Annyeong 👋
Dua part lagi End nih😭 bisa yuk di komen dan di vote☺️
Plis jangan jadi secret Readers 😪
Happy reading 🥰
•••
Tidak menunggu lama pintu putih yang Debora ketuk hanya tiga kali itu pun terbuka. Wanita yang membukakan pintu pada awalnya tersenyum tipis langsung mengernyit, khawatir ketika melihat Debora berdiri dengan wajah sedih, air mata yang menggenang di pelupuk mata serta keadaan yang bisa di bilang cukup berantakan.
"Debora kamu kenapa?" tanya wanita paru baya itu khawatir, lantas memegang lengan Debora yang bergetar dingin.
"Bina mana?" Tanyanya sambil melihat kebelakang untuk mencari keberadaan Bina, tapi tidak Debora jawab. "Kamu kesini sendirian malam-malam gini?"
"Ayo masuk, udara malam gak baik buat kamu." Danis merangkul lengan Debora untuk masuk bersama, tapi Debora enggan melangkahkan kakinya untuk masuk dan malah menatap Danis dengan sendu kemudian Debora memejamkan mata sebentar hingga semua genangan air itu tumpah membasahi pipinya.
Danis yang mengerti akan situasi yang Debora alami lantas segera mendekat. Mengusap pipi Debora dengan lembut lalu membawa Debora kedalam pelukan hangatnya, tidak lupa sembari mengusap lembut punggung Debora yang bergetar hebat Karena tangisan yang akhirnya pecah. Suara tangisan itupun akhirnya mengundang papa dan Deril yang berada di ruang keluarga sedang menonton keluar untuk melihat siapa yang menangis, dan keduanya kaget melihat Debora tengah menangis memeluk mama Danis.
•••
"Kak Debora kenapa Ma?" tanya Deril pada mamanya yang sedang membuat kan susu untuk Debora.
"Tadi kamu lihat gak kak Debora ada ngomong sama mama?" tanya mama balik yang kemudian di jawab dengan gelengan kepala Deril. "Yaudah mama juga gak tau kak Debora kenapa."
Sejak kedatangannya, Debora sama sekali tidak membuka suara. Saat menangis di depan rumah tadi pun papa sama sekali tidak bertanya, papa hanya menyuruh masuk lalu mama Danis langsung membawa Debora ke kamar kemudian ke dapur untuk membuatkan susu hangat untuk Debora.
"Kayaknya berantem deh sama kak Bina," tebak Deril. "Aku telepon kak Bina aja kali ya ma, nanya kenapa__"
Mama berdecak. "Kamu tuh bisa gak jangan ikut campur sama urusan kakak kamu? Apa lagi rumah tangganya."
"Loh ma, aku kan adiknya kakak. Jadi harus ikut campur dong. Kalau kak Debora di apa-apain sama suaminya gimana?" Deril menepuk dadanya dua kali. "Aku harus jadi orang pertama yang mukul orang itu."
Mama memukul pelan pipi Deril. "Hushhh ngawur kamu kalau ngomong. Gak semua masalah harus di selesaikan pakai otot. Udah sana tidur, udah malam ini besok sekolah." Suruh Danis, kemudian segera menuju kamar Debora.
Sebelum masuk Danis mengetuk pintu kamar Debora yang sedikit terbuka terlebih dahulu. Tanpa menunggu jawaban wanita paru baya itupun segera masuk lalu duduk di samping Debora.
"Ini kamu minum dulu," suruh Danis sembari menyodorkan gelas berisikan susu.
Debora melihat susu itu sesaat kemudian menggeleng.
"Saya tau kamu gak haus, tapi kamu harus tetap minum." Danis mengusap tangan Debora yang dingin. "Tangan kamu juga dingin. Ayo minum biar badan kamu hangat."
Debora menatap wajah Danis yang tersenyum tulus padanya lantas mengambil gelas tersebut lalu meminum susu itu hingga tinggal setengah. Danis mengambil alih gelas, kemudian berdiri untuk beranjak agar Debora bisa beristirahat karena malam sudah larut.
KAMU SEDANG MEMBACA
DEBORA
Romance"Gue benci kehangatan keluarga, tapi gue pengen punya pasangan untuk berbagi cerita." "Perkenalkan ini calon istri saya" Bagi Debora Johanna, Kelab adalah rumah keduanya setelah apartemen, tempat dia untuk menumpang mandi dan tidur saja. Menurut Deb...