Annyeong 👋
Miawww akhirnya back setelah hampir 2 Minggu Hiatus tanpa kabar🤭
Semoga setelah ini Miawww bisa lebih aktif nulis lagi sama promosi nya ya🥰 dan semoga pembaca Miawww bisa lebih naik dan loyal dari cerita sebelumnya.
Bisa yuk spam komen dan Vote
Follow juga sebelum baca🥰🥰🥰Amin, amin, amin
Happy reading
•••
"Debora?"
Debora yang baru saja menuruni anak tangga terakhir berhenti melangkah ketika Danis yang keluar dari dapur memanggil namanya.
"Kamu mau kemana?"
Debora mendengus kemudian menoleh pada Danis yang sudah berdiri di depannya dengan senyum terpaksa.
"Bukan urusan anda."
"Ini udah malam," kata Danis seraya melihat kearah jam dinding. "Kalau kamu mau pulang ke apartemen, kamu bisa pulang besok pagi."
"Excuse me... anda siapa ya berhak ngatur saya?" tanya Debora tak suka.
Danis yang sudah terbiasa dengan perkataan Debora dan tidak peduli akan kenyataan jika anak sambung nya itu tidak pernah menganggap dirinya sebagai mama selama lima belas tahun ini, kemudian hanya tersenyum tipis.
"Jelas berhak dong, aku kan mama kamu."
"Oh ya?" Debora terkekeh geli. "Anda menikah dengan papa saya bukan berarti anda adalah mama saya. Karena mama saya cuman satu."
"Mama kandung kamu memang cuman satu, tapi aku mama sambung kamu. Jadi aku punya hak ngatur kamu walaupun kamu gak mau aku atur."
"Kalau udah tau kenapa masih suka ngatur?" tanya Debora kesal.
Debora memang tidak tinggal di rumah, tapi Danis selalu mengatur kehidupannya. Dengan selalu menyuruh Deril memantaunya di apartemen, terus saja memaksa Johan untuk menyuruh dia agar kembali pulang dan sering mengomentari pakaian serta mengatur pertemanannya. Debora benci itu semua, Debora benci dengan Danis yang berlagak sok seperti seorang mama padahal kenyataannya zonk.
Danis melipat tangan di depan dada
"Karena papi kamu gak berani ngatur anaknya yang nakal ini maka saya sebagai istri yang harus turun tangan sendiri.""Jadi anda berani ngatur saya?"
"Jelas berani, karena itu tugas aku sebagai mama sambung kamu dan sebagai istri papa kamu."
Debora maju beberapa langkah lebih dekat dengan mata tajam. "Biar saya kasih tau. Pertama kamu bukan mama saya, kedua kamu hanyalah istri pengganti dan ketiga kamu gak punya hak mengatur saya."
"Debora!"
Debora dan Danis menoleh di atas tangga di mana Deril berdiri lalu melangkah cepat untuk turun.
"Lo bisa sopan sedikit gak sama mama!" bentak Deril yang tidak terima mamanya di perlakukan seperti barusan.
"Lo sama nyokap lo ini bisa sadar diri gak!" balas Debora. "Sadar Ril, nyokap lo bukan siapa-siapa kalau dia gak nikah sama bokap gue. Dia cuman perempuan penggoda. Jadi jangan berani untuk naikin suara lo di depan gue! Lo gak berhak!"
Deril yang tersinggung mendorong pundak Debora lalu dengan cepat Danis tarik tangan anaknya itu.
"Lo berani hina mama gue kayak gitu?" tanya Deril sinis. "Lo gak sadar kalau lo juga perempuan penggoda?"
"Maksud lo apa sialan?" tanya Debora marah.
"Lo pikir gue gak tau kalau lo udah godaan pak Bina biar mau nikah sama lo."
"Deril! Jaga omongan kamu, Debora kakak kamu. Kamu gak boleh ngomong kaya gitu."
"Enggak! Dia bukan kakak aku Ma, dia aja gak pernah anggap aku adiknya." Deril menatap sinis Debora yang juga menatapnya. "Dan seharusnya dia yang gak boleh ngomong kaya gitu tentang mama."
