prolog🌻

873 45 2
                                    

Di pagi hari yang terlihat cerah.
Seorang gadis berpakaian formal terlihat berjalan dengan tergesak-gesak. Menuju ruang prakteknya.

Gadis itu bernama lengkap Melody Alzeta Pratama. Melody berprofesi sebagai seorang dokter. Dokter umum. Melody bisa di bilang dokter termuda di rumah sakit itu, sekarang usianya baru menginjak 21 tahun. Namun Melody sudah di kenal dengan dokter yang handal. Ia sering di libatkan dalam banyak hal penting di rumah sakit itu. di rumah sakit pelita Ahmad, tempat ia praktek. Rumah sakit yang cukup terkenal dan ternama di jakarta. rumah sakit yang di miliki oleh sang Oma sendiri, Oma Tina.
Paras cantik serta kecerdasan gadis itu membuat ia di gilai banyak pemuda, bahkan dokter-dokter lajang di rumah sakit itu. Banyak yang berusaha mendapatkan Melody.
Namun sudah pasti tidak mudah. Gadis itu bukan orang sembarang, terlepas dari sang Oma yang menjadi pemilik rumah sakit. Ia adalah anak dari seorang_Ali pratama_ pengusaha sukses yang memiliki banyak perusahaan, yang tersebar di beberapa negara. Di tambah lagi dengan semua trauma masa lalu yang Melody miliki, membuatnya tak mudah membuka hati.

"Selamat pagi dok. Ada seorang pasien yang hanya mau di tangani oleh dokter. Banyak luka goresan dari pisau di tangannya," jelas seorang suster yang baru masuk ke ruangannya.

Melody mengangguk cepat
"Suruh dia masuk," ucapnya kemudian.

•••••

"makanya nyari hobi itu yang lebih bermanfaat kak! ini hobinya berantem, cuma bikin sakit diri sendiri tau gak,"

Melody berdecak kesal karena ini sudah kesekian kalinya ia mengobati luka pemuda itu, sejak ia mengenalnya satu setengah bulan lalu.

"Giliran kaya gini aja datengin aku." ia menekan kuat lengan yang di penuhi darah itu. tanpa memperdulikan si pasien yang meringis kesakitan.

pasien itu adalah Arfi Fadillah Winata. Seorang mahasiswa sekaligus pengusaha muda berumur 23 tahun. Mungkin tak ada yang tak mengenal pemuda tampan itu, kecuali Melody.
Mereka sudah saling kenal sejak sekitar satu setengah bulan lalu. Pemuda itu sudah mengetahui dengan teliti semua tentang Melody. Namun Melody sama sekali tidak mengetahui apapun dari lelaki tampan itu. selain, seorang ketua geng yang suka berantem, membuat onar dan hobi keluar masuk bar.
Bahkan Melody sama sekali tidak mengetahui fakta bahwa ia sudah di nikahkan dengan Arfi sebulan yang lalu oleh orang tuanya.
Sungguh malang nasib gadis itu.
Sudah di nikahkan tanpa izin, pernikahannya di rahasiakan, bahkan lebih parahnya lelaki yang menjadi suaminya itu adalah orang yang setiap hari membuatnya kesal

"Kan lo dokter, emang tugasnya ngobatin." Arfi yang tengah duduk di atas Brankar ruang praktek Melody menatap lekat gadis cantik berhijab tosca yang di sebutnya bidadari itu.

"masalahnya kakak nyusahin aku mulu. Dari sekian banyak dokter di rumah sakit ini, kakak malah datengin aku," Melody mengganti kapas yang sudah berwarna merah karena darah dengan kapas baru yang sudah di beri alkohol.

"Itung itung Belajar ngurus gue sebelum kita serumah," Arfi terkekeh melihat Melody. gadis itu walaupun selalu mengomelinya tetap saja dengan telaten mau mengobati luka luka di tubuhnya.

"Serumah? ngapain aku serumah sama kamu?"

"Ya kalo udah nikah kan kita harusnya serumah." Arfi menunjukkan tatapan penuh makna ketika mengucapkan itu.

"Nikah, nikah. gak mau aku punya suami hobi berantem kayak kamu!" ucapnya dengan sinis.

"Gak papa, kan jadinya imbang gue luka lo yang ngobatin. mayan gak perlu bayar dokter lain lagi,"

"Hmm," Melody melempar kapas terakhir yang ia gunakan untuk membersihkan luka Arfi kedalam bak sampah dengan kasar.

Lalu beralih pada perban dan plester yang sudah siap di gunakan untuk membalut luka-luka itu.
Tidak terlalu dalam memang, namun beberapa luka hasil goresan dari pisau itu mengeluarkan cukup banyak darah.
"Lain kali gak perlu susah-susah berantem kalo cuma pengen dapet luka. dateng aja kesini biar aku potong sekalian tangan kamu,"

"Emang Lo tega, motong tangan jodoh lo ini? Yang ada gak bisa belai-belai lo lagi nanti." entahlah, Arfi yang sudah di butakan oleh cinta atau bagaimana. hingga ucapan pedas dan tatapan sinis dari Melody, yang bisa membuat orang orang bergidik ngeri terlihat sangat menggemaskan di matanya.

"Bisa-bisa mati muda karna darah tinggi, kalo aku berjodoh sama kamu!" Melody menggeplak tangan Arfi dengan keras ketika tangan penuh luka itu mulai berjalan usil menyusuri jas dokternya.
"Gak usah pegang-pegang!"

Terlihat sangat menyedihkan. baru juga di obati sudah di geplak lagi. sangat sakit rasanya. tapi biarlah Arfi menahannya. mana bisa dia marah pada gadisnya. dasar bucin!!

"Lo aja boleh megang megang gue,"
Apa salah Arfi? Bukan kah memang dia sudah sah menjadi suami Melody sekarang? lebih dari itu pun dia berhak. Melody sepenuhnya miliknya.

Tapi jangan salahkan Melody juga bersikap seperti itu, dia kan hanya menjaga harga dirinya dari seseorang yang menurutnya bukan mahramnya.
Tanggung sendiri akibatnya Karena menyembunyikan pernikahan itu dari Melody.

"Gak akan mau pegang, kalo kakak gak maksa buat di obatin sama aku!" sama sekali tidak perduli dengan darah yang kembali keluar dari luka luka itu akibat ulahnya yang seenaknya mengeplak tangan pasien. toh juga dia sendiri yang harus membersihkannya lagi, pikir Melody.

"Jangan marah marah nanti cepat keriput," Arfi menunjuk wajah tertekuk gadis yang sedang berada di hadapannya.

"Kamu yang bikin aku emosi!" mata gadis yang tak pernah mau menatap apalagi bertatapan dengan seorang laki-laki masih sibuk dengan aktifitasnya memerban tangan pasiennya.

"Ya itu artinya lo belum jadi cewe yang penyabar."
tak ada jawaban dari gadis itu. tidak ada habisnya jika harus meladeni seorang Arfi. jadi biarlah dia yang mengalah. lagipula ada benarnya juga ucapan lelaki itu. berarti Melody yang selama ini kurang penyabar mungkin, atau bisa jadi memang Arfi yang terlalu barbar untuk di hadapi dengan sabar.
ah sudahlah.

"Udah. sana pulang," tanpa menatap sang pasien. gadis cantik yang sering di panggil Mel itu kembali ke mejanya dengan wajah kesal setelah selesai mengobati luka Arfi.

"Ngusir?" Arfi turun dari Brankar dengan memegangi tangan kirinya yang sudah diperban.

"Iya."

"Gak sopan,"

"Biarin. kamu kira pasien aku cuma kamu. udah sana keluar, aku mau lanjut ke pasien lain," gadis itu memberi selembar kertas yang sudah di tulis resep obat.
"Obatnya di minum, salepnya di pake teratur. jangan bikin ulah sebelum itu luka kering," ucap Melody mencoba kembali ke profesinya sebagai dokter yang mengingatkan pasiennya.

"Cieee perhatian!"
Lelaki itu tersenyum meledek setelah mengambil kertas itu.

mencoba seprofesional mungkin menghadapi Arfi yang nyatanya slalu membuat kesal adalah hal yang sangat tidak mungkin untuk Melody.

"Makasih ya udah obatin." Arfi mengedipkan satu matanya dan tersenyum smirk sembari keluar dari ruangan dokter umum itu.
Senyum dan tatapan yang membuat banyak perempuan berteriak tak jelas. namun menurut Melody sangat mengerikan.

Jadi gimana? Udah pada baca kan?

Maaf ya kalo banyak typo(karna typo memang sudah menjadi hobi aku wkwkwk)
Maaf juga kalo ceritanya gak asik atau gak jelas karna ini cerita pertama aku😊

Jangan lupa vote and komen😉
Ehh jangan lupa follow juga

Kasi saran supaya bisa lebih baik kedepannya
Tanks❤️

melfi (love and hurt?) REVISITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang