MELFI [42. selamat jalan]

264 9 1
                                    

"terimakasih telah membuatku tumbuh meski dengan luka,
Terimakasih telah membuatku tersenyum meski dalam perpisahan."

~Melody Alzeta Pratama~

melfi•

Dipagi menjelang siang ini, sepasang pasutri tengah duduk dibandara, menunggu keberangkatan pesawat dengan tujuan Boston.

Setelah beberapa tahun dilarang untuk menginjakkan kaki ditempat itu, dua hari lalu, dengan dipenuhi rasa khawatir Al, Dian dan Tina, mengizinkan Melody dan Arfi pergi berbulan madu ke sana.

Untuk Melody, Boston adalah rasa sakit paling dalam, tapi Boston juga tempat penuh kenangan yang membahagiakan. Tidak bisa dipungkiri Melody juga takut satu hal yang buruk akan kembali terjadi, tapi rasa rindunya menghilangkan seribu kecemasan itu.

"Zee akan datengin tempat tempat yang dulu belum sempat kita datengin bang," batin Melody, wajahnya tersenyum menyiratkan rasa bahagia yang dalam.

"Selamat pagi. Boarding untuk Maskapai .... dengan nomor penerbangan 56K76 tujuan Boston akan segera dimulai. Para penumpang dimohon untuk menuju gerbang C2 dan persiapkan pas naik dan identifikasi Anda. Terima kasih." Ucap petugas bandara.

Suara itu cukup jelas terdengar ditengah kesibukan pagi ini, sepertinya banyak orang yang juga ingin pergi berlibur mengingat akhir pekan akan tiba.

Arfi berdiri, lalu mengulurkan tangannya pada Melody, dengan senyum Melody menyambutnya.
Dengan langkah cepat mereka berjalan beriringan.

"Kringggg...." Dering telpon itu menghentikan berhasil langkah Melody.

"Kenapa by?" Tanya Arfi.

"Bentar Vani nelpon," sahut Melody.

"Hallo, Assalamualaikum, ada apa Van?" Ucap Melody.

"Dokter dimana? Dokter harus kerumah sakit sekarang juga!" Ucap Vani terdengar panik.

"Ada apa?" Tanya Melody yang mulai ikut panik.

"Dokter lain gak berani ambil tindakan dok, karna Nayna pasien dokter," jawab Vani.

"Tindakan? Nayna? Apa maksud kamu, saya gak ngerti..." Dada Melody memanas. Mendengar nama Nayna membuatnya merasa cemas.

"Nayna kritis dok, sudah seminggu lebih Nayna dirawat dan pagi ini kondisinya drop." Jelas Vani.

"Apa kamu bilang? Seminggu? Nayna itu pasien saya, tanggung jawab saya! Kenapa gak ada yang kasi tau saya?" Pekik Melody terdengar marah.

"Maaf dok... Tapi Bu Dhanisa yang tidak mau dokter tau, mungkin beliau takut merusak waktu bahagia dokter," jawab Vani sedikit merasa bersalah.

"Lalu apa bedanya sekarang?!" Ucap Melody sebelum memutus panggilannya secara sepihak.

"Rumah sakit, by?" Tanya Arfi, ia tidak benar benar tahu apa yang terjadi, tapi sepertinya ada yang mengkhawatirkan tentang Nayna.

Melody mengangguk, tanpa ragu ia berbalik dan berlari menuju parkiran. Melupakan tujuan awalnya pergi ke Boston.

Arfi ikut berlari, menyusul dari belakang, setelah sampai diparkiran Arfi membuka sebuah pintu taksi tanpa bertanya atau melihat taksi itu kosong atau tidak. Ia mempersilakan Melody masuk, tanpa ragu.

"Ke rumah sakit Pelita Ahmad sekarang juga pak," ucap Arfi seraya menutup pintu taksi.

"Maaf mas, mbak, tapi saya sedang istirahat," ucap supir taksi itu.

"Saya mohon bantu saya pak, saya harus segera kerumah sakit, pasien saya kritis," ucap Melody memohon.

"Berapapun saya bayar," sambung Arfi.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 15, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

melfi (love and hurt?) REVISITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang