19. GUGAT CERAI

807 48 30
                                    

Annyeong 👋

Gimana puasanya? Semoga selalu lancar ya🥰

Guys tau gak sih kalau bikin orang bahagia itu bisa nambah pahala? Nah maka dari itu jangan lupa tinggalkan jejak dengan Vote dan komen biar Miawww bahagia dan cepat update.

Yang belum Follow, follow dulu yuk. Yang belum Vote dari bab awal, yuk di Spam vote dulu and jangan lupa spam komen juga🥰

Happy reading 🥰

•••

"Gue benar-benar udah gak ngerti lagi sama jalan pikiran lo Bor." Joyi yang semula duduk di samping Debora lantas berdiri seraya berdecak pinggang dan menggeleng. "Lo baru lima bulan nikah dan udah minta cerai? Lo ini sebenarnya kenapa sih?"

"Di bagian mananya lo gak ngerti Jo? Semua udah gue jelasin kan ke lo." Ujar Debora setelah berbicara panjang lebar menjelaskan situasi yang sedang terjadi antara dia dan Bina serta keinginannya yang ingin bercerai dari suaminya.

"Gue bukan gak ngerti, tapi gue gak abis pikir sama lo. Alasan lo terlalu klise untuk bercerai."

"Jo, coba deh lo di posisi gue? Lo pasti gak bakal sanggup hidup di antara keluarga Bina yang berbanding terbalik sama kehidupan lo."

"Bor, suami lo itu Bina bukan keluarganya. Lo hidup sama Bina, bukan keluarganya. Jadi kenapa lo malah hukum Bina karena hal itu?"

"Iya suami gue emang Bina, dan itu artinya gue harus hidup dengan keluarga Bina yang banyak ngatur," tambah Debora.

"Terserah lo aja deh Bor." Pasrah Joyi yang tidak ingin lagi berdebat dengan Debora. "Dari awal emang seharusnya lo jangan nikah sama Bina, seharusnya lo kabur aja waktu itu gak usah balik lagi."

Joyi yang hendak kembali ke dapur lantas kembali berbalik menghampiri Debora, dia baru teringat sesuatu.

"Gue lupa nanya, kenapa lo tiba-tiba balik waktu itu?"

"Waktu itu apanya?" tanya Debora tidak mengerti.

"Pas lo mau nikah sama Bina lo kan kabur, terus kenapa lo balik lagi?"

Bukannya langsung menjawab Debora terdiam sesaat lalu meneguk minum yang telah di buatkan oleh Joyi.

"Emm karena Deril nyuruh gue balik," jawabnya.

Alis Joyi mengerut tidak percaya. "Sejak kapan lo nurut sama adik lo? Gue gak percaya itu alasannya."

"Dia ngancem nakut-nakutin gue, ya gue balik lah. Dan waktu itu gue emang masih dilema," tambah Debora.

"Bisa-bisanya lo lebih takut sama Deril dari pada suami lo sendiri."

"Gue bukan takut, tapi gue__"

"Tunggu," ucap Joyi seraya melihat layar handphonenya yang berbunyi karena ada panggilan masuk. "Bina," ujarnya lalu segera mengangkat panggilan itu.

"Iya halo Bin, kenapa?" tanya Joyi pada orang seberang telepon. Joyi melirik Debora sesaat yang hanya diam dengan raut wajah penasaran.

"Lo serius?" tanya Joyi.

Mendengar pertanyaan itu Debora pun mendekat pada Joyi.

"Oh oke, nanti gue sampaikan sama Debora," ujar Joyi lalu sambungan telepon pun berakhir.

"Kenapa?" tanya Debora penasaran, entah mengapa dia merasa ada sesuatu yang tidak enak, dadanya mendadak berdetak sangat cepat.

"Bina tadi ke apartemen lo,"

"Terus?" tanya Debora tidak sabaran.

Joyi menggigit bibir dalamnya seraya menatap mata Debora.

Debora memegang tangan Joyi yang terasa dingin. "Kenapa Jo? Bina bilang apa?"

"Bina tadi ke apartemen lo, tapi dia udah pergi__" Joyi menjeda kalimatnya. "Dia,,, dia udah ninggalin surat cerai di apartemen lo."

"Hah? Maksud lo? Bina? Surat cerai?" tanya Debora terbata.

"Bina udah tanda tangan surat cerai kalian, dan tinggal lo tanda tangan aja suratnya udah ada di apartemen lo."

Debora menggeleng bersamaan dengan setetes air mata yang jatuh, kemudian dia berlari keluar dari apartemen Joyi menuju apartemennya yang juga di ikuti Joyi dari belakang.

Debora yang buru-buru sampai beberapa kali salah menekan sandi apartemen nya, dan setelah beberapa kali percobaan pintu apartemen pun terbuka, dia langsung masuk mencari keberadaan surat yang Joyi maksud.

Debora berhenti ketika matanya menangkap sebuah amplop berwarna cokelat berada di atas meja ruang tamu, di ambil nya amplop yang di depannya ada sebuah tulisan Pengadilan agama, dengan tangan bergetar di bukanya dan lihatnya isi amplop tersebut dan benar saja di atas kertas putih tersebut sudah ada tanda tangan dari Bina. Tertulis jelas juga di sana bahwa Bina luhur Adilaga Menggugat cerai Debora Johanna.

Joyi mengambil surat tersebut, matanya membulat saat melihat isi surat itu. "Bina gugat cerai lo?"

Tanya Joyi yang di jawab dengan anggukan kepala Debora.

"Tapi kenapa?" Tanya Joyi bingung. "Bukannya lo bilang kalau Bina gak mau pisah, terus ini apa Bor?"

Debora duduk seraya menyisir rambutnya kebelakang dengan jari-jari tangan. "Gue-gue gak tau."

Mendadak seluruh tenaga Debora hilang, kakinya terasa lemas. Jantungnya terus saja berdetak cepat. Air matanya sudah tergenang begitu banyak tapi tidak bisa dia tumpahkan. Bukankah seharusnya Debora merasa senang? Bukankah ini semua keinginan Debora sendiri."

"Lo kenapa?" tanya Joyi karena wajah Debora yang mendadak menjadi pucat. "Jangan bilang kalau lo marah? Bukannya seharusnya lo senang? Kan ini kemauan lo sendiri."

Debora menelan saliva nya yang terasa begitu pahit. "Gue senang kok, tapi__ tapi gue ngerasa ada yang aneh sama perasaan gue."

"Siapa?" tanya Joyi ketika handphone Debora berbunyi.

"Deril," Debora pun mengangkat telepon tersebut.

"WOYYY DEBORA GILA, LO ADA MASALAH APA SAMA KAK BINA? KENAPA SAMPAI MAU CERAI?"

teriakan Deril dari sebrang membuat Debora reflek menjauh kan benda persegi itu dari telinga nya.

"Lo tau dari mana?"

"Dari kak Bina lah, dari siapa lagi? Gak mungkin dari tetangga!"

"Kok bisa?"

"Ini kak Bina lagi di rumah ngantar barang-barang lo dan lagi ngomong sama papa dan mama, kak Bina sampai minta maaf ke papa dan papa marah besar gara-gara lo__"

Tanpa menunggu Deril menyelesaikan perkataan nya, Debora mematikan sambungan telepon secara sepihak, kemudian mengambil kunci mobil untuk pergi menuju ke rumah papa nya.

"Lo mau kemana?"

"Gue mau pulang, Bina ada di rumah papa sekarang."

•••

Huaaaa kira-kira apa yang akan terjadi selanjutnya?

Spam komen disini 👉

Komen next disini 👉

Jangan lupa vote nya biar Miawww cepat update 🥰

21032024 - 20:11

DEBORATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang