31. AKU YANG SALAH

728 65 8
                                    

Annyeong 👋

Bisa yuk semangat vote dan komen biar Miawww juga semangat buat update 🥰

Happy reading 🥰

•••

Sudah cukup lama Bina berusaha membujuk Debora untuk membukakan pintu kamar untuk nya, namun Debora tetap tidak membukakan pintu tersebut. Lantas Bina pun duduk di sofa sebentar, dengan kepala tertunduk serta tangan yang bertumpu di atas lutut, berharap Debora segera membuka pintu agar dia bisa menjelaskan semuanya.

Dalam hati Bina terus berdoa dan menerututuki dirinya sendiri yang sangat bodoh. Bina yakin Debora pasti tidak mendengar seluruh percakapannya dengan Oma dan Mama tadi. Dia yakin, Debora pasti salah mengartikan semuanya.

Padahal rumah tangganya beberapa bulan ini tidak ada masalah, semuanya berjalan lancar dan baik tanpa adanya keributan. Hanya ada perdebatan kecil karena perbedaan pendapat. Tapi sepertinya hal baik itu akan segera menghilang karena ulahnya.

Bina akan mencari berbagai cara untuk menjelaskan pada Debora yang sebenarnya. Tapi sekarang Bina berharap semoga Debora tidak melakukan hal bodoh karena kesalahpahaman yang sudah dia buat.

Setelah cukup lama Debora berda dalam kamar tanda adanya suara, pintu coklat itupun akhirnya terbuka. Bina pun segera bangkit dari duduknya, menghampiri Debora yang ternyata sudah berganti pakaian serta sudah menenteng sebuah tas.

"Kamu mau kemana?" tanya Bina pada Debora yang bahkan tidak melihat kearahnya.

Bina kemudian menarik pergelangan tangan Debora karena perempuan itu terus melangkah tanpa menjawab pertanyaannya.

"Kamu mau kemana malam-malam gini?" tanya Bina lagi.

"Bukan urusan kamu!" tekan Debora lalu menepis kasar tangan Bina.

"Kamu gak boleh pergi Bor." Larang Bina kemudian. "Kita harus ngomong, aku mau jelasin__"

"Jelasin apa hah?" Sela Debora cepat. "Kamu mau jelasin pembicaraan kamu dan keluarga kamu tadi? Gak ada yang perlu di jelasin lagi, semua udah jelas!"

"Bor, yang kamu dengar itu belum semuanya."

Debora terkekeh. "Jadi kamu mau aku dengar semuanya? Semua kebusukan kamu dan keluarga kamu? Iya? Gak perlu aku dengar pun aku udah tau gimana jahatnya kamu dan keluarga kamu." Debora semakin terkekeh, namun anehnya ada genangan air mata di mata indah perempuan itu.

"Kalian mau bayi yang aku kandung ini kan? Ambil." Debora menggigit keras bibirnya, dadanya sangat sakit dan sesak mengatakan hal itu. "Aku bakal kasih sama kalian, lagi pula yang kalian butuh anak ini bukan aku."

Bina menggeleng, tidak membenarkan pernyataan Debora barusan.

"Enggak Bor, kamu ngomong apa sih?! Aku butuh kamu dan anak kita. Aku butuh kamu di hidup aku."

Debora tersenyum kecut bersamaan dengan air matanya yang menetes, tapi cepat-cepat Debora hapus air mata itu. Dia tidak boleh menangis.

"Bulshit tau gak!" Maki Debora. "Aku bukan anak kecil Bin, aku tau siapa yang dibutuhkan dan gak dibutuhkan."

"Plis Bor, jangan ngomong kaya gitu," pinta Bina yang tau betul seberapa menyakitkan arti kata tersebut untuk Debora.

"Keluarga aku sayang sama kamu, terutama Mama, mereka gak mau kita pisah. Apa lagi sampai misahin kamu dari anak kita. Dan yang Oma sama Mama omongin tadi gak ada maksud apa-apa, omongan tadi kalau semisal kamu kekeuh untuk pisah. Tapi Oma, mama dan aku gak bakal biarin itu Bor, aku gak mau kita pisah, aku gak mau."

"SAMA AJA BINA! SAMA AJA!" teriak Debora frustasi, apa pria yang dia nikahi ini memang sebodoh itu? "Itu artinya kalian bakal tetap ambil anak ini dari aku karena aku gak pantas untuk jadi seorang ibu kan, dan keluarga kalian gak butuh aku untuk jadi bagian dari keluarga kamu. Yang kalian pengen cuman keturunan, iya kan Bin! JAWAB JANGAN DIAM AJA!"

DEBORATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang