"Weekend ada acara, gak?" Dion bertanya dengan santai, melirik pada Denada."Belum tau nih." Denada mengangkat bahunya sambil membereskan barang barangnya. Denada melirik jam di layar ponselnya, 15 menit lagi jam pulang kantor.
"Nge trip yuk, one day trip. Dah lama banget gak jalan, gimana?" Dion memandang ke arah Jack dan Ade.
"Why not? Kita juga butuh refreshing. Ada ide ke mana?" Ade menjawab dengan antusias.
"Aku kayaknya pengen tidur aja." Denada tampak berpikir, wajahnya tidak tampak antusias.
"Tumben, biasanya kamu paling semangat loh kalo ngetrip, apalagi kalo one day trip." Dion mengerutkan keningnya, menatap reaksi Denada yang tampak tidak bersemangat seperti biasanya.
"Lagi capek aja beberapa hari ini." Denada menghela nafas panjang.
"Kamu ada masalah? Kalo aku perhatiin, udah lebih seminggu ini kamu kurang bersemangat." Dion menatap Denada, penuh selidik.
"Cuma capek aja, serius." Denada mendesah pelan, mencoba meyakinkan Dion.
"Serius, Nada? Beneran gak ada masalah?" Dion menatap Denada.
"Serius." Denada mengangguk pelan.
"Maaf, Denada gak bisa ke mana mana dulu." suara bariton serak menghentikan obrolan mereka.
"Pak Gerald?" Dion menyapa dengan sedikit heran, entah sejak kapan Gerald berada di ruang divisi creative tanpa ada yang menyadarinya.
"Denada ada sedikit urusan." Gerald tersenyum ramah "Saya pinjam Denada dulu ya, dan tolong absenkan, masih 15 menit sebelum waktu pulang tapi kayaknya terlalu lama nunggunya." Gerald menatap ke arah Dion kemudian menatap ke arah Denada
"Urusan apa, Pak?" Denada tampak berpikir sambil menatap Gerald.
"Nanti saya jelaskan, bisa ikut saya sekarang?" Gerald memberi kode dengan gerakan kepalanya pada Denada.
"Sekarang? " Denada menaikkan alisnya, bingung.
"Iya, sekarang. Urgen."
"Baik, pak." Denada membereskan ranselnya dengan cepat, berdiri, memanggul ranselnya.
"Tolong diurus absennya, ya." Gerald mengingatkan Dion yang dijawab dengan anggukan Dion "Ayo...." Gerald berjalan cepat menuju ke arah lift diikuti Denada di belakangnya.
"Kita akan ke mana, pak?" Denada melirik ke arah Gerald, saat ini mereka sudah berada di dalam lift.
"Nanti kamu akan tau sendiri. Ngomong ngomong, gak liat kamu selama dua minggu, kamu kurusan ya?" Gerald menatap Denada dari atas ke bawah.
"Masa? Gak, biasa aja kok, pak." Denada menggeleng pelan, tampak berpikir.
"Menurutmu, tapi buat orang lain, kamu kurusan." Gerald mengangkat bahunya dengan santai "Yuk...." Gerald mempersilahkan Denada keluar dari dalam lift saat pintu lift terbuka. Denada melangkah pelan mengikuti Gerald yang sudah berjalan ke arah mobilnya.
******************
"Kita mau ke mana, pak?" Denada mengerutkan keningnya saat melihat mobil yang dikendarai Gerald memasuki area parkiran basement apartment di mana unit Kevlar dan unitnya berada.
KAMU SEDANG MEMBACA
DESTINY (TAMAT)
RomanceSometimes it takes sadness to know happiness But never let the sadness of your past and the fear of your future ruin the happiness of your present Bagaimana jika dua insan dengan masa lalu kelam dan menyedihkan bertemu? Denada Parmadita, gadis yang...