Part 2

41.1K 2.2K 11
                                        

❤️❤️❤️

Ramainya kendaraan yang melaju di badan jalan baik roda empat maupun roda dua membuat langkah seorang pria tampan melambat, dengan hati-hati ia melewati jalanan menuju keseberang jalan di mana ada sebuah mobil mewah hitam pekat di sana.

Pria itu memasuki mobilnya dan melajukan si roda empat dengan kecepatan sedang. Matanya sesekali pada jam yang melingkar di pergelangan tangan kiri.

Menghentikan mobilnya tepat di depan sebuah bangunan pencakar langit. Bangunan tersebut merupakan perusahaannya yang ia dapatkan dari mendiang ayahnya. Dengan langkah tergesa ia masuk ke dalam dan membalas seadanya pada semua karyawan yang bekerja di sana.

"Amel, ada apa kamu nyuruh saya cepat ke kantor padahal hari ini saya akan berangkat ke Yogyakarta untuk kepentingan bisnis."

Tanyanya pada seorang perempuan yang diketahui bernama Amel. Bisa ia lihat wajah wanita itu tersirat kepanikan.

"Pak Rio. Maaf sebelumnya Pak tapi ada sesuatu yang harus saya beritahukan pada Bapak mengenai kerjasama kita dengan perusahaan Tama Corp pak."

"Ada apa dengan mereka? jangan bilang ingin membatalkannya?"

Amel menggeleng.

" Mereka ingin ada pertemuan dengan Bapak hari ini."

"Baiklah. Di mana tempatnya?"

"Di Cafe Tetatai, Pak."

"Saya segera ke sana."

Rio meninggalkan kantor menuju tempat tujuan pertemuannya.
Sampai di tengah jalan yang sepi lewat kaca jendelanya Rio melihat segerombolan preman sedang mengerumuni seorang wanita.

Terlihat para preman itu berusaha menangkap sang wanita. Mata Rio membelalak saat melihat siapa wanita itu. Ia turun dari mobilnya dengan rahang yang susah mengeras. Dengan emosi yang meledak ia habisi semua preman itu hingga semua berlari tak tentu arah.

Rio mengedarkan pandangannya pada wanita yang sekarang sudah terduduk lemas di rerumputan dengan bagian lengan baju yang sobek. Isakan wanita itu terdengar jelas saat Rio mendekatinya. Rio ikut berjongkok dan memastikan bahwa penglihatannya tidak salah jika wanita di depannya ini adalah wanita yang sangat ia cintai.

Wanita itu terlonjak saat Rio memegang bahunya. Lalu kemudian kedua matanya membola melihat Rio di hadapannya. Dengan sendirinya air matanya turun lagi, Ia seperti bermimpi. Tapi ini nyata, terbukti saat ia menyentuh pipi Rio dan ada senyum yang terbit di bibir pria itu.

"Rio,"

Ucapnya dengan lirih, ia beranikan menyentuh wajah Rio dengan tangannya yang masih gemetar akibat tragedi tadi.

"Ify,"

Rio dengan segera membawa tubuh Ify kedalam untuk ia kurung di dekapannya. Dengan erat ia dekap tubuh Rio. Telinganya semakin mendengar isakan dari mulut Ify.

"Ify ... akhirnya aku bisa ketemu kamu lagi."

"Rio hiks."

"Kita ke mobil dulu ya. Ada air minum di sana."

Tanpa menunggu persetujuan dari Ify. Rio langsung menggendong tubuh yang kini terasa lebih berisi itu ke mobilnya. Rio mendudukkan Ify di sana dan memberinya sebotol air mineral yang menang selalu tersedia di sana.

"Udah tenang?"

Ify mengangguk. Ia menatap gugup pada Rio. Suaminya yang dulu ia tinggalkan kini terlihat semakin tampan. Masih pantaskah ia menyebut Rio suaminya.
Rio juga melakukan hal yang sama. Menatap penuh kerinduan pada Ify.

Tatapan berkaca Ify dengan tatapan rindu yang teramat dalam dan sedikit luka di sana.

"Fy."

Lama terdiam membuat Rio sedikit gusar. Ify mengedipkan mata sebagai jawaban.

"can i hug you?"

Ify mengangguk pelan. Ia sandarkan kepalanya di dada Rio, rasanya masih sama? masih ada ketenangan di sana. Rasanya juga masih senyaman dulu.

Entah kenapa Ify merasa hatinya bahagia sekarang. Rindu yang ia pendam untuk Rio seolah kini terbayar. Rio pun merasakan hal yang sama. Istri yang selama ini ia cari akhirnya kembali bisa ia peluk.

"Kangen Sayang."

Hanya dua kata tapi mampu membuat tubuh Ify menegang. Harus seperti apa ia bersikap Pada Rio.

"Selama ini aku cari kamu tapi gak ketemu. Kenapa kamu tega hianatin aku Fy? apa salah aku? aku cinta sama kamu."

Deg

ucapan Rio membuat degupan jantung Ify seolah berhenti saat ini juga. Rio dan ibunya yang mengkhianatinya tapi kenapa Rio berkata seolah pria itu adalah korban. Ify merasa ada yang tidak beres di sini. Ia jauhkan dirinya dari Rio dan menatap lekat mata pria itu.

"Kamu cari aku? untuk apa bukannya-"

"Untuk apa? kamu istri aku Fy, suami mana yang diem aja saat Istrinya kabur dari rumah sama lelaki lain?"

"Rio. Aku gak kabur dari rumah kamu. Aku juga gak hianatin kamu, atas dasar apa kamu bilang kayak gitu? kamu bilang aku hianatin kamu? bukannya kebalik? bukannya kamu yang hianatin perasaan aku? kamu yang selama ini hanya menjadikan aku sarana untuk melepas dendam kan?"

Rio tercengang mendengar semua kalimat yang keluar dari mulut Ify. Balas dendam apa yang dia maksudkan. Kenapa Ify bisa berkata seperti itu? Apa yang sebenarnya terjadi di antara mereka.

Rio bisa melihat pipi Ify kembali basah. Apa selama ini Ify sering menangis? kalau iya Rio merasa sebagai pria tak berguna yang telah menorehkan luka di hati wanita itu. Rio menggenggam tangan Ify berusaha menenangkannya lewat elusan di punggung tangannya.

"Aku gak ngerti sama apa yang kamu bilang Fy. Aku bisa minta waktu kamu sebentar, kamu bisa jelasin nanti apa yang terjadi sampai kamu pergi dari rumah waktu itu. Aku sama sekali gak tau perihal dendam yang kamu bilang tadi."

Ify memandang Rio dengan alis berkerut. Ia pikir Rio akan mengaku tapi ternyata Rio malah bersikap seolah ia tidak tau apa-apa di sini. Pandangan Ify menusuk tepat pada mata Rio mencoba mencari kebenaran di sana. Di sana ia bisa melihat kejujuran dari Rio. Ah ya. Mungkin benar kalau Rio butuh penjelasan darinya.

"Kamu sibuk banget ya? atau kapan bisa kita bahas soal kita Fy?"

Rio melihat ada keraguan di wajahnya Ify yang semakin terlihat cantik di matanya. Pantas saja preman tadi berebut ingin membawa Ify, untung dia datang tepat waktu.

"Aku bisa."

Rio tersenyum mendengar dua Dua kata dari Ify. Dengan semangat ia menghidupkan mesin mobilnya dan mengendarainya dengan kecepatan sedang. Tangan kirinya menggenggam tangan kanan Ify dengan senyuman yang terus terukir di bibirnya.

Sementara Ify menggigit bibir bawahnya merasakan genggaman Rio di tangannya semakin mengerat. Ia palingkan wajahnya ke arah jendela mobil guna menahan gugup.

Ify merasa jantungnya berdegup tak karuan saat ini, bagaimana rasanya bertemu orang yang sangat dicintai secara mendadak seperti ini.Rasanya hati Ify campur aduk antara seneng, sedih, bingung, dan masih banyak lagi.

"Kita mampir ke butik dulu ya. Bajuku sobek."

Ify berusaha menormalkan degupan jantungnya. Rio menoleh sebentar pada Ify sebelum kembali memandang jalanan di depannya. Ia hanya mengangguk tanpa berkata apa pun.

"Sok cuek banget jawabnya cuma ngangguk gitu. Tangan aku di genggam terus."

Batin Ify berujar dengan ketus. Mobil Rio berhenti tepat di depan sebuah butik. Pria pun sudah membukakan pintu mobil untuknya.

"Aku bisa jalan tanpa digandeng kayak anak kecil."

Rio membeo melihat Ify yang berjalan duluan usai mengucapkan kalimat penolakan saat ia akan meraih tangan wanita itu.

"Baru juga ketemu udah ketus aja. Untung cinta."

Rio mengikuti Ify yang sudah ada di dalam sana.

Masih Ada Cinta (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang