"Ya... Sejujurnya...." Denada bergumam lirih.Kevlar menatap Denada dengan tatapan tidak percaya.
Tunggu apa yang tadi dikatakan gadis kecilnya? Ia tidak layak untuknya? Really?
"Tapi tetap saja kau adalah pria tampan most wanted." Denada mengulas senyum samar, mengusap lembut pipi Kevlar "Aku terlanjur menyukaimu. Dan rasanya rugi melepasmu, di saat banyak wanita menginginkanmu." Denada terkekeh kecil, tersenyum usil.
"Don't ever try to leave me, girl." Kevlar mengecup pelan kening Denada, suaranya terdengar tegas namun lembut
"Kurasa tidak akan, apalagi setelah perjuanganmu dan Ken untuk menemukan pelaku di balik penyeranganku, tapi entahlah, kecuali dirimu yang bosan dengan diriku." Denada mendesah lirih.
"I won't." Kevlar menggeleng tegas.
"Kei...." Gerald membuka pintu ruangan, berdiri di dekat pintu.
"Wait, girl." Kevlar bangkit dan berjalan menghampiri Gerald "Ada apa?"
Denada menatap kedua pria itu yang tampak berbicara dengan raut wajah serius. Denada tidak bisa mendengar apa yang mereka bicarakan, karena suara mereka terlalu kecil.
Kevlar menghela nafas, memutar tubuhnya menatap Denada.
"Girl, di luar ada yang ingin bertemu denganmu. Mereka sudah dua kali berkunjung, tapi saat itu, kau masih dalam keadaan belum sadar." Kevlar bergumam pelan, melangkah mendekati brankar Denada.
"Siapa?" Denada menatap Kevlar, tampak penasaran.
"Keluarga besar Hadrian."
Hening
"Jika kau belum siap, aku bisa meminta mereka untuk pulang " Kevlar meraih jemari Denada, menggenggamnya dengan lembut.
"Aku tidak bisa terus berlari dari kenyataan." Denada membalas genggaman Kevlar "Temani aku ya?"
Kevlar mengulas senyum lembut, mengangguk pada Denada, sebelum mengarahkan pandangannya pada Gerald, memberi kode dengan anggukan kepalanya.
Gerald membuka pintu ruang rawat dari dalam, tampak berbicara dengan nada rendah sebelum mempersilahkan Bayu dan Clara masuk, diikuti Julian dan Leona. Gerald langsung meninggalkan ruangan dan menutup rapat pintu kamar dari luar.
Bayu dan Clara tampak ragu dan masih berdiri, menjaga jarak dengan brankar Denada.
"Silahkan duduk." Kevlar tersenyum tipis, mempersilahkan agar mereka duduk di sofa.
Julian dan istrinya, Leona, mengangguk tipis sebelum duduk di sofa, sedangkan Bayu dan Clara masih berdiri.
"Bagaimana kondisimu, Nada?" Suara Clara terdengar serak menahan kerinduan mendalam.
"Baik..." Denada bergumam serak, canggung dengan situasi yang ada.
Kevlar mengangguk ramah pada Clara, memberi kode agar melangkah mendekat. Clara melangkah ragu mendekati brankar Denada, diikuti oleh Bayu.
"Bagaimana keadaan kalian?" Denada bergumam lirih, menguatkan dirinya, menatap Clara.
"Baik. Kami lebih khawatir dengan kondisimu, sayang." Clara menatap Denada, matanya tampak berkaca kaca.
KAMU SEDANG MEMBACA
DESTINY (TAMAT)
RomanceSometimes it takes sadness to know happiness But never let the sadness of your past and the fear of your future ruin the happiness of your present Bagaimana jika dua insan dengan masa lalu kelam dan menyedihkan bertemu? Denada Parmadita, gadis yang...