Annyeong 👋
Welcome back to my story yang suka lama update ini😁
Jadi gimana hari-hari kalian?
Semoga selalu menyenangkan ya🥰 jangan lupa selalu berdoa, bersyukur dan berusaha💪
Kayak Miawww yang selalu berusaha membuat para pembaca Miawww bahagia dengan cerita yang Miawww buat❤️🩹
Happy reading 🥰
•••
Debora benar-benar marah, kecewa, tidak percaya dan tidak terima akan semua yang sudah terjadi dalam hidupnya.
Debora selalu memimpikan hidup yang bahagia untuk nya di masa depan, dia ingin bahagia walaupun tidak memiliki keluarga. Walaupun orang-orang selalu mengatakan jika kebahagiaan akan terasa lengkap dengan adanya sebuah keluarga yang ikut merasakan kebahagiaan itu.
Namun Debora selalu meyakinkan dirinya, jika dia bisa bahagia tanpa adanya sebuah keluarga yang berada di satu rumah yang sama saling berbagi luka, tawa dan bersama. Semua hal itu tidak ingin Debora miliki sejak kepergian ibunya.
Debora hanya menginginkan satu orang untuk menemani dia di saat bahagia. Hanya satu orang yang dia rasa pantas menerima semua kasih sayang, bahagia dan luka yang Debora punya.
Dan Debora pikir dia sudah menemukan orang spesial itu. Debora pikir dia sudah memilih orang yang tepat untuk berbagi keluh dan kesah. Namun, pada kenyataannya seseorang yang dia pikir pantas untuk menemaninya dalam segala hal justru malah membuat Debora malah merasakan semua hal itu sendirian. Debora tidak berani berbagi perasaannya dengan Bina, Debora bahagia tidak pernah menangis di depan Bina atau mengeluh akan kehidupan yang dia jalani. Bahkan sampai saat ini Debora tidak pernah menceritakan tentang segala ketakutan yang Debora punya. Dia tidak berani.
Hal itulah yang menjadi alasan utama Debora ingin berpisah dengan Bina. Dia merasa perasaan nya salah. Jika benar Debora mencintai Bina, seharusnya Debora bisa jujur akan segala hal pada pria itu. Termasuk untuk tidak memiliki anak.
Debora menunduk, melihat kearah perut datar nya dengan mata yang sudah memerah dan pipi yang telah di penuhi dengan air mata.
Setelah semua orang keluar dari ruangannya, Debora lantas kembali masuk kedalam kamar mandi menghidupkan air lalu terduduk di balik pintu kemudian membekap mulutnya dan menangis sejadi-jadinya.
Entah mengapa hatinya kembali hancur setelah sebelumnya sudah hancur saat mengatakan kepada Bina untuk berpisah. Tapi saat ini jauh lebih hancur lagi dari sebelumnya.
"Gue gak mau hamil," Isak Debora lagi, lalu di pegang nya perutnya. "Kenapa Lo harus hadir sih? Seharusnya lo gak boleh hadir di dunia ini. Lo gak boleh lahir dari rahim gue..."
Debora kembali membekap mulutnya, takut ada yang mendengar tangisannya. "Gu-gue... Takut... gue benar-benar takut..."
•••
Joyi meletakkan kembali bubur yang dia bawakan untuk Debora makan malam di atas meja samping ranjang. Joyi memilih menyerah memaksa Debora untuk makan. Jangan kan untuk makan sejak Joyi tiba saja Debora sama sekali tidak berbicara apa-apa. Hanya diam dan menatap kosong ke arah jendela yang memperlihatkan pemandangan lalu lintas yang macet.
"Bor, ini udah jam sembilan malam," Bina yang memang ada di ruangan itu pun aki buka suara. "Kamu belum makan dari siang, jangan__"
"Aku gak butuh omong kosong kamu," sela Debora cepat. "Mending kamu pergi deh, ngapain sih masih di sini? aku gak mau lihat muka kamu."
"Bor, lo jangan keras kepala gini dong. Lo harus makan, Lo mau di infus lagi? Lo mau nginep terus di rumah sakit?" Kesal Joyi yang telah muak dengan sikap egois Debora.
KAMU SEDANG MEMBACA
DEBORA
Romance"Gue benci kehangatan keluarga, tapi gue pengen punya pasangan untuk berbagi cerita." "Perkenalkan ini calon istri saya" Bagi Debora Johanna, Kelab adalah rumah keduanya setelah apartemen, tempat dia untuk menumpang mandi dan tidur saja. Menurut Deb...