Part 5 Tawaran

586 64 2
                                    

Sedang asiknya melamun tiba-tiba pintu terbuka membuat Cinta terlonjak kaget. Di lihatnya kepala Mitha menyembul di antara sela pintu.

"Hey udah mau jam 4 ini, yuk cuss ke atas biar cepat selesai" ajak Mitha.

Tasya pun berdiri merapikan meja dan mematikan layar komputer lalu mengambil tas di mejanya kemudian keluar menghampiri Mitha.

"Cinta... eh malah bengong, ke atas kuyyy" Tasya menoleh ke arah Cinta yang masih termangu.

"Hah??? Eh-eh tungguin" Cinta buru-buru mematikan komputernya, merapikan kertas yang berserakan dan segera mengambil tas ranselnya di laci bawah meja. Setengah berlari dia keluar ruangan mengikuti Tasya dan Mitha di depannya.

Sesampainya di dalam lift Cinta menghembuskan napas dalam.

"Kira-kira kalian tahu kenapa kita di panggil?"

"Entahlah, yang pasti kita ga ngelakuin kesalahan atau melanggar peraturan kantor. Kita liat aja maunya apa tuh si Samuel" seru Mitha geram.

Tasya mengedikkan bahunya dan menatap Mitha heran.

"Lu utang cerita ke kita. Kok kamu aneh sekarang kaya kesal gitu ke Pak Samuel, udah ga naksir lagi yah?" goda Cinta sambil menyenggol bahu Mitha.

Wajah Mitha berubah merah, tangannya dengan gemas mencubit pipi chubby Cinta.

"Kan benar kata Tasya, mengagumi bukan berarti ingin memiliki"

"Ssstttt....jangan berisik, kita udah mau nyampe" ucap
Tasya.

Cinta meringis mengusap pipinya dan segera melangkah keluar lift mengikuti Tasya dan Mitha. Mereka pun tiba di ruangan kantor pemimpin perusahaan mereka itu. Kantor itu terletak di lantai 12 terdiri dari 2 ruangan kantor Yang terpisah untuk CEO dan Deputy CEO. Kedua ruangan itu terdapat jendela kaca yang lebar dan pintu dari kayu jati terbaik yang kokoh. Di depannya terdapat sebuah meja panjang dan kursi untuk Darla sang sekretaris.

Tasya bergegas menghampiri Darla yang sedang sibuk mengetik di komputer sambil sesekali mengecek sesuatu di iPadnya. Cinta cukup dekat dengan gadis berjilbab itu, sesekali jika ada waktu mereka janjian makan siang bersama atau jalan-jalan ke mall bersama Tasya dan Mitha. Darla seorang gadis mungil dengan lesung pipi yang membuatnya sungguh terlihat manis jika tersenyum.

Darla merupakan adik kelas Chandra di bangku SMA. Setelah lulus kuliah Chandra mengajaknya bergabung menjadi sekretaris mereka. Pernah Mitha iseng bertanya kenapa ga pacaran dengan Chandra atau Samuel? Darla dengan lugas menjawab ga mungkin karena mereka pure bersahabat bahkan sudah seperti kakak dan adik, lagi pula ada benteng yang tinggi membuat hal itu mustahil karena perbedaan keyakinan.

Darla menoleh dan tersenyum hangat ke arah mereka.

"Baguslah kalian udah datang, ayo ikut gue"

"Kira-kira kamu tahu kenapa kita di suruh kesini?" tanya Cinta was-was.

"Ga tahu, tapi tenang aja bukan hal yang buruk" sahut Darla menenangkan.

Mereka mengangguk dan melangkah ke arah 2 ruangan tersebut mengikuti Darla yang berhenti di pintu bertuliskan CEO.

"Mitha kamu ke ruangan Pak Samuel" kata Darla sambil menunjuk ke pintu di sebelahnya dengan tulisan Deputy CEO.

Mitha menoleh ke arah 2 temannya itu.

"Wish me luck girls, tunggu gue ya" cicitnya dan mengetuk pintu jati berwarna putih itu.

"Iya lu juga tunggu kita Kalau selesai duluan" sahut Tasya.

Cinta hanya mengangguk mengiyakan di samping Darla yang sedang mengetuk pintu berwarna senada di depannya.

"Masuk" terdengar suara berat  milik Chandra.

Cinta BeratTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang