MELFI [34. cinta pertama...]

150 12 4
                                    

"mencintai kamu itu penuh ketakutan, bukan cuma takut kamu tidak punya rasa yang sama, tapi juga takut jika ternyata aku bukan seseorang yang tertulis lauhul Mahfudz-mu,"

~Zidan Abidzar Albirru~

~Zidan Abidzar Albirru~

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

melfi•

Dibalik selimut putih kasurnya Arfi belum beranjak, padahal jam kini sudah menunjukkan pukul lima sore. Ini hari keduanya membolos kuliah, bukan karena pekerjaan. Namun, karena sedang patah hati.

Laki-laki itu tidak bergerak sejengkalpun dari kasurnya selain untuk melaksanakan kewajibannya sebagai seorang muslim.

Tidak biasanya memang Arfi seperti ini. Ia orang yang berdedikasi tinggi, pendidikan adalah salah satu hal yang sangat penting untuknya.

Tapi entah kenapa, sekarang rasa malas menguasai dirinya.

Bukan hanya takut jika Melody akan mengakhiri pernikahan mereka, tapi rindu juga.
Tidak ada lagi pemandangan wajah cantik bidadarinya dihari ini. Begitu berat rasanya, belum sehari Arfi tidak memandangnya, hidupnya sudah kelabu. Langit yang biasanya dihiasi berbagai warna dari pelangi, kini dihapus paksa dengan datangnya awan hitam.

Puluhan kali dering telpon dan pesan memekik pendengaran. Namun, lelaki itu hanya melihatnya saja, berharap jika itu telpon atau pesan dari bidadarinya, tapi, lagi-lagi angannya pupus setiap kali melihat nama kontak orang yang menelpon dan mengirim pesan itu bukanlah Melody.

Arfi tau itu tidak mungkin, tapi kenapa hatinya terus berharap bahwa Melody yang menghubunginya?

Sungguh Arfi bukan gila Melody, hanya saja terlalu Overthinking atas apa yang belum tentu terjadi.

Apa yang mau diakhiri jika belum ada yang dimulai dan dijalani? Mungkin itulah yang ada dipikirin sebagian orang.
Tapi bagi Arfi, semuanya sudah dimulai sejak ia pertama kali mendekati gadis itu tepat setelah hari pernikahan mereka. Melody memang belum melakukan apapun tugasnya sebagai seorang istri. Arfi pun begitu, belum banyak yang bisa ia lakukan untuk Melody, selain menafkahi secara finansialnya lewat, Al.

Setelah mereka menikah, tidak ada lagi uang jajan dari Al, semua itu dari Arfi. Hanya saja Melody yang tidak mengetahuinya, ia mengira itu uang ayahnya. Karena seperti itu biasanya.

Ceklek

Pintu kamar terbuka lebar menampakkan enam orang pemuda. Namun, hal itu tidak membuat Arfi memberi pergerakan sedikitpun. Lelaki itu masih berada dibalik selimutnya. Tidak tidur! Lelaki itu hanya menutup mata sambil sesekali menghembuskan napas panjang, memikirkan nasib pernikahannya sekarang.

Viko berjalan mendekat. Ia menggelang frustasi dengan apa yang terjadi pada leadernya sekarang.
Dengan kecepatan kilat Viko membuka selimut itu. "Kap, lo ngapain sih seharian diatas kasur gini? Nama selimutan lagi, gak panas?" Tanya Viko basa-basi.

melfi (love and hurt?) REVISITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang