Annyeong
Sedih banget deh Miawww, kalian Kenapa pada pelit vote sih? Vote kan gratis gak berbayar🥺 padahal yg baca perbab nya 300 lebih, tapi Vote nya gak pernah tembus sampai 50 vote🥺
Ayo dong guys di vote, jangan cuman di baca. Biar kita sama-sama enak☺️ Miawww gak minta banyak-banyak kok, Miawww cuman pengen 1 orang 1 vote dan komen☺️
Btw ini bab nya panjang loh, jadi harus tinggalin jejak biar cepat update 🥰
Happy reading
•••
Selama menuju ruang inap Bina tidak ada percakapan antara Debora dan Dina. Keduanya berjalan dalam keheningan. Padahal Debora tidak menyukai hening seperti saat ini, tapi dia tidak tau harus mengatakan apa pada Dina. Dia tidak tau apa yang harus di bicarakan sedangkan hubungan nya dengan keluarga Bina sedang tidak baik-baik saja. Maka dari itu, Debora memutuskan untuk diam saja. Lagi pula dia sedang tidak ingin di tanya sesuatu yang membuat dia harus menjawab.
Sampai akhirnya Dina membuka percakapan terlebih dahulu.
"Bina dari kemarin demam, tapi dianya keras kepala banget gak mau ke rumah sakit," ungkap Dina pada Debora. "Akhirnya tadi subuh di paksa mama ke rumah sakit karena demamnya makin tinggi." Lanjut Dina seraya melirik Debora yang sama sekali tidak memberikan reaksi atau bahkan pertanyaan.
"Bina jarang banget tau sakit, sejak kenal kamu sampai akhirnya nikah aja Bina belum pernah sakit kan," tambah Dina lagi.
Debora hanya menganggukkan kepala. Selama ini Debora memang tidak pernah melihat Bina sakit dan jujur saja Debora sedikit terkejut ketika mengetahui pria yang selalu menjaga kesehatannya itu sakit.
"Bina akhir-akhir ini banyak pikiran banget, dan kalau lagi banyak pikiran Bina bisa gak tidur selama berhari-hari sampai akhir nya jatuh sakit. Padahal Bina paling takut sakit, soalnya dia takut minum obat. Makanya kemarin pas di suruh ke rumah sakit dia gak mau. Tapi kalau udah parah mau gak mau dia pasti mau ke rumah sakit, tapi minum obatnya harus di paksa kalau gak, gak bakal di minum obatnya."
Debora tetap diam. Dia tidak tau harus bereaksi seperti apa. Tapi semua yang di katakan Dina barusan tentang Bina, Debora baru tau sekarang. Debora baru tau Bina takut minum obat.
Dina berhenti begitu pun dengan Debora. "Kamu marah juga sama mbak? Bukannya kamu cuman berantem sama Bina?"
"Hah? Eng-enggak,,, kok mbak. Aku gak marah sama mbak Dina." Jawab Debora cepat.
"Kalau gak marah kenapa kamu diam aja dari tadi?" tanya Dina lagi.
"Aku gak tau harus ngomong apa sama mbak Dina," jawab Debora jujur.
Dina tersenyum lantas merangkul lengan Debora dan kembali berjalan.
"Kita emang hampir gak pernah ngobrol sih sejak kamu gabung di keluarga kita." Ungkap Dina, selama ini bahkan keduanya tidak pernah mengobrol sebenarnya. Hanya tegur sapa saja saat di meja makan. "Kamu sibuk banget kerja, tinggal nya juga di paviliun. Jadi kita jarang ketemu."
Tanpa sadar Debora menganggukkan kepalanya. Memang benar dia hampir tidak pernah berinteraksi dengan keluarga Bina kecuali Oma dan Nining yang sedang sekali mendatangi nya dan Bina di paviliun, lalu menceramahi Debora panjang kali lebar.
"Tapi walaupun begitu, mbak udah sayang banget sama kamu. Mbak udah anggap kamu kaya adik sendiri dan jujur__" Dina diam sesaat takut menyinggung perasaan Debora. " Dan jujur mbak sedih kalau kamu sampai benaran pisah dari Bina."
Debora menatap mata Dina untuk menunjukkan pada perempuan lembut itu bahwa keputusan nya sudah bulat.
"Mbak, jangan berusaha untuk bujuk aku. Karena aku gak bakal luluh atau berubah pikiran mbak, keputusan aku udah bulat. Aku benar-benar mau pisah dari Bina, gak ada kecocokan di antara aku dan Bina, mbak."
KAMU SEDANG MEMBACA
DEBORA
Romance"Gue benci kehangatan keluarga, tapi gue pengen punya pasangan untuk berbagi cerita." "Perkenalkan ini calon istri saya" Bagi Debora Johanna, Kelab adalah rumah keduanya setelah apartemen, tempat dia untuk menumpang mandi dan tidur saja. Menurut Deb...