Annyeong 👋
Please spam komen karena part ini panjang banget
Yang belum vote dari bab awal, bisa yuk balik dulu sebentar untuk kasih vote. Karena vote gratis😉
Happy reading
•••
Dari dalam mobil mata Debora fokus meneliti area tempat Bina tinggal, ada danau yang cukup memanjakan mata serta pepohonan yang rindang berjejer rapi di sepanjang jalan. Membuat suasana menjadi lebih sejuk seperti sedang berada di puncak.
"Aku harus gimana nanti di depan orang tua kamu?" tanya Debora. Walaupun dia tidak suka formalitas tapi tetap saja dia harus memberikan kesan yang baik untuk pertemuan pertamanya dengan keluarga calon suaminya.
"Cukup jadi diri kamu sendiri aja. Orang tua aku tipe yang santai. Jadi kamu relax aja."
Mobil Bina akhirnya berhenti di depan sebuah rumah tropis bergaya klasik. Rumah itu hanya satu lantai, tapi sangat besar dan luas di tambah lagi halaman yang luas di kelilingi dengan berbagai jenis tumbuhan hijau.
Debora menyukai rumah keluarga Bina, tapi dia tetap lebih menyukai apartemennya dan kelab tentunya. Karena kembali lagi, Debora tidak suka rumah yang di dalamnya ada sebuah keluarga.
Debora mengernyit lalu menatap Bina ketika melihat di sisi kanan halaman rumah ada berbagai macam wahana permainan anak-anak.
Ini pertama kalinya Debora datang ke rumah Bina setelah pertemuan mereka empat bulan yang lalu. Bukan karena Bina tidak mau mengenalkannya pada keluarga, tapi Debora yang tidak mau di kenalkan. Dan untuk pertemuan hari ini terpaksa Debora lakukan karena dia dan Bina akan segera menikah.
Jadi Debora sama sekali tidak tahu menahu tentang keluarga Bina, berapa jumlah saudaranya atau segala macamnya karena dia tidak bertanya atau mungkin lebih tepatnya tidak peduli dan tidak mau tahu.
Sedangkan Bina sudah beberapa kali bertemu papi Debora bahkan sudah akrab. Jangan pikir Debora yang memiliki inisiatif untuk memperkenalkan Bina pada papi serta ibu tirinya, tapi Papinya lah yang meminta Debora untuk membawa Bina ke rumah gara-gara aduan Deril atas kejadian di sekolah waktu itu.
"Di rumah kamu ada anak kecil?" Debora menatap Bina penuh harap. Berharap Bina menjawab tidak karena dia benci anak kecil. Apa lagi jika anak tersebut cengeng dan nakal.
"Iya." Satu kata itu berhasil membuat kaki Debora mendadak lemas. "Aku punya tiga keponakan," lanjutannya yang membuat Debora membulatkan mata.
"Ti-tiga?" ulang Debora tidak percaya. Dia sampai berhenti berjalan karena kaget. Bina kembali mengangguk membenarkan.
Setelah memasuki ruang tamu utama mata Debora tidak berkedip sama sekali kala melihat sebuah foto keluarga berukuran sangat besar, kira-kira ukuran 30r yang terpajang di ruang tamu dan menjadi objek pertama yang menyambut kedatangannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
DEBORA
Romance"Gue benci kehangatan keluarga, tapi gue pengen punya pasangan untuk berbagi cerita." "Perkenalkan ini calon istri saya" Bagi Debora Johanna, Kelab adalah rumah keduanya setelah apartemen, tempat dia untuk menumpang mandi dan tidur saja. Menurut Deb...