"Loh emang kenyataannya gitu kan? Nyokap lo cuman sekretaris penggoda suami orang lalu mengambil kesempatan saat papa gue sedang berduka."
"Lo juga penggoda, lo godain pak Bina__"
"Gue bukan penggoda sialan!"
Emosi, Debora pun menjambak rambut Deril sampai kepala pria itu miring kesamping. Deril yang kesakitan dan tidak terima pun tidak tinggal diam, dia ikut menjambak rambut Debora. Biarkan saja dia di hina bencong setelah ini oleh Debora karena sudah berani menjambak rambut perempuan.
"Deril udah," Danis berusaha melerai Debora dan Deril yang semakin menjadi-jadi. Keduanya dengan tidak berperasaan menarik rambut masing-masing sambil berputar pelan. "Debora, udah lepas."
"Debora! Deril!"
Debora dan Deril pun terdiam tapi tetap enggak melepas tangan dari rambut masing-masing.
"Lepas," perintah papi tegas.
"Gak, sebelum Deril lepas lebih dulu," tolak Debora.
"Lo lepas duluan baru gue," balas Deril. Karena jika dia yang melepas jambakannya lebih dulu maka Debora pasti akan menarik rambutnya lebih keras lagi. Mengalah pada Debora sama saja cari mati.
"Lepas sama-sama," kata Johan akhirnya.
Debora dan Deril saling melempar tatap sembari menghela napas kesal.
Debora dan Deril lalu menghitung satu sampai tiga bersama-sama, dan sesuai dengan dugaan Deril. Setelah Deril melepas jambakannya, Debora justru tidak ikut melepas dan malah menarik rambut Deril lebih keras kemudian baru di lepas ketika Deril sudah merintih kesakitan.
"Kamu malam-malam gini mau kemana?" tanya Johan.
"Mau pulanglah Pah, mau kemana lagi emang?" jawab Debora tanpa melihat wajah Papi nya. Kurang ajar? Memang itulah Debora.
"Bohong Pah, jangan percaya. Paling juga kak Debora mau ke kelab."
Debora menatap Deril tajam seolah memberi perintah untuk diam atau Deril akan habis di tangan Debora.
"Ini udah malam, lebih baik kamu nginap dulu di sini."
"Sorry, ini bukan rumah aku." Debora menaikan tasnya ke atas bahu. "Dan aku gak nyaman tinggal di rumah yang bukan rumah aku."
"Debora!" Suara papi meninggi sesaat. "Ini juga rumah kamu, rumah kita__"
"Itu dulu, sebelum mama pergi dan papi nikah lagi." Debora menatap sinis mama Danis yang hanya diam dan malah terlihat biasa saja.
"Bor, Harus gimana lagi papa jelasin ke kamu kalau__"
Debora mengangkat tangan kanannya ketika mendengar suara mobil dari luar rumah. "Aku gak butuh penjelasan apapun, Pi."
Setelahnya Debora pergi karena Bina sudah datang menjemputnya.
Bina yang baru saja keluar dari mobil kembali masuk ketika Debora yang dengan buru-buru langsung masuk kedalam mobil bahkan tanpa melihat kearahnya.
"Ayo jalan," suruh Debora sembari memakai selt belt.
Deril yang paham dengan keadaan Debora pun segera menjalankan mobil untuk meninggalkan pekarangan rumah Debora.
•••
Ayo tebak, kira-kira Bina bakal bawa Debora kemana? Ke rumah atau ke kelab?
Yg nungguin cerita Debora ketik AKU
Spam komen disini 👉
Komen next disini 👉
Wajib meninggalkan jejak! Vote + komen + Follow
Please jangan jadi Secret Readers!
131223 - 23:28
KAMU SEDANG MEMBACA
DEBORA
Romance"Gue benci kehangatan keluarga, tapi gue pengen punya pasangan untuk berbagi cerita." "Perkenalkan ini calon istri saya" Bagi Debora Johanna, Kelab adalah rumah keduanya setelah apartemen, tempat dia untuk menumpang mandi dan tidur saja. Menurut Deb...