10. DEBORA KABUR

1.1K 51 41
                                    

Annyeong 👋

Part 10 For you guys 🥰

Budidayakan follow sebelum baca agar selalu dapat notifikasi sampai end nanti.

Jangan lupa tinggalkan jejak juga dengan Vote dan spam komen

Kalau ada yang typo tolong bantu tandai ya guys

Happy reading

•••

"Debora mana Joyi?" tanya Danis pada Joyi yang tampak ngos-ngosan.

Bina berdiri dari duduknya ketika merasakan ada yang aneh dari Joyi.

"Debora ... Debora ..." Joyi menghela napas seraya menggigit bibir dalamnya dia panik tapi juga takut untuk mengatakannya. "Debora gak ada di kamarnya ... dia pergi."

"Pergi? Pergi ke mana?" tanya Bina yang berusaha menahan rasa marah, takut keluarganya ikut tersulut amarah.

"Pergi?" Ulang Danis. "Maksud kamu apa Joyi? Debora pergi kemana?" Tanya Danis tidak sabaran kemudian memandang Johan yang mengerinyit.

"Aku gak tau Tante, aku udah nyari Debora kemana-mana tapi gak ketemu." Ungkap Joyi yang membuat semua  jadi kaget, terutama tamu undangan yang semula sudah duduk tenang di kursi masing-masing kemudian ikut berdiri dan mulai berbisik-bisik heboh. "Aku juga udah coba telepon, tapi gak Debora angkat."

"Kamu berantem sama dia?" tanya Oma dengan berbisik di telinga Bina.

Bina menggeleng lemah. "Enggak Oma, kami baik-baik aja."

"Terus kenapa dia pergi?" tanya Oma yang sepertinya sudah sangat marah sekaligus malu. Karena sebagian besar tamu undangan yang datang adalah kerabat serta teman dan sahabat dari pihak keluarga Bina. "Dia gak mungkin pergi tanpa alasan? Semua pasti ada penyebabnya Bina."

"Bina gak tau Oma," kata Bina frustasi.

"Buk, tolong jangan pojokin Bina dulu." Kata Salma yang baru menghampiri kemudian merangkul pundak Oma agar sedikit menjauh dari Bina yang sudah kalut. "Kita harus tenang, Debora gak mungkin pergi gitu aja tanpa sebab kan? Debora pasti balik."

Johan menghampiri Seno dengan wajah panik sekaligus merasa bersalah. "Mas, saya benar-benar minta maaf ..." kata Johan tak enak. "Saya ... saya gak tau kalau ..."

"Udah pak Johan, bapak gk perlu minta maaf apa lagi sampai merasa bersalah. Ini bukan saatnya saling menyalahkan, jadi tidak seharusnya kita memberikan tekanan atau saling menyalahkan seperti ini di depan Bina." Ujar Seno yang berusaha untuk tetap tenang padahal pikirannya tidak karuan. Dalam pikiran Seno sekarang seharusnya mereka mendengarkan permintaan Debora yang tidak mau melakukan banyak acara, jika saja di dengarkan semua ini pasti tidak akan terjadi.

"Kak, mau kemana?" Deril menahan tangan Bina yang hendak pergi meninggalkan tempat nya.

"Aku harus cari Debora Ril," ungkap Bina

"Kakak tenang dula dan tetap di sini." Deril melepas pegangannya kemudian menepuk pundak Bina pelan. "Biar aku yang pergi cari kak Debora." Katanya dengan tenang dan pelan sedangkan dalam hati Deril memaki Debora dengan kurang ajar.

DEBORATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang