwa ia tidak bisa melepas infus sendirian, ia tidak punya latar belakang medis.

"Good girl, aku akan naik ke unitku untuk mandi dan kembali ke sini sebelum ke kantor." Kevlar bangkit

"I'm okay, Kei." Denada bergumam lirih.

"Istirahatlah, okay?" Kevlar merapikan selimut Denada, mengecup lembut kening Denada dan berjalan keluar dari kamar.

Denada menghela nafas panjang sambil mengawasi Kirana yang sedang memeriksa cairan infus.

"Infusnya akan saya lepas 30 menitan lagi, mba. Sementara ini, saya siapkan sarapannya dulu ya." Kirana mengangguk pamit dan keluar dari kamar.

Denada menatap tangannya yang terpasang jarum infus. Ingatannya melayang pada keliaran dan kebrutalan Kevlar. Brutal mungkin kata yang cocok buat menggambarkan sisi lain Kevlar saat sedang di kamar. Di luar itu, Kevlar tampak lembut dan sangat perhatian.

DESTINY (TAMAT) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang