MELFI [36. pilihan?]

158 11 14
                                    

"pada dasarnya takdir Allah itu selalu baik, walau terkadang perlu air mata untuk menerimanya"

~sayyidina Umar bin Khattab r.a~

•melfi•

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

melfi•

Dengan langkah ragu Melody berjalan napaki setiap pijakan yang harus ia lalui untuk sampai divila milik suaminya, vila yang nampak sangat nyaman, dengan nuansa kayu jati yang mendominasi.

Suara gitar yang dipetik serta alunan lagu galau yang dinyanyikan, membuat pagi ini sedikit berbeda.
Gadis cantik bermata coklat yang sedari tadi meremas ujung bajunya sendiri, untuk menetralisir rasa tegang didalam dirinya itu kini menunjukkan senyum canggungnya dihadapan beberapa anggota Antariksa yang tengah bersantai dipekarangan vila.

"Eh Mel," sapa Tian saat melihat kedatangan Melody dan Daniel.

Tak menjawab sapaan itu, Melody hanya tersenyum dengan mata yang seperti tengah mencari seseorang yang mungkin ada diantara mereka.

"Asik nih kayaknya, lagi pada ngapain?" ucap Daniel, berusaha membaur.

"Nyantai aja bang, mau gabung?" Ucap Levi.

"Boleh?" Jawab Daniel antusias.

"Ohya, kenalin gue Daniel kakaknya Kevin sama Mel," sambung Daniel memperkenalkan diri.

"Salam kenal, bang!" Jawab mereka serentak.

"Kalo malem pasti enak nih, nyantai sambil bakar jagung," Ucap Daniel.

"Yo'i," sahut yang lain.

Ya! Memang benar apa yang dikatakan Daniel. Keberadaan vila yang berada diatas bukit membuatnya sangat pas untuk menjadi tempat bersantai dimalam hari, entah itu untuk membakar jagung, minum kopi atau sekedar memandang gemerlap lampu gedung dan perkotaan dari atas sini.

Tak hanya itu, tempat ini juga cocok untuk mereka yang suka melihat sunrise.
Seperti yang sedang dilakukan anak-anak Antariksa sekarang, mereka menikmati pagi yang dingin sambil meminum kopi dan bermain gitar.

"Kak Arfi?" Ucap Melody. Sepertinya jika tidak diakhiri ocehan abangnya itu tidak akan berhenti, dan akhirnya membuat mereka terlalu lama disini.

"Ada didalam," jawab Tian yang mengerti maksud Melody.

"Aku anter," Tian berjalan mendahului, mengarahkan Melody untuk masuk.

"Abang!" Pekik Melody.

Daniel yang mengerti panggilan itu, hanya mengipas-ngipaskan tangannya di udara, meminta adiknya untuk masuk sendiri.

"Abang ihhh," Melody memajukan bibirnya beberapa senti. Tidak tahukah Daniel jika sekarang Melody sangat tegang. Rasanya ia belum siap jika harus bertemu dengan Arfi lagi. Apa lagi jika sendirian.

melfi (love and hurt?) REVISITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang