Epilogue

582 62 3
                                    

"Kami bisa mengantarmu sampai di depan flat. Bagaimana?"

"Tidak, sungguh tidak perlu. Lagipula aku harus membeli sesuatu dulu di minimarket, jadi lebih baik kalian duluan saja," gadis itu buru-buru menjawab, menatap Namjoon sebelum memandang secara keseluruhan pada tiga pria di hadapannya. Ia tertawa agak sedikit terpaksa karena kasihan saat melanjutkan, "Yang lebih penting sepertinya Hoseok juga harus segera sampai di rumah."

Mengakhiri kalimatnya, sejurus kemudian gadis tersebut memperhatikan Hoseok yang dipapah berjalan oleh Namjoon dan Seokjin—mulai mengoceh tentang betapa banyak cinta yang ia berikan terhadap anjing peliharannya yang baru saja melahirkan dua anak yang lucu-lucu. Hoseok terus berkata bahwa ia bangga sudah menjadi kakek yang baik untuk mereka sementara Namjoon terlihat tidak habis pikir. Ada ya, orang mabuk berubah jadi setengah tak waras begini?

Seokjin mendesis. "Ah, bocah ini. Padahal sudah kularang minum soju terlalu banyak, tapi malah bandel!"

Namjoon yang tidak kuat digelayuti Hoseok segera menukas cepat, "Ya sudah, maaf karena tidak bisa mengantarmu sampai di depan flat, ya, Kanna. Hati-hati di jalan. Kalau mendengar suara aneh yang mengikuti, kau harus lari secepatnya!"

Seokjin memalingkan wajah menatap Namjoon—ekspresinya terlihat jadi agak kesal. Bagaimana bisa dia bicara begitu pada perempuan? Malah membuat was-was saja.

"Iya," gadis itu menyahut kalem. Tersenyum dan membungkuk sejenak. "Terima kasih banyak untuk makan malam dan perayaannya. Kalian juga hati-hati."

Seokjin mengangguk, melemparkan senyum, lalu membalikkan badan bersama Namjoon sembari memapah Hoseok. Ketiganya kemudian benar-benar berpisah di persimpangan dan Kanna menghabiskan beberapa detik di sana untuk memastikan tiga temannya itu baik-baik saja sebelum memutar langkah dan ikut meninggalkan posisi. Sebenarnya ia tidak terlalu cemas dengan ucapan Namjoon tadi. Yang diketahuinya lingkungan ini aman, kok.

Jadi berjalan santai sambil melirik jam tangan yang masih menunjukkan pukul setengah sembilan, gadis itu menyempatkan diri untuk mampir ke minimarket, membeli dua kotak telur untuk sarapan besok, beberapa bungkus ramen dan obat pereda sakit kepala. Ada beberapa hari yang masih terasa berat. Terapinya juga masih terus berjalan. Mimpi buruk atas kejadian beberapa tahun yang lalu terkadang masih datang untuk menghantui—membuatnya terbangun dengan ketakutan absolut dan kepala pening.

Menerima kantung belanja kembali, Kanna lantas menggumamkan terima kasih pada pria di balik kasir sebelum beranjak keluar, pulang, dan berencana untuk segera membersihkan diri lalu tidur. Besok memang hari ulang tahunnya. Tapi ia agaknya hanya ingin berencana tidur karena tidak memiliki shift. Tubuhnya akan sangat menerima istirahat penuh dengan suka rela. Apalagi sebentar lagi Yoongi juga akan datang. Memikirkan itu saja sudah membuatnya jadi bersemangat.

Tetapi ketika Kanna sampai di lantai dua, ia malah menemukan Bibi Lee—perempuan lima puluhan pemilik flat—yang sedang berada di sana. Beliau bahkan segera memalingkan wajah dengan senyum hangat saat melihat Kanna kembali.

"Bibi?" gadis itu berujar, agak terkejut. Kanna kemudian buru-buru menghampiri, terlihat bingung, "Bibi, baru pulang dari Daegu, ya? Semua baik-baik saja?"

"Iya, baru kembali. Beberapa jam yang lalu." Bibi Lee menatap Kanna dari ujung kaki sampai kepala. "Kau sendiri? Baru pulang? Anak ini. Sudah kubilang untuk tidak bekerja sampai larut malam. Tidak baik. Tapi untung saja kau ada di sini! Ini, ini. Ambil, sedikit oleh-oleh."

Kedua iris Kanna sontak melebar. Ia menerima bungkusan besar yang rupanya berisi kimchi itu, sejenak meneguk liur dan sedikit merasa tak enak. "Ah, Bibi. Padahal malam-malam begini, harusnya besok saja tidak apa-apa. Bibi 'kan juga pasti lelah."

Lifted & FractedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang