"Maaf, lowongannya sudah terisi, Nona." — adalah kalimat terbanyak yang barangkali sudah gadis itu dengar untuk hari ini.
Meremas kertas di dalam genggaman tangan, membuangnya ke dalam tempat sampah lalu menatap langit senja yang terbentang di atas gedung-gedung pencakar langit, Kanna lantas mendesis pelan. Ia sudah mendatangi setidaknya empat restoran setelah jam sekolah berakhir, namun sialnya malah tidak ada yang membuahkan hasil bagus. Restoran terakhir yang didatanginya bahkan membiarkan gadis itu menunggu selama dua jam dengan percuma di ruang tunggu belakang karena mereka tidak yakin.
Namun bahkan setelah menunggu selama itu, Kanna hanya mendapati pernyataan tanpa nada menyesal bahwa lowongan sudah terisi sejak lima hari yang lalu dengan kalimat sama, tatapan sama, perilaku yang sama. Bagaimana mungkin mereka tidak tahu itu? Bagaimana mungkin mereka bisa meminta seseorang menunggu selama itu dan kemudian melemparnya dengan kalimat ringan?
Tidak, koreksi.
Kanna menatap tempat sampah di hadapannya dan memalingkan wajah. Dunia memang seperti itu. Nyaris setiap manusia memandang orang lain dengan standarnya masing-masing. Jika kau tidak cukup bagus, kau tidak akan dibutuhkan. Satu kesalahan akan bertahan lebih lama dari seratus kebaikan. Ia sudah tahu itu sejak lama sekali. Apa yang diharapkannya? Mendesah pelan menyadari bahwa tak ada gunanya merengek serta membiarkan emosinya meluap, Kanna kemudian hanya melangkah pergi dengan bahu jatuh.
Ini bukan akhirnya. Dia harus tetap mencari. Harus.
Setidaknya berkeliaran mencari pekerjaan sampingan malah terasa tidak begitu buruk kalau dibandingkan dengan interupsi dari si pendatang baru di kelas tadi. Kanna memang ingin tahu mengapa seorang Kim Taehyung yang entah berasal dari mana bisa mengetahui namanya, menyelidik maksud dari apa yang dikatakannya, namun jika harus mengeruk lebih banyak informasi dengan begitu banyak orang di sekitar pemuda tersebut, rasa-rasanya takkan ada yang datang kecuali kumpulan masalah dalam satu plastik besar.
Para gadis di sekolah bisa menjadi sangat menakutkan jika kau salah menginjak tempat. Tidak memiliki teman bisa menjadi mimpi buruk yang tak berkesudahan. Jadi secara sederhana, Kanna tidak ingin terlibat. Semakin sedikit jumlah orang yang berada di dalam lingkaranmu, maka semakin sedikit rasa sakit yang kau telan, semakin sedikit masalah yang dihadapi, juga makin sedikit beban yang akan kau genggam sendiri. Meski benar, dalam satu sisi lain, akan semakin banyak pula rasa sepi dan hampa yang dicicipi. Kanna mengerti benar bahwa semua keputusan yang datang dan diambil memang memiliki konsekuensi.
Mengusap setitik keringat di pelipis, gadis tersebut kemudian sejenak menahan napas. Ia dapat mencium udara musim panas semakin pekat melingkupi, bercampur dengan hiruk pikuk kota, bising gumaman manusia, aroma kue yang samar-samar menyambar perlahan. Entah sudah berapa kali ia mendesah berusaha membuang penat dalam dadanya, tetapi perasaan seperti itu takkan luruh dan menghilang hanya karena dia menginginkannya.
Jadi memutuskan untuk kembali ke rumah, menyandang tas sekolahnya dan berjalan menuju halte dengan lambat, Kanna menanti selama lima belas menit sebelum melangkah masuk ke dalam bus bersama orang lain di sekitarnya. Ia harus merencanakan ulang lagi semua hal. Tagihan, stok makanan, keperluan ini dan itu, semuanya harus dipenuhi. Tugas sekolah. Kewajibannya untuk tetap mempertahankan nilai dengan baik. Tidak boleh terlewatkan. Kepala gadis itu seakan-akan baru saja disiram beratus-ratus liter air, penuh dengan banyak hal, asumsi baru, gelenyar perasaan yang membuat perutnya teraduk sempurna. Terlebih lagi, kalau-kalau semua hal tersebut belum dirasa cukup, seseorang seolah baru saja menarik lonceng kecil di dalam dirinya sebelum seraut wajah muncul lalu berkata, "Senang melihatmu lagi."
Kim Taehyung?
Pernahkah ia melihat pemuda itu sebelumnya? Rasanya belum. Rasanya juga sudah. Ini terasa seperti ada sekeping memori penting, bagian krusial yang seharusnya melekat di dalam sana namun malah terlepas dan dilupakan; terjatuh di suatu tempat tapi entah di mana. Ada beberapa asumsi dan mereka tidak pernah beraroma bagus. Kalau pun bertemu, pasti pertemuannya hanya terjadi secara sepihak.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lifted & Fracted
FanfictionPada musim panas kali itu, Min Kanna mengenal Kim Taehyung dengan seribu satu rahasia, obsesi, serta rencana gila. Pada musim panas kali itu, Min Kanna tak tahu bahwa seberkas cahaya dari neraka baru saja dibidikkan tepat pada kepala. Ah, memang sia...