20. BENCI DAN KECEWA

886 59 19
                                    

Annyeong 👋

Gimana puasanya? Lancar? Semoga lancar ya🥰

Btw tau cerita ini dari mana?

Udah baca cerita Miawww yang mana aja?

Yang belum follow, follow dulu biar dapat notifikasi update sampai end nanti. Spam komen nya juga jangan lupa biar Miawww cepat update.

Dan yang belum vote dari bab awal bisa yuk di boom vote dulu mumpung belum terlalu jauh. Gratis kok😁 biar Miawww senang dapat notifikasi boom vote nya🥰

Btw kalau ada typo tolong bantu tandai ya. Terimakasih 🥰

Happy reading 🥰

•••

Jika ada orang yang paling Debora benci saat ini, orang itu adalah Bina, suaminya. Tidak hanya benci, tapi Debora juga menyesal dan kecewa. Debora menyesal kembali di hari pernikahan nya saat itu, seharusnya dia tidak kembali, seharusnya dia tidak luluh akan kalimat Deril. Seharusnya dia tau, jika hari itu adalah sebuah pertanda untuk hari ini.

Dan Debora benar-benar kecewa pada Bina, sangat kecewa bahkan. Secepat inikah Bina mengambil keputusan? Secepat inikah Bina berubah pikiran? Hanya dalam waktu satu malam? Dan yang membuat Debora semakin kecewa, secepat itukah Bina bergerak? Bahkan sampai membawa barang-barangnya ke rumah papanya dan langsung memberitahukan kepada papanya juga tanpa berbicara terlebih dahulu padanya.

Setibanya Debora di pekarangan rumah, dia langsung buru-buru keluar untuk masuk. Tapi tinggal beberapa langkah lagi menuju pintu utama, pintu putih itu terbuka dari dalam dan memperlihatkan Bina, Papa, Ibu tirinya dan juga adiknya.

Semuanya diam, kaget melihat kehadiran Debora yang tiba-tiba. Sedangkan Debora dan Bina saling melempar tatap sampai akhirnya tatapan itu berakhir karena suara papa.

"Untung kamu kesini, papa baru aja mau nelpon kamu," ujar papa pada Debora.

"Yaudah kalau gitu Bina pamit ya Pa." Ijin Bina pulang seraya menyalim tangan Papa dan juga mama. "Ma, Bina pulang ya."

"Iya, hati-hati di jalan ya Bin," pesan mama Danis sembari mengusap pundak Bina. "Mama titip salam sama keluarga kamu di rumah. Kapan-kapan mama main ke rumah."

Debora yang melihat interaksi mereka hanya mengernyit. Heran sekaligus bingung, seolah tidak ada yang terjadi. Belum lagi Deril yang tidak lupa mencium tangan Bina dengan sopan.

"Aku mau ngomong," ucap Debora saat Bina akan beranjak.

Bina melihat jam yang melingkar di tangan nya sudah hampir pukul dua belas siang. "Gak bisa, aku ada janji sama pengacara."

"Pengacara?" Ulang Debora terkejut.

Tidak ingin mengganggu, Papa, mama dan Deril memutuskan untuk masuk kedalam rumah.

"Maksud kamu bawa surat cerai ke apartemen aku apa?" tanya Debora kemudian.

"Kenapa? Itukan kemauan kamu," balas Bina.

Debora memejamkan mata sesaat seraya memijit pelipisnya yang mendadak jadi pusing. "Iya, tapi bukannya semalam kamu bilang gak mau cerai? Terus kenapa sekarang kamu tiba-tiba mau?"

"Aku cuman ikutin kemauan kamu," ujarnya lalu beranjak.

Debora tidak tinggal diam, dia melebarkan langkah agar tetap sejajar berjalan di samping Bina. Debora tidak mau berjalan di belakang seolah dia sedang mengejar.

"Kemauan aku? Aku gak salah dengar?" tanya Debora sarkas. "Kayaknya baru aja semalam kamu ngotot gak mau cerai. Terus pagi ini tiba-tiba bawa surat cerai bahkan sampai udah tandatangan. Kamu pasti di suruh keluarga kamu kan untuk cerain aku? Iyakan?!"

DEBORATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang