Mereka tiba di rumah sakit lewat jalan belakang, beberapa anak buah Pak Faiz tampak berjaga-jaga di sekitar area. 4 orang perawat dan seorang dokter laki-laki sudah menunggu di depan pintu membawa brankar. Tampak Indra, Mira dan si kembar juga ikut menunggu kedatangan Chandra. Begitu mobil berhenti para perawat dengan sigap membuka pintu mobil dan menggotong tubuh Chandra, memindahkannya Ke brankar lalu mendorong masuk Ke dalam rumah sakit menuju lift khusus untuk pasien di ikuti oleh dokter tersebut yang terlihat sibuk mengecek Chandra dengan stetoskopnya sambil berjalan. Orang tua Chandra dan kakak kembarnya juga ikut menemani masuk Ke dalam lift. Sementara Samuel setelah menyerahkan mobilnya Ke salah seorang bodyguard untuk di parkirkan, mengajak Cinta dan Mitha naik ke lift sebelah khusus untuk pengunjung. Tak butuh waktu lama, lift berhenti di lantai ruangan bertuliskan VVIP Cempaka dan Samuel bergegas menuju Ke ruang tindakan. Tak sulit mencarinya karena di lantai ini hanya ada 3 kamar rawat inap, 1 ruangan tindakan dan 1 ruang khusus perawat. Orang tua Chandra sudah memesan lantai VVIP Cempaka ini khusus untuk Chandra dan keluarga mereka.
Sesampainya disana Cinta melihat Mira sedang duduk di peluk suaminya, si kembar Andra dan Endra duduk di samping mamanya di kursi panjang di depan ruangan tindakan yang tertutup. Samuel mengajak Mitha dan Cinta untuk duduk di bangku sebelah mereka. Begitu melihat Cinta, Mira langsung berdiri menghampiri nya dan memeluknya sembari menangis membuat Cinta ikut berlinang air mata.
"Cinta, terimakasih ya nak sudah membantu Chandra" Mira sesengukkan di pelukan Cinta membasahi bajunya.
"Pak Chandra ga papa Bu, sabar ya" Cinta berusaha menenangkan Mira, mengusap-usap punggungnya.
Indra berdiri menghampiri istrinya yang masih menangis di pelukan Cinta. "Sudah sayang, jangan nangis lagi" ucapnya lembut seraya meraih istrinya.
Mira mengangguk dan mengusap air matanya, dia sudah nampak lebih tenang. Tiba-tiba pintu ruang tindakan terbuka dan dokter tadi keluar menemui Indra dan Mira.
"Bapak Indra, anak Bapak baik-baik saja. Pingsan nya karena kelelahan dan dehidrasi, sudah kami infus. Kami juga sudah melakukan X-ray, pergelangan kakinya terkilir akibat jatuh tadi dan sedikit bengkak. Saat ini sudah di balut perban elastis, dan sudah sudah di beri anti inflamasi untuk meredakan nyeri dan bengkak. Nanti ada perawat yang akan mengompres kaki setiap 3 jam sekali dan Pak Chandra harus di rawat untuk observasi malam ini. Sebentar lagi akan kami pindah kan Keruangan rawat inap. Pak Chandra akan tertidur untuk beberapa jam ke depan dan kemungkinan besok sudah boleh pulang''.
"Terimakasih dok, " ujar Indra terlihat lega menyalami dokter berkaca mata itu.
❤️❤️❤️❤️❤️
Cinta memandangi ruangan yang luas itu, nampak seperti kamar hotel bintang 5 dari pada ruang rawat inap pikirnya. Chandra terlihat tidur dengan damai walaupun mukanya sedikit pucat. Mira duduk di kursi di samping tempat tidur, membelai tangan Chandra yang tertancap Jarum infus. Di pandanginya kaki putra bungsunya yang terbalut perban. Tak ada yang akan percaya Kalau pria tampan itu, sejam yang lalu ingin mengakhiri hidupnya dengan cara melompat dari lantai 5 di mall milik keluarganya. Cinta duduk di sofa di ruang tamu rawat inap Chandra di temani Mitha dan Samuel. Cinta bingung entah harus berbuat apa, dia merasa tidak ada hak berada disini tapi untuk pulang rasanya tidak rela, dia ingin berada di sisi Chandra. Andra dan Endra sudah pamit pulang dan Indra sedang mengurus administrasi rumah sakit di temani Samuel.
"Cinta ..."
"Cinta ... "
Chandra mengerang lirih menyebut nama Cinta, Mira menatap wajah anaknya. Mata Chandra masih terpejam, keningnya berkerut dan peluh mulai membasahi dahinya. Dia terlihat gelisah menggerakkan kepalanya dan memanggil Cinta. Nampak seperti mengigau dan bermimpi buruk.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Berat
Short StoryCinta tak percaya ada seseorang yang mencintai dengan tulus. Jaman sekarang orang bilang cinta berdasarkan fisik atau harta dan Cinta tidak memiliki keduanya. Dia hanya seorang gadis dari keluarga sederhana dengan rupa seadanya. Satu kelebihannya ha...