Iring-iringan 4 mobil mewah berhenti di depan sebuah rumah sakit ternama di Jakarta, Cinta langsung turun dan membantu nora yang di pangku Faiz di bangku belakang. Chandra dengan sigap memarkirkan mobilnya setelah ikut membantu menurunkan Nora.
Xavier datang membawa sebuah brankar di ikuti oleh 2 perawat UGD kemudian membantu Faiz membaringkan Nora. Para perawat itu mendorong brankar Nora menuju ke UGD di ikuti oleh Faiz yang terus menggenggam tangan istrinya.
Chandra, Cinta, Tasya, Darla dan Umar menunggu di depan ruang UGD sementara Faiz dan Xavier ikut masuk menemani Nora. Ternyata Xavier bekerja di rumah sakit ini sebagai dokter spesialis jantung, karena itu Xavier bisa ikut masuk ke ruang UGD menemani Faiz dan Nora.
Tak lama Xavier keluar menemui istri dan teman-temannya yang menunggu dengan cemas. Dia langsung merengkuh Tasya dan menyampirkan jas yang di pakainya Ke tubuh istrinya itu.
"Kak Xavier gimana Kak Nora?" tanya Cinta.
"Sedang di tangani Dokter Vania di dalam, baru bukaan 4 dan sebaiknya urus administrasi dulu biar dapat kamar. Nanti Kalau bukaan sudah lengkap baru di bawa Ke ruang bersalin" saran Xavier.
"Gue urus deh sekarang" ucap Chandra.
"Baiknya gitu Chand, Faiz lagi ngeblank di dalam. Lo udah hubungin keluarganya?" tanya Umar sembari merangkul Darla.
"Mereka berdua sudah tidak punya sanak keluarga lagi, keluarga gue adalah keluarga mereka sekarang" sahut Chandra sendu.
"Lo urus administrasi dulu Chand, biar gue telepon tante Mira" ujar Samuel yang menemani Mitha duduk di bangku panjang. Tampak Mitha kelihatan mengantuk dan menguap lebar beberapa kali.
Chandra mengangguk lalu segera beranjak menuju ke lobby rumah sakit untuk mengurus administrasi dan kamar rawat inap untuk Nora. Cinta ikut duduk di bangku putih dan memperhatikan para bumil yang tampak sangat kelelahan, malam sudah larut dan mereka perlu beristirahat.
Beberapa saat kemudian Chandra datang bertepatan dengan brankar Nora yang keluar dari dalam UGD di ikuti Faiz yang dengan setia di sampingnya. Terlihat Nora sudah berganti baju dengan gaun pasien rumah sakit. Nora tampak santai dan mengumbar senyum tulus melihat semua mencemaskannya, hatinya terasa menghangat. Seorang dokter wanita berjalan di belakang mereka kemudian berhenti ketika melihat Xavier dan yang lain di depan ruang UGD.
"Gimana Van?" tanya Xavier melihat rekan sejawatnya itu.
"Masih bukaan 4, sebaiknya Ibu Nora di kamar inap dulu sambil menunggu bukaan lengkap".
"Ibu nanti di kamar di hitung kontraksinya ya, bisa jalan-jalan dulu atau menggunakan gym ball agar bukaan bisa lebih cepat".
Nora tersenyum dan mengangguk. "Terima kasih dok" ujarnya lirih.
"2 jam lagi saya cek Ke kamar Ibu, suster silakan di antar Ke kamar inap" titah dokter Vania.
Mereka semua mengucapkan terima kasih lalu mengikuti perawat yang mendorong brankar Nora menuju ruang rawat inap vvip di lantai 5. Kamar itu sangat luas berisi brankar untuk pasien dan satu bed untuk penunggu pasien, 1 ranjang bayi dan gym ball di sampingnya. Ada ruang tamu lengkap dengan sofa dan tv lcd berukuran 32 inch menempel di dinding serta meja makan dengan 4 buah kursi di pojok ruangan. Ada shower dan toilet juga. Tentu saja Chandra akan memilih yang terbaik untuk anggota keluarganya dan Nora yang sudah dia anggap seperti kakak sendiri.
"Tasya, Darla dan Mitha kalian pulang ya istirahat di rumah, makasih udah nemenin gue sampai Ke rumah sakit" ujar Nora yang berusaha untuk duduk di atas ranjang dengan bantuan suaminya.
"Kak Nora benar girls, kalian lagi hamil dan butuh istirahat. Kata dokter nunggu beberapa jam lagi buat bukaan lengkap" ujar Cinta.
"Baiklah, Kalau ada apa-apa call kita ya" ucap Tasya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Berat
Short StoryCinta tak percaya ada seseorang yang mencintai dengan tulus. Jaman sekarang orang bilang cinta berdasarkan fisik atau harta dan Cinta tidak memiliki keduanya. Dia hanya seorang gadis dari keluarga sederhana dengan rupa seadanya. Satu kelebihannya ha...