"Ternyata hanya perlu berpasrah tanpa harus menyerah,"~Thorsy~
•melfi•
Saat ini Daniel tengah duduk disofa ruang tengah bersama Al, Dian, Azam dan Agam. Mereka tengah asik menonton film. Film horor malaysia berjudul 'munafik' menjadi pilihan mereka.
Ditemani dengan beberapa camilan seperti popcorn, yogurt dan minuman bersoda. Cukup mengurangi ketegangan film itu.
Agam menatap pada jam dinding yang terpasang di atas tv. Jarum jam sudah menunjukkan pukul 17.35 sebentar lagi adzan magrib berkumandang. Namun kakaknya belum juga tampak batang hidungnya.
"Kakak kok belum pulang juga ya pah?"
Tanyanya memecah keheningan di tengah tegangnya film horor yang masih diputar."Tadi bilang katanya ikut Arfi dulu," jawab Al santai. Al sangat percaya pada menantunya, itu sebabnya ia tidak mempermasalahkan jika Arfi membawa Melody kemanapun.
"Hmm,"
"Pah..." Ucap Daniel memberanikan diri. Sejak tadi pagi, setelah berbicara dengan Kevin. Daniel sudah menahan diri untuk menanyakan hal ini. Tapi sekarang, ia tidak sanggup lagi untuk tidak menanyakannya.
"Kenapa?" Tanya Al yang sedikit heran dengan ekspresi tegang Daniel sejak tadi.
"B-bener ya--" Daniel memotong ucapannya.
Al menatap Daniel heran. "Kenapa Daniel? Dari tadi keliatan gak tenang?" Tanya Al, yang di setujui oleh Dian.
"Abang takut ya nonton horor?" Ucap Agam meledek.
"Diem kamu anak kecil!" Ucap Daniel sinis. Ia melempari Agam dengan popcorn yang ingin ia masukkan kedalam mulut.
"Agam diam dulu!" Ucap Dian memperingatkan. "Kenapa bang?" Ia beralih pada Daniel menatapnya penuh tanya.
"E-emang bener, Arfi i-itu... su-suaminya Z-zee?" Tanya Daniel ragu.
Empat orang yang berada disana membelalak mata mereka tak percaya. Terkesiap? Sudah jelas.
Tiga dari mereka terkejut karena Daniel sudah mengetahui hal itu. Dari mana ia tahu?
Sedangkan satu diantara mereka terkejut karena baru mengetahui fakta itu."CK. Pertanyaan Abang gak ngotak!" Ucap Agam kembali nimbrung. Ia kira Daniel hanya bercanda.
"Abang gak lagi bercanda, Gam! Abang denger sendiri dari Kevin," ucap Daniel penuh penekanan.
Agam sontak menatap pada kedua orang tuanya. "Bener, Pah?" Ucap Agam ikut bertanya.
Al, Dian dan Azam diam tanpa suara sedikitpun. Mereka tidak tahu bagaimana harus menjelaskannya. Untuk sekedar mengatakan 'iya' saja lidah mereka terasa sangat kelu.
KAMU SEDANG MEMBACA
melfi (love and hurt?) REVISI
ספרות נוערIni tentang seorang pemuda bernama Arfi Fadillah Winata yang di minta untuk menikahi seorang gadis oleh ayah dari gadis itu sendiri. Gadis yang menjadi sahabat kecilnya dulu. Ini juga tentang Melody Alzeta Pratama Gadis cantik yang sama sekali tida...