Kevlar membuka pintu ruang rawat dengan nafas terengah engah. Pandangannya mengarah pada brankar yang tertutup oleh beberapa sosok tubuh yang sedang bercakap cakap dengan suara ringan.
"Kei...." Karenina yang menyadari kehadiran Kevlar melambaikan tangannya dan menggeser tubuhnya dari sisi brankar.
"Kei...."
Tubuh Kevlar menegang saat mendengar suara lirih yang sangat ia rindukan. Matanya menatap wajah Denada yang juga sedang menatapnya. Kevlar dengan cepat melangkah mendekati brankar.
"Dia sadar 40 menitan yang lalu." Karenina tersenyum samar, berdiri dan menepuk pundak besar Kevlar "Jangan membuatnya terlalu lelah." Karenina tersenyum dan memberi kode dengan gerakan kepalanya pada yang lain agar meninggalkan ruangan.
Flashback on
Denada membuka matanya perlahan dan melihat cahaya terang di ujung lorong. Denada melangkahkan kaki mengikuti arah cahaya itu ketika sebuah sentuhan di bahunya, membuatnya menghentikan langkah kakinya.
"Nada...."
"Mama?" Denada tertegun, menatap Sena yang berdiri di sampingnya. Denada memutar tubuhnya dan memeluk erat Sena dengan rasa rindu yang membuncah.
"Kau baik baik saja dan akan baik baik saja." Sena mengusap rambut Denada dengan lembut.
"Aku kangen banget sama mama."
"Aku tau sayang. Tapi saat ini kau harus kembali. Tempatmu bukan di sini...."
"Maa...." Denada menggeleng pelan.
"Kembalilah sayang. Masih ada seseorang yang menunggumu untuk bahagia bersama." Sena mendorong tubuh Denada menjauh.
Denada mencoba menggapai tangan Sena tapi jarak yang memisahkan mereka semakin jauh. Denada merasa seolah tersedot ke dalam pusaran cahaya yang menyilaukan yang memaksanya menutup matanya.
Denada perlahan membuka matanya kembali. Matanya mengejap mencoba beradaptasi dengan silaunya cahaya. Hidungnya mencium aroma obat yang cukup kuat.
Tunggu aroma obat?
Denada mengerang pelan, merasakan nyeri di sekujur tubuhnya.
"Nada? Kamu sudah sadar?" suara Jovita terdengar memekik keras.
"Panggilkan dokter, segera!" Karenina berteriak sambil meraih ponsel dari tas jinjingnya untuk menghubungi Kevlar.
KAMU SEDANG MEMBACA
DESTINY (TAMAT)
RomanceSometimes it takes sadness to know happiness But never let the sadness of your past and the fear of your future ruin the happiness of your present Bagaimana jika dua insan dengan masa lalu kelam dan menyedihkan bertemu? Denada Parmadita, gadis yang...