23. AKAN BERAKHIR?

936 60 5
                                    

Annyeong 👋

Jangan lupa untuk selalu meninggalkan jejak☺️🥰

Happy reading

•••

"Alhamdulillah kamu akhirnya sadar nak," ucap Danis lega setelah dua jam lebih Debora tidak sadarkan diri.

Debora mengerjabkan mata, dia cukup kaget melihat banyaknya orang. Tidak hanya keluarga nya, tapi juga keluarga Bina bahkan Bina sendiri yang berdiri di sebelah Deril dengan infus yang masih terpasang di tangan.

Debora lantas bangun dari tidur nya seraya memegang kepalanya yang sedikit pusing, kemudian merintih sakit.

"Kaki aku kenapa?" tanya Debora kaget melihat kakinya yang di perban bahkan celana cutbray mahal sekaligus kesayangannya sudah terpotong tinggal selutut.

"Kaki kamu luka karena kejatuhan lampu," jawab Danis.

"Terus Kenapa celana aku di robek?" kesal Debora.

Deril menghela napas melihat tingkah drama kakaknya itu. "Namanya juga kena lampu yang pastinya pecah, pecahan lampunya nancep di kaki lo makanya celana dangdut lo itu di potong."

"Celana dangdut lo bilang?! Kurang aja ya lo!" Debora hendak berdiri ingin menjambak rambut Deril tapi di tahan Danis.

"Ahkkk ... sakit," rintih Debora.

"Makanya kamu jangan gerak, kaki kamu luka nya cukup parah Debora." Ujar papa yang duduk di kursi roda.

"Gimana gak marah? Ini tuh celananya mahal udah gitu limited edition, susah dapatnya," rengek Debora seperti anak kecil.

"Yaelah lebay banget, di Tanah Abang juga banyak celana kaya gitu." Ledek Deril lagi

Danis memukul pelan pundak Deril. "Deril udah, gak usah mancing emosi kakak kamu terus."

"Siapa sih yang mancing emosi kak Debora, bagus juga mancing ikan. Iyakan kak?" Tanya Deril pada Bina yang langsung di jawab dengan anggukan kepala.

"Nanti kan bisa beli celana baru lagi Bor, yang penting kamu gak kenapa-napa." Ucap Mama Salma seraya mengusap kamu Debora yang di perban.

Debora menggigit bibirnya keras, gara-gara celananya robek dia jadi lupa akan keberadaan keluarga Bina. Dalam hati Debora menggerutu kesal sekaligus malu. Dari banyaknya rumah sakit yang ada kenapa Welly harus membawa dia ke rumah sakit di mana Bina dan papa nya di rawat. Benar-benar menyebalkan.

"Ehhh Bu Debora udah bangun?" Tanya seorang dokter perempuan yang baru saja masuk dengan seorang suster. "Buk Debora Tidurnya nyenyak sekali padahal ada banyak orang di sini."

Danis dan Salma berdiri di sisi ranjang pun menyingkir agar sang dokter bisa memeriksa keadaan Debora.

"Tidur?" ulang Debora.

Dokter mengangguk dan tersenyum lebar, "tadikan pas saya lagi jahit lukanya buk Debora udah sadar. Baru kali ini loh saya punya pasien sadar dari pingsan langsung ijin mau tidur siang dulu."

Debora kemudian hanya tersenyum tipis

"Pantesan tadi gue denger ada suara ngorok," sahut Deril.

"Gimana? Apa buk Debora masih pusing?" tanya dokter lembut kemudian memegang pergelangan tangan dan perut Debora bergantian.

"Masih agak pusing sedikit dok," jawab Debora kaku, dia merasa aneh di panggil ibuk oleh dokter itu.

"Buk Debora gak kenapa-napa, ibu pusing karena kurang istirahat dan sempat sedikit shock Karena lihat darah di kakinya sampai akhirnya pingsan."

DEBORATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang