17. KECEWA

868 45 18
                                    

Annyeong 👋

Apa kabar kalian?

Semoga selalu dalam keadaan baik dan sehat selalu, amin

Jangan lupa untuk tinggalin jejak kalian dengan cara vote dan spam komen biar Miawww semakin semangat nulis dan Jangan lupa juga follow Miawww biar kalian dapat notifikasi update sampai end nanti.

Dan Miawww sangat ingin kalian memberikan kritikan atau saran untuk cerita DEBORA ini.

Happy reading 🥰

•••

Jika waktu bisa di putar, Bina berharap bisa bersikap lebih tenang lagi malam itu tanpa harus terbawa emosi yang membuat dia menjadi  menyesal seperti sekarang ini. Bina seharusnya bisa lebih dewasa dalam menghadapi istrinya yang dia sendiri tau sifatnya masih terlalu kekanak-kanakan. Bina benar-benar menyesali perbuatannya yang terlalu kekanak-kanakan juga sampai hampir saja lepas kendali melayangkan sebuah pukulan di wajah Debora. Jika hal itu sampai terjadi Bina benar-benar tidak bisa memaafkan dirinya sendiri.

Bina tau sikapnya kemarin salah, tapi semua itu dia lakukan karena dia takut istri nya kenapa-napa dan Bina juga tidak suka istrinya di sentuh oleh pria lain. Bina juga tidak ada niatan mengekang atau bahkan mengatur kehidupan Debora yang dia sendiri tau sangat menyukai kebebasan dan benci di kekang.

Sebagai seorang suami Bina hanya ingin istrinya menjadi wanita lebih baik lagi, walaupun Debora selalu baik di matanya.

Bina berdiri saat pintu kamar mandi di buka dari dalam dan menampakkan sosok Debora yang memang sudah rapi siap akan berangkat bekerja.

Debora melirik ke arah Bina sekilas dengan datar lantas mengambil tasnya yang memang sudah dia letakkan di atas meja nakas kemudian keluar dari dalam kamar yang terasa begitu sunyi seperti tidak ada orang.

Namun sebelum Debora benar-benar beranjak tangan besar Bina sudah lebih dulu mencekal lengan nya, menahan agar tidak pergi.

"Lepas," pinta Debora datar.

"Kita harus ngomong,"

"Aku udah terlambat, lepas." Pinta Debora lagi seraya menarik paksa tangan nya namun Bina malah semakin memegang kuat. "Lepas! Tangan aku sakit, Bin!"

Bina pun akhirnya melepaskan cekalan nya karena suara Debora yang tiba-tiba meninggi.

Debora memegang tangan nya yang sedikit memerah kemudian menatap Bina nyalang. "Aku gak nyangka ya ternyata kamu orangnya sekadar ini?!"

"Aku minta maaf, aku gak maksud untuk kasar sama kamu, dan soal semalaman aku minta maaf." ujar Bina setelah berdiri di depan Debora saat Debora akan kembali beranjak pergi. "Dan kita harus ngomong mengenai masalah semalam."

"Apa lagi mau di omongin?" tanya Debora marah. "Kamu mau omongin tentang aku yang kaya perempuan murah karena udah di pegang-pegang sama banyak pria. Gitu?"

"Bor, kamu kenapa ngomong kaya gitu?" tanya Bina tak suka

"Loh, bukannya kemarin kamu yang bilang kaya gitu tentang aku? Kenapa sekarang kamu marah?" Debora tersenyum miring. "Ahhh apa kamu sekarang baru sadar kalau istri kamu ini memang murahan, bahkan jauh sebelum kenal kamu udah banyak laki-laki yang pegang dan sentuh ak__"

Kalimat Debora berhenti saat sebuah tamparan keras dari tangan besar Bina mengenai pipi halus Debora.

Bina terdiam saat Debora yang beberapa detik sebelumnya terdiam sama seperti dirinya tiba-tiba tertawa dengan masih memegangi pipi.

Debora mengangkat wajahnya yang semula tertunduk ke sebelah kiri dan lagi-lagi tertawa dengan mata berkaca-kaca. Terlihat jelas bahwa Debora tidak ingin air matanya jatuh di depan Bina. Walaupun Bina istri nya sekalipun.

Mata Bina membulat seraya memegang kedua pundak Debora saat melihat ada cairan berwana merah yang keluar dari sudut bibir istrinya.

"LEPAS!" pekik Debora, tiba-tiba dia merasa jijik pada suaminya itu. "JANGAN SENTUH AKU DENGAN TANGAN KASAD KAMU ITU!"

Bina menggeleng cepat. "Bora, aku, aku gak__"

"ENGGAK APA? HAH!" sentak Debora. "AKU BISA MAAFIN SEMUANYA TAPI ENGGAK UNTUK MAIN TANGAN!"

Debora menepis kasar tangan dan mendorong Bina agar menjauh darinya lalu berusaha untuk keluar dari kamar tapi lagi-lagi Bina tahan dengan memegang tangan Debora.

"LEPAS!!!" teriak Debora. "Semalam aku udah ngingetin kamu, satu tamparan itu artinya semua berakhir." Debora menelan saliva nya yang terasa begitu pahit saat melihat Bina yang menggelengkan kepala dengan air mata yang sudah menggenang sama sepertinya. "Aku mau kita cerai."

"Enggak, enggak,,, aku gak mau." Tolak Bina tak mau. "Tarik ucapan kamu barusan! Kamu jangan gila Bor."

"YANG ADA AKU BAKAL SEMAKIN GILA HIDUP SAMA KAMU DAN DI ANTARA KELUARGA KAMU!"

"Ini ada apa sih ribut-ribut?" tanya Oma yang baru tiba bersama Salma, Nining dan juga Dina karena mendengar keributan Debora dan Bina dari meja makan yang letaknya memang tidak jauh dari paviliun tempat suami istri itu tinggal.

"Debora sayang, bibir kamu kenapa?" tanya Salma terkejut seraya ingin merangkul pundak Debora tapi langsung Debora tolak halus lalu Salma menatap Bina penuh tanya.

"Kalian teh kenapa atuh ribut pisan," sahut Nining kesal dengan pengantin baru tersebut. "Anak-anak sampai takut atuh dengar suara kalian."

"Kalian berdua berantem?" tanya Dina hati-hati tapi keduanya tetap hanya diam saja. "Bor, Bibir kamu kenapa?"

Debora menghela nafas lalu melipat bibirnya kedalam. "Kalian tanya aja sama anak kesayangan kalian itu," ujarnya kemudian pergi tanpa berpamitan.

"Bina!" Panggilan tegas dari Oma seketika membuat Bina mengurungkan niatnya untuk mengejar Debora. "Kenapa bibir Debora bisa berdarah? JAWAB JANGAN DIAM AJA!"

"Bina,,, Bina enggak sengaja nampar Debor__"

PLAKKK

Tanpa menunggu Bina selesai berbicara Oma langsung menampar keras pipi cucu yang paling dia sayang itu. "Itu bukan sengaja! Tapi memang keinginan kamu yang mau main tangan."

"Bina gak ada maksud nampar istri Bina, Oma," bantah Bina lagi. "Bina emosi karena__"

"Semarah-marahnya kamu sama istri kamu bukan berarti kamu punya hak untuk mukul dia!" bentak Salma kemudian. "Apa pernah mama sama papa ngajarin kamu untuk kasar sama perempuan? Apa pernah kamu lihat papa main tangan sama mama? Enggak kan Bin?!"

Bina diam, dia sadar akan kesalahannya dan Bina menyesali itu semuanya. Namun, tadi Bina benar-benar tidak suka mendengar perkataan Debora.

"Mama benar-benar kecewa tau gak sama kamu Bin," tambah Salma seraya menatap anaknya itu tidak percaya lalu pergi.

"Kalau nanti malam Debora sampai gak pulang, itu karena salah kamu dan kamu bakal nanggung akibatnya."

Ucapan atau lebih tepatnya adalah ancaman dari Oma seketika membuat jantung Bina terasa sesak. Bina sangat tau hal apa yang akan Oma lakukan nantinya.

•••

Oke segitu dulu ya guys 🥰

Satu kata buat Bina

Spam komen biar Miawww cepat update nya👉

Komen next disini 👉

09032024 - 02:36

DEBORATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang