"Tidak perlu menjelaskan tentang dirimu kepada siapa pun, karena yang menyukaimu tidak butuh itu. Dan yang membencimu tidak akan percaya itu."
~Sayyidina Ali bin Abi Tholib r.a~
Jangan lupa folow!
•melfi•
10 menit sudah setelah kepergian Melody. Arfi berdiam diri didalam mobilnya yang masih terparkir di parkiran fakultas kedokteran itu.
Pikirannya berkecamuk. Sejak dari rumah sakit tadi tak ada lagi percakapan yang terjadi di antara mereka selain kata terimakasih yang terucap dari mulut gadis itu ketika keluar dari mobil Arfi. Arfi bingung dengan posisinya sekarang. Di satu sisi hatinya terasa begitu sakit, mengetahui orang yang selama ini ia perjuangkan sama sekali tak mengharapkan nya.
Namun, di sisi lain. Ini semua sudah terjadi. Ia sudah sah menjadi suami dari gadis itu, ia juga mencintainya!
Lalu apakah tidak dinamakan mempermainkan pernikahan kalau dia tiba-tiba mengakhirinya?"apa keputusan yang gue ambil selama ini salah?" Gumam Arfi. Menyandarkan kepalanya di atas kemudi mobil.
"Lo slalu memanggap apa yang gue lakuin salah Mel! Lo itu susah di mengerti. Gimana gue bisa dapetin hati lo kalo kayak ini terus?"
"Gue pikir pelan-pelan hati lo bakal luluh, tapi nyatanya hati lo itu benar-benar sekeras batu. gue mulai cape ada di posisi ini! Berjuang sendirian, menjadi seseorang yang bahkan sama sekali gak di harapkan!" sebulir air berwarna bening berhasil jatuh mengenai kemudi mobil.
"Mungkin memang dari awal harusnya gue gak pernah memilih posisi ini Mel!" Ucapnya memukul setir mobil. Sampai membuat klaksonnya berbunyi.
•melfi•
Jam sudah menunjukkan pukul 11.30
harusnya setengah jam lalu kelas sudah di mulai. namun entahlah, kemana kah perginya pak Aditia, dosen berkaca mata dengan kumis panjangnya itu.Sekarang kondisi Kelas sudah terlihat seperti kapal pecah. Meski siswa-siswa di kelas itu sudah berumur. Namun kelakuan mereka masih seperti anak SD yang jiwa barbarnya terlihat semua ketika tidak ada guru.
Terlihat seperti sekarang, ada yang memojok di sudut kelas sambil bermain game bersama, ada yang membatin dengan bernyanyi-nyanyi tak jelas, ada yang heboh dengan make up barunya, ada yang sibuk menggibah, bahkan ada yang naik keatas meja dosen dengan memegang sapu, cosplay menjadi khatib Jum'at.
Sungguh pantas, dosen-dosen menyematkan kelas itu sebagai kelas paling barbar!
Untung saja ada beberapa murid pintar di dalamnya, jadi mereka tidak terlalu stres ketika mengajar di kelas itu.Melody?
Gadis itu kini tengah duduk di bangkunya, dengan wajah yang di tenggelamkan pada kedua tangan yang di lipat di atas meja. Sama sekali tidak memperdulikan orang sekitarnya. Ia terlihat tenang, namun otak dan hatinya tengah bergelut. Mengingat apa yang terjadi padanya dan Arfi tadi. Ia takut karena setiap tindakan yang Arfi lakukan, hatinya akan kembali jatuh pada orang yang salah. Karena sejujurnya hatinya mulai melemah melihat setiap perhatiannya. Tapi tidak! Melody harus menahan rasa ini. Karena Arfi yang ia kenal jauh dari seorang lelaki yang ia harapkan menjadi imam dalam hidupnya. Ia juga masih takut membuka hati! takut jika cintanya harus merugikan orang sekitarnya lagi, bahkan harus membuatnya kembali merasakan kehilangan orang yang paling ia sayang. kalau sampai hal itu kembali terjadi, Melody mungkin akan benar-benar melenyapkan dirinya dari muka bumi ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
melfi (love and hurt?) REVISI
Teen FictionIni tentang seorang pemuda bernama Arfi Fadillah Winata yang di minta untuk menikahi seorang gadis oleh ayah dari gadis itu sendiri. Gadis yang menjadi sahabat kecilnya dulu. Ini juga tentang Melody Alzeta Pratama Gadis cantik yang sama sekali tida...