Chapter 19

3.2K 184 28
                                    

Denada dengan langkah kecilnya berusaha mengimbangi langkah besar dan panjang milik Kevlar. Saat ini mereka sudah tiba di apartement milik Kevlar.

"Keiii, lepasin! Sakit oon!" Denada menyentak kasar tangannya hingga lepas dari cengkraman tangan Kevlar, mengusap pergelangan tangannya yang memerah karena cengkraman erat tangan besar Kevlar. Denada melangkah masuk ke dalam apartment sambil memijit pergelangan tangannya.

Kevlar menghembus nafas panjang, mengikuti langkah Denada, masuk ke dalam apartment, memijit tulang hidungnya perlahan sebelum akhirnya menghempaskan tubuh besarnya di atas sofa

"Mesti pake baju seperti itu, Nada?" Kevlar memandangi penampilan Denada dengan jeans pendeknya yang sukses menampilkan kakinya yang putih dan mulus.

"Emang apa yang salah, Kei? Aku motonya di air loh. Kalo pake celana panjang aku gak bisa turun di air." Denada menjawab dengan sedikit kesal

Otak pak tua ini mulai miring

"Bajumu juga terlalu ketat." Kevlar menatap kaos slim fit yang dikenakan Denada, mencetak lekuk tubuh kecil Denada. Walaupun semuanya serba mungil, tapi bagi Kevlar semuanya terasa pas dan tetap saja menggoda iman.

"Aku dah dobel ama kemeja lengan panjang, Kei." Denada mengacak rambutnya dengan kesal "Kamu kenapa sih, Kei ?"

"Oke, fine, aku cemburu. Puas?" Kevlar mendengus "Aku juga gak tau kenapa bisa jadi seperti ini dengan kamu."

Denada menghela nafas, mencoba menurunkan sedikit rasa kesalnya dan duduk di samping Kevlar.

"Ini kerjaanku, kei. Dan aku menikmatinya."

"Tapi kamu terlalu dekat dengan model cowonya."

"Aku gak pelukan, Kei. Aku cuma ngarahin gayanya." Denada memejamkan mata, andai saja ia bisa memukul kepala Kevlar untuk menyadarkan otaknya yang miring

"Sorry...." Kevlar menarik nafas panjang dan menghembuskannya dengan kuat

"Kei, kita harus bicara." Denada bergumam lirih, memecahkan keheningan yang menyelimuti mereka selama beberapa saat.

"Bicaralah...."

"Kurasa....hubungan kita.... Tidak akan berhasil... " Denada menunduk, suaranya terdengar serak.

"Apa maksudmu?" Kevlar memutar tubuhnya dan menatap Denada, tampak kaget.

"Kita sangat berbeda, Kei. Aku menyukai kebebasan dan fotografi adalah salah satu hal yang bisa membuatku bertahan sampai sejauh ini."

"Maksudmu?" Kevlar menatap Denada, bingung.

"Hidupku tidak mudah, Kei. Aku banyak membuang masa remajaku yang seharusnya dihabiskan dengan bersenang senang dengan hal hal lain yang bisa dibilang tidak menyenangkan. Aku harus bekerja, menghadapi kenyataan, betapa kerasnya hidup, perasaan terbuang, terabaikan, harus berjuang seorang diri dan masih banyak lagi. Tapi apapun itu, aku tidak ingin menyesali yang sudah terjadi karena semua itu justru membuatku semakin kuat. Tapi memisahkanku dan melarangku dari dunia fotografi yang aku sukai, sama saja dengan mencabut salah satu sumber semangatku, Kei. Motret itu yang bisa buat aku bisa move on sejauh ini." Denada menghela nafas.

"Aku tidak melarangmu, girl. Aku akui, aku hanya sedikit cemburu." Kevlar meraih tangan Denada dan memegangnya erat.

"Kita tidak cocok, Kei. Jurang perbedaan kita terlalu besar."

DESTINY (TAMAT) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang