MELFI [15. ketetapan terbaik]

172 12 7
                                    

"Kelabu...
langit yang indah dulu semenjak kepergiannya.
Entahlah, kini tembok berlapis kesunyian telah memelenggu jiwaku.
dingin...
Hanya beralaskan air mata dan berselimutkan luka... "

~Thorsy~

(08/11/21)

(08/11/21)

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

melfi•

"Jangan ngomong gitu, gue gak suka!"

"Inget Mel! Allah gak akan kasi cobaan melebihi batas kemampuan hambanya! Lo itu orang yang kuat, gak mudah nyerah. buktinya lo udah berhasil lewatin semua badai yang terjadi dalam hidup lo selama ini. Liat udah sejauh mana perjalanan lo? Kenapa sekarang, lo mau menyerah hanya karna gerimis ini?" Tegas Arfi.

"gak ada yang mau liat lo kayak gini!" Setetas air mata yang berusaha keras di tahan sejak tadi jatuh tanpa suara keatas bahu gadis yang masih ada dalam pelukannya.

"Tapi ini semua terjadi karna aku kak! Aku yang buat-- "

"Shutt... " Arfi mengangkat dagu Melody, lalu menutup mulutnya dengan jari telunjuk. Ia menatap netra sembab itu dalam.

"Ini bukan salah lo By. Ini bukan salah siapapun! Ini udah jadi takdir yang Allah tetapin buat lo," Arfi mengelus lembut puncak kepala sang istri.

"seseorang pernah bilang ke gue, hidup adalah sebuah cerita. Kita harus membacanya sampai akhir, jangan pernah berhenti membacanya di halaman yang menurut kita terlalu menyedihkan dan menyakitkan, karna bisa jadi endingnya jauh lebih indah!"

"Lo boleh sedih, lo boleh nangis, tapi jangan pernah nyerah By! Yang buat lo bertahan sejauh ini bukan manusia, tapi Allah. Lo gak akan kenapa-napa hanya karna kehilangan manusia!" Ucapnya penuh penekanan. Berharap jika istri kecilnya itu bisa mengerti ucapannya.

"أَلَيْسَ اللَّهُ بِكَافٍ عَبْدَهُ

Bukankah Allah cukup untuk melindungi hamba-hamba-Nya.

(Q.S Az-zumar : 36)"


Melody terus menyembunyikan wajahnya di dada bidang Arfi. Pelukan ini, kata-kata ini, semua ini lah yang Melody rindu. Berada di dalam pelukan Arfi kembali mengingatkannya rasa hangat yang sudah menghilang tiga tahun ini. Rasa yang sama, meski dengan orang yang berbeda. Kata-kata yang Arfi ucapkan juga hampir sama persis dengan yang slalu di katakan Derren padanya. Ucapan itu juga mampu membuatnya tersadar bahwa sedih dan keluhannya selama ini terlampau berlebihan. Bukannya memohon ampun atas kesalahan masa lalunya, ia justru terus mengeluh dan berputus asa, bahkan berujar ingin menyerah. Kemanakah hilangnya iman yang ia miliki!

Arfi diam, laki-laki itu terus mengelus pelan punggung Melody. Arfi Membiarkan gadisnya itu menangis sepuasnya. Ia tau, sebenernya yang di perlukan gadis ini hanya pelukan. ia hanya perlu sandaran baru, untuk mengarahkannya pada jalan yang bener, selama ini Melody kehilangan arah karena tidak ada lagi yang menggandengnya.

melfi (love and hurt?) REVISITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang