Mobil Chandra berhenti di depan rumah makan sederhana berbentuk lesehan. Chandra keluar dari dalam mobil dan bergegas mengitari mobilnya membukakan pintu untuk Cinta. Untuk kesekian kalinya Cinta tercengang akan perilaku atasannya itu.
Cinta segera turun mengikuti Chandra yang sudah masuk dan duduk di dalam angkringan itu. Tampaknya dia sudah sering kesini karena penjualnya tampak sudah akrab dengan Chandra. Tampak seorang wanita yang mungkin seumuran dengan neneknya di kampung menghampiri mereka. Rambutnya yang memutih di cepol ke atas dan wajah yang penuh dengan guratan usia tersenyum ramah.
"Malam mas Chandra, wah udah ada pawangnya nih. Di tunggu undangannya Mas"
"Ibu Sakir bisa aja, yah doain aja Bu" ucap Chandra seraya tersenyum.
Cinta cuma diam saja, dia heran kenapa Pak Chandra tidak membenarkan dugaan yang salah itu dan malah meminta doa atas ucapan Ibu itu.
"Amin mas, mau pesen apa?"
"Cinta mau pesan apa?" tanya Chandra dengan lembut.
"Eh... samain aja Pak" jawab Cinta pelan.
Ibu Sakir hanya bisa tersenyum melihat interaksi kedua anak muda di depannya itu. Akhirnya Chandra datang membawa pacar juga pikirnya.
"Ayam geprek sambal ijo, lalapan kangkung dan es jeruk 2 Bu"
Ibu Sakir mengangguk dan menulis pesanan mereka kemudian bergegas pergi ke dapur. Cinta memandang ke penjuru rumah makan. Tidak begitu luas, cukup untuk menampung sekitar 20 orang sekali makan. Walaupun kecil tapi bersih dan rapi, suasana malam ini suasana cukup lengang karena banyak yang beli untuk di bawa pulang. Chandra memperhatikan Cinta yang sedang mengamati sekelilingnya.
"Saya harap kamu tidak keberatan saya ajak makan di tempat sederhana seperti ini"
Cinta menoleh ke arah Chandra, di tatapnya mata tajam itu. Apa dia sedang menyindirnya? Dia pikir Cinta ngarep gitu di bawa ke restoran mewah?
"Malah saya yang heran Pak, kok bisa suka makan di sini. Biasanya orang-orang seperti Bapak seleranya beda".
"Orang-orang seperti saya?".
"Kaum crazy rich" sahut Cinta acuh.
"Saya sudah langganan disini sejak kecil. Keluarga saya sering kesini juga, kami bukan seperti yang ada dalam pikiran kamu"
Chandra menatap Cinta dalam, entah kenapa dia merasa gadis ini berbeda dengan yang lain. Dia tidak sungkan untuk menyuarakan pendapatnya dan tidak jaim bahkan tidak berusaha menarik perhatiannya. Cinta merasa jengah di tatap Chandra seperti itu, dia pun minta izin ke toilet sekalian membasuh tangannya.
Ketika dia kembali ke meja, tampak makanan sudah terhidang. Cinta segera duduk di hadapan Chandra, di lihatnya Chandra sudah melepas jas dan menggulung lengan kemeja sampai ke siku bersiap untuk menyantap ayam gepreknya.
"Duh ganteng banget jodoh orang" seru Cinta dalam hati.
Chandra menyendok nasi putih dari bakul ke piring dan di letakkan di hadapan Cinta, sekali lagi Cinta terpana. Atasannya itu sungguh pandai memperlalukan seorang wanita pikirnya.
"Mari makan" ujar Chandra.
"Terimakasih Pak"
Mereka pun makan dengan khidmat. Ternyata cita rasa rumah makan ini sungguh lezat. Cinta berpikir untuk mengajak Tasya dan Mitha kesini nanti. Makan malam itupun berakhir dengan drama Cinta yang ingin membayar makanannya namun di tolak keras oleh Chandra. Chandra juga sempat mampir membeli 3 kotak martabak di seberang rumah makan itu.
"Wah perhatian sekali Pak Chandra, Sempat membeli martabak buat keluarganya dirumah" pikir Cinta kagum.
Mereka pun melanjutkan perjalanan ke rumah Cinta.
"Belok kiri Pak, rumah paling ujung cat hijau" ucap Cinta ketika sudah masuk ke perumahan tempat tinggalnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Berat
Historia CortaCinta tak percaya ada seseorang yang mencintai dengan tulus. Jaman sekarang orang bilang cinta berdasarkan fisik atau harta dan Cinta tidak memiliki keduanya. Dia hanya seorang gadis dari keluarga sederhana dengan rupa seadanya. Satu kelebihannya ha...