Jovita melangkah keluar dari lift, ia mengenyitkan keningnya, tampak berpikir, ketika melihat sosok Gerald sedang berdiri di depan pintu unit apartmentnya sambil memainkan ponselnya.
"Pak Gerald? Ada keperluan apa, pak? Heiiii...." Jovita memekik kaget saat Gerald tanpa peringatan, menarik paksa tangan Jovita menjauh dari depan pintu.
"Berikan mereka waktu." Gerald menggeram rendah sambil menyugar rambutnya dengan wajah frustasi.
"Mereka?" Jovita menatap Gerald meminta penjelasan, tampak bingung dengan kalimat Gerald.
"Temanmu dan bosku." Gerald menjawab sarkas.
"Maksud bapak, Denada dan Pak Kevlar? Wait...wait....apa yang mereka lakukan di apartmentku?" Jovita membelalak, kaget sekaligus kesal.
"Bertempur." Gerald menyeringai lebar, tampak mesum.
"Apa maksudnya dengan bertempur?" Jovita tertegun, tampak berpikir "Bertengkar?"
"Kau memang begitu polos? Atau pura pura polos?" Gerald memicingkan matanya memandangi Jovita.
"Jangan melihatku seperti itu, pak." Jovita mendengus dan melangkah kembali ke arah unitnya.
"Beri mereka waktu, sedikit lagi." Gerald melirik arlojinya sambil menghalangi langkah Jovita.
"Sampai kapan, pak? Aku sangat lelah pak. Seharian bekerja di kantor dan aku butuh istirahat." Jovita mendesah dengan lelah.
"30 menit lagi, ayo kutraktir di cafe bawah." Gerald berjalan mendahului Jovita, memberi kode dengan gerakan kepala agar Jovita mengikutinya.
Jovita menghela nafas panjang sebelum mengikuti langkah kaki Gerald menuju ke arah lift, turun kembali ke lantai 1 di mana terdapat food court dan cafe. Setelah memesan minuman, Gerald memilih meja yang berada paling di paling sudut area food court.
Jovita menyesap ice milkshakenya sambil menatap Gerald meminta penjelasan.
"Oke, tadi seseorang menaruh obat perangsang untuk menjebak Kevlar." Gerald bergumam perlahan, menghela nafas.
"Lalu?"
"Kau tau seperti apa kerja obat perangsang itu, bukan? Jadi sesuai permintaan Kevlar, aku membawanya bertemu Nada."
"Maksudmu Nada menjadi pelampiasan?" Jovita membelalak, kaget sekaligus kesal.
"Karena Kevlar tidak ingin melakukannya dengan wanita manapun selain dengan Nada."
"Lalu bagaimana bapak bisa tau kalo Nada ada di apartmentku?"
"Tidak ada yang tidak mungkin, Vita." Gerald terkekeh pelan "Kau adalah satu satunya teman baik yang ia miliki. Di mana lagi dia bersembunyi selain di tempatmu?"
"Ternyata bapak cukup cerdas juga."
"Kalau aku tidak cerdas, tidak mungkin aku jadi tangan kanan Kevlar." Gerald mendengus kesal.
"Lalu, sudah berapa lama mereka di apartmentku?"
"Dari siang, maybe dari jam 2an, aku tidak ingat."
"Jam 2? Ini sudah jam 7 malam, mau berapa lama lagi, pak?" Jovita mendesah kesal, rasanya ingin memukul kepala Gerald, tapi mengingat posisi Gerald adalah tangan kanan Kevlar, pemilik Maxwell corp tempat dirinya bekerja, Jovita hanya bisa menahan dirinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
DESTINY (TAMAT)
RomanceSometimes it takes sadness to know happiness But never let the sadness of your past and the fear of your future ruin the happiness of your present Bagaimana jika dua insan dengan masa lalu kelam dan menyedihkan bertemu? Denada Parmadita, gadis yang...