14. OMA

1.1K 41 15
                                    

Annyeong 👋

Jangan lupa untuk selalu meninggalkan jejak 🥰

Part ini panjang banget so please guys tinggalin jejak kalian biar Miawww makin semangat nulisnya.

Vote and komen yang banyak!

Happy reading

•••

"Itu obat apa sih? Kok kamu sering banget minum?" tanya Bina yang baru saja keluar dari kamar mandi

"Hah ... uhuk ... Uhukkk ... " Debora yang sedang meneguk airnya jadi tersedak, kaget dengan pertanyaan Bina. Padahal itu bukan kali pertama Bina bertanya.

Bina menghampiri seraya mengusap punggung Debora pelan. "Hati-hati Bor."

"Habisnya kamu bikin aku kaget," kata Debora seraya meletakkan gelas di atas meja. "Ini vitamin, kayaknya kamu udah pernah nanya deh."

"Masa sih? aku lupa." Bina melingkarkan tangannya di perut Debora dari belakang dan sesekali mencium pundak istrinya yang memakai dress di atas lutut tanpa lengan itu.

"Bina geliii," Debora terkekeh ketika Bina tiba-tiba mengusap-usap perutnya yang membuat dia jadi kegelian.

"Aku gak sabar deh lihat perut kamu besar," ujar Bina berbinar.

"Gak mungkin perut aku besar, aku kan rajin olahraga sama diet." Balas Debora yang tidak mengerti maksud ucapan suaminya.

"Maksud aku perut kamu besar karena hamil bukan karena gendut sayang," jelas Bina kemudian yang membuat Debora jadi terdiam.

Debora lantas hanya tertawa hambar sebagai balasan.

Bina memutar tubuh Debora agar menghadap padanya, sedangkan tangan nya masih setia melingkar di pinggang kecil Debora.

"Hari ini kamu pulang jam berapa?" tanya Bina.

"Emmm, kayaknya jam tujuh soalnya nanti sore aku ada meeting sama vendor." Debora melingkar kan tangan nya di leher Bina. "Kalau suami aku ini pulang jam berapa nanti?"

Bina berdecak. "Pake nanya lagi, sekolah biasanya emang pulang jam berapa sayang? Perasaan gak pernah berubah."

"Mana tau aja abis pulang sekolah kamu ada rapat, kan gak ada yang tau."

"Sayang, kalaupun ada rapat biasanya pagi. Bukan sore apalagi pas pulang sekolah." Kata Bina memberi tahu, kemudian melepas pelukannya untuk mengambil dasi di atas meja yang sudah Debora siapkan lalu memberikan dasi tersebut pada istrinya agar memasang di lehernya.

"Kan mana tau sayang," Debora menepuk pundak Bina setelah selesai memasang kan dasi itu dengan rapi. "Tapi enak juga ya jadi guru, jam berangkat sama pulangnya udah pasti. Udah gitu tanggal merah udah pasti libur, weekend juga libur."

Bina hanya menggelengkan kepala mendengar pernyataan dari Debora. Menjadi guru memang terlihat mudah, tapi pada kenyataannya tidak seperti itu.

"Kalau enak kenapa kamu gak jadi guru aja?"

"Bahaya kalau aku yang jadi guru. Yang ada murid-murid nya gak bisa fokus belajar. Dan orang tua pada mendemo karena otak anak mereka gak berisi."

"Kenapa gitu?"

Debora mundur dua langkah kemudian berputar seraya mengibaskan rambut panjangnya yang Curly. "Karena kecantikan dan keseksian aku bakal buat mereka gak fokus sama pelajaran dan malah fokus ngeliatin aku."

Bina terkekeh. "Oh iya juga ya, bahaya kalau istri aku jadi guru bisa-bisa banyak yang naksir." Bina kemudian merangkul pinggul Debora. "Yaudah ayo kita sarapan. Yang lain pasti pada nungguin."

DEBORATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang