Denada mengangkat sebelah alisnya dan menatap Kevlar dengan tatapan bertanya
"Ada apa?" Denada mengamati Kevlar yang tampak berpikir keras, wajahnya terlihat serius.
"Kurasa, kita harus bicara serius." Kevlar berjalan mendekati Denada.
"Kita sedang bicara, kan?" Denada mendongak menatap Kevlar yang sudah berdiri di hadapannya, menjulang tinggi.
"Ini tentang keselamatanmu." Kevlar bergumam rendah, menatap Denada, gemas saat melihat tanggapan Denada yang cenderung tidak peduli.
"Aku? Keselamatanku? Aku kan memang selalu jadi korban kalo urusan ranjang." Denada menaikkan alisnya dan mengerucutkan bibirnya, memasang raut wajah kesal, ingatannya kembali melayang, sehari sebelumnya, kejadian di mana Kevlar sukses membuatnya terkapar dengan bekas gigitan sekaligus kissmark di sekujur tubuhnya. Belum lagi beberapa area pribadinya yang lecet akibat serangan brutal Kevlar di bawah pengaruh obat perangsang dosis tinggi.
"Jangan bahas kejadian itu lagi, girl. Itu diluar kendaliku, aku di bawah pengaruh obat. Dan tolong berhenti memainkan bibirmu seperti itu, jangan menggodaku, girl. Kau tau aku seperti apa." Kevlar terkekeh kecil sambil mengusap lembut pipi Denada dengan ibu jarinya "kemarilah...."
Kevlar meraih tangan Denada, membawanya ke arah sofa, menarik tubuh Denada hingga jatuh terduduk di atas pangkuannya.
"Kei...." Denada memekik kecil, menepuk dada kekar Kevlar dengan gemas.
"Ini soal Bella..." Kevlar menghela nafas kasar, menatap manik mata Bella, dalam.
"Bella?"
"Jika Bella bisa menaruh obat di minumanku, demi mendapatkan diriku. Maka tidak menutup kemungkinan, Bella akan melakukan apa saja untuk menyingkirkanmu."
"Really? Terdengar sangat menakutkan." Denada mengeluh tipis sambil menatap Kevlar.
"Girl, ada banyak wanita di masa laluku, dan mungkin ada banyak Bella Bella lain yang belum muncul dan bisa muncul kapan saja."
"Itu karena kau terlalu liar, siapa suruh punya banyak pacar, menebar pesona ke sana kemari." Denada mendesah, mengerucutkan bibirnya, tampak kesal.
"Aku tidak memungkirinya, girl. Saat itu, aku memang melakukannya karena kebutuhan sex sekaligus melampiaskan kemarahanku. Bergonta-ganti pasangan sesuka hati, bertualang sepuasnya. Tapi saat itu aku belum bertemu dengan dirimu. Setelah aku bertemu denganmu, aku hanya ingin dirimu, only you" Kevlar menangkup wajah Denada dengan kedua telapak tangannya yang besar, menariknya mendekat dan mengecup bibirnya dengan lembut.
"Aku tau, aku mendapatkan barang bekas." Denada mendesah, mendramatisasi suaranya.
"Aku akui, aku memang barang bekas tapi tetap mulus dan memuaskan kan? Sangat terlatih." Kevlar berbisik dengan suara serak rendah yang sialnya terdengar sangat seksi di telinga Denada.
"Benar, sangat terlatih untuk membunuh dan membuatku menjadi pincang." Denada memotong sarkas, tanpa disaring.
"Jangan memancingku, girl." Kevlar terkekeh tipis dan menarik tubuh Denada merapat ke dadanya, memeluknya erat.
"Jadi bagaimana dengan Bella?" Denada berbisik pelan, suaranya terdengar serius.
"Sementara ini, dia tidak akan bisa memasuki gedung perkantoran. Aku sudah menjadikannya masuk dalam daftar black list di bagian security. Tapi aku mengkhawatirkanmu, girl. Aku takut jika targetnya bergeser menjadi dirimu."
"Aku?"
"Di kantor, kau akan aman. Tapi tidak ada jaminan jika kau berada di luar kantor saat mengerjakan proyek pemotretan."
KAMU SEDANG MEMBACA
DESTINY (TAMAT)
RomanceSometimes it takes sadness to know happiness But never let the sadness of your past and the fear of your future ruin the happiness of your present Bagaimana jika dua insan dengan masa lalu kelam dan menyedihkan bertemu? Denada Parmadita, gadis yang...