Annyeong 👋👋👋
Maafkan diri ini yg suka sekali lama update ya manteman☺️🤤
Gak maksud kok, cuman karena kurang mood aja
Makanya ayok jangan cuma di baca tapi juga di spam komen dan si boom vote 🥰
Happy reading
•••
Debora, Deril dan Danis menunggu di depan ruangan setelah papa di bawa masuk ke ruang UGD untuk segera di beri tindakan para tenaga medis.
Danis yang masih syok kemudian duduk di kursi besi rumah sakit yang sudah tersedia. Air matanya sudah jatuh sejak tadi saat di perjalanan tapi tidak ada yang menenangkan wanita paruh baya itu. Bahkan Deril sekalipun, karena Deril sedang kecewa dan marah pada mama yang selalu dia banggakan di depan Debora.
Debora yang melihat Deril mengeluarkan handphonenya segera menarik kasar benda persegi tersebut. "Lo mau nelpon siapa?"
"Mau nelpon kak Bina," jawab Deril kemudian hendak mengambil handphone nya dari tangan Debora. "Siniin handphone gue."
"Ngapain lo nelpon dia?" tanya Debora tak suka.
"Ya mau ngasih kabar lah!" Balas Deril sewot.
"Emang kalau Bina ke sini papa bakalan langsung sehat?" tanya Debora tak masuk akal. "Enggak kan? Jadi mending lo diam, gak usah telepon dia."
"Suka-suka gue dong mau nelpon dia atau enggak, kak Bina berhak tau karena dia kakak ipar gue." Deril masih terus berusaha mengambil handphone nya dari tangan Debora.
"Lo lupa gue sebentar lagi mau cerai dari Bina? Itu artinya sebentar lagi Bina bukan kakak ipar lo dan dia bukan lagi bagian dari keluarga kita."
Deril tersenyum miring. "Sejak kapan lo anggap gue keluarga?" Debora diam, kemudian Deril kembali berusaha mengambil handphone nya yang sudah masuk kedalam tas selempang yang Debora bawa.
"Kalian berdua bisa tenang gak?!" Bentak Danis. "bisa gak sih kalian sehari aja jangan berantem? Papa kalian lagi sakit sekarang, tolong tenang dan fokus ke papa."
Tak ingin memperkeruh suasana Debora dan Deril pun memilih diam lantas ikut duduk di sebelah Danis tanpa mengeluarkan suara. Mereka diam dan hanyut dalam pikiran masing-masing.
Tidak lama kemudian seorang dokter pun menghampiri mereka bertiga.
"Gimana dok keadaan suami saya?" Tanya Danis khawatir.
"Alhamdulillah, suami ibuk tidak kenapa-kenapa. Suami ibuk pingsan di karenakan hipertensi nya yang kambuh." Ujar dokter yang akhirnya bisa membuat mereka bernapas lega. "Dan tolong terus jaga kondisi bapak supaya tidak terlalu banyak pikiran agar tidak sampai berpengaruh pada jantungnya. Dan suami ibuk baik nya di rawat inap dulu dua hari ini agar saya bisa memantau kondisi suami ibuk."
"Baik dok, terimakasih banyak ya dokter." Ujar Danis. "Kita udah boleh masuk kan dok?"
Dokter mengangguk membolehkan. "Boleh buk. Sebentar lagi bapak akan di bawa ke ruangan rawat inap."
"Mau kemana bor?" tanya Danis ketika melihat Debora malah berbalik arah.
"Mau balik ke apartemen," jawab Debora.
"Gak mau lihat papa dulu? Papa kamu lagi sakit loh Bor."
"Nanti gue ke sini lagi lihat papa, sekarang gue harus pulang untuk tanda tangan surat cerai." Papar Debora kemudian mengembalikan handphone Deril.
Danis mendekat lalu hendak mengusap kepala Debora namun Debora segera menghindar. "Kamu jangan terlalu terburu-buru bor, pikirin dulu baik-baik. Jangan sampai kamu menyesal nantinya."
KAMU SEDANG MEMBACA
DEBORA
Romance"Gue benci kehangatan keluarga, tapi gue pengen punya pasangan untuk berbagi cerita." "Perkenalkan ini calon istri saya" Bagi Debora Johanna, Kelab adalah rumah keduanya setelah apartemen, tempat dia untuk menumpang mandi dan tidur saja. Menurut Deb...