MELFI [31. awal atau akhir?]

136 9 4
                                    


"betapa aku teramat berharap, kau benar-benar akan menjadi sosok wanitaku, sosok yang bersedia menyediakan bahunya untukku bersandar dikala letih,"

~Arfi Fadillah Winata~

~Arfi Fadillah Winata~

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

•melfi•

Melody memasuki rumah dalam keadaan menangis, ia berlari cepat melewati Daniel, Azam dan Agam yang tengah duduk disofa sambil menonton kartun. Gadis itu menaiki tangga dengan suara isakan yang terdengar begitu jelas.

Sontak hal itu membuat Daniel menatap si kembar penuh tanya, "ka Zeta kenapa?" Bukan mendapat jawaban. Daniel justru balik ditanya.

Daniel menggeleng tanda tidak tahu. Ia berdiri dari duduknya. "Kalian disini, biar Abang yang liat Zee," ucap Daniel. Yang kemudian berjalan menaiki tangga menyusul Melody yang sudah berada didalam kamarnya.

Tok tok tok

"Sayang kamu kenapa?" Ucap Daniel sambil terus mengetuk pintu kamar Melody.

"Buka pintunya, Zee! Kamu kenapa nangis?" Daniel dibuat semakin khawatir kala suara isakan yang kian terdengar nyaring.

Beberapa hari terakhir hanya air mata yang gadis itu keluarkan, tidak ada lagi senyum. Membuat hati semua orang yang menyayanginya terasa teriris. Daniel tidak pernah menyangka bahwa kehidupan gadis itu seburuk ini, apa setiap hari ini yang terjadi? Pikir Daniel.

Tak berbeda jauh dengan Daniel, Al juga merasakan hal yang sama. Hatinya teriris melihat putri kesayangannya menangis. Perlahan ia mulai menyesal sudah menyembunyikan pernikahan ini dari Melody, bahkan ia memaki dirinya sendiri, karena sudah berani menikahkan Melody tanpa izin. Belum tahu saja Melody sudah seperti ini, bagaimana kalau dia mengetahui yang sebenarnya.

"Zee ayo dong buka pintunya," ucap Daniel memelas.

"Zee mau sendiri dulu, bang!" Jawab Melody dari dalam.

"Zee!! Abang gak suka kamu kayak gini!" Ucap Daniel penuh penekanan.

"Abang dobrak pintu ini kalo kamu masih belum mau buka!" Daniel tidak pernah seperti ini sebelumnya. Tapi ia benar-benar sedih ketika menyadari Melody mulai menjauh darinya. Bahkan mungkin saat ini Daniel sudah merasa kehilangan Melody.

"Abang hitung sampai tiga," ucapnya.

"Satu--"

"Dua--"

"Alzeta ayok buka pintunya, dek!" Ucap Daniel masih berharap Melody mau membuka pintu. Wajahnya lesu, menyiratkan kekhawatiran yang berlebih.

Perlahan pintu terbuka, menampakkan Melody dengan mata sembabnya. Daniel masuk dan kembali menutup pintu kamar itu, lalu membawa Melody kedalam pelukannya.

melfi (love and hurt?) REVISITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang