Part 22

11K 752 3
                                    


Suara sepatu hak Ify yang berbenturan dengan lantai berkeramik putih mengisi keheningan di sebuah bangunan yang bercat abu-abu.

Terdengarnya suara ketukan sepatunya bukan berarti di ruangan ini tidak ada manusia selain dirinya namun semua penghuni tempat ini tampaknya tengah sibuk dengan pekerjaan masing-masing. Ada yang berkutat dengan tumpukan kertas di.qdepan meja mereka, ada juga yang fokus dengan alat canggih seperti komputer dan lainnya.

Ify tersenyum saat ada beberapa dari mereka yang menyunggingkan senyum padanya.

"Ini meja sekretarisnya Rio kok kosong ya. Apa dia gak masuk?"

Melihat meja sekretaris suaminya yang kosong, Ify langsung melangkah mendekati pintu yang ia yakini itu adalah pintu ruangan karja Rio.

Memutar kenop pintu ketika ketukan pintunya tidak menghasilkan respon dari dalam. Pintu terbuka tanpa suara decitan, senyum yang tadi ia ukir perlahan menyusut saat melihat apa yang ada di dalam sana, matanya memerah.

Kepalanya ia gelengkan, dadanya terasa sesak. Tanpa sadar handphone yang ia pegang terjatuh ke lantai, mengundang perhatian orang yang ada di dalam ruangan itu menoleh padanya. Jangan tanyakan siapa di dalam sana.

Sudah pasti Rio bersama seorang wanita yang belum Ify tau siapa namanya, tapi ada satu nama yang saat ini menjadi pertanyaan di benaknya yang tadi sempat keluar dari mulut Rio. 

"I-fy,"

Rio melepaskan tubuh Dhira dari pelukannya dan berjalan mendekati pintu di mana sang wanita yang sangat ia cintai berada. Hatinya bergemuruh melihat wanita itu tampak syok, air matanya juga mengalir raut kecewa dan sedih tampak menghiasi wajah Ify. Ify pasti sudah salah paham di sini.

Ibu dari anaknya itu mengusap pipinya dan mengambil handphone yang tadi jatuh dari tangannya sebelum Rio berhasil mendekatinya, Ify sudah lebih dulu berdiri tegak dengan tangan yang ia ulurkan sebagai pertanda untuk Rio agar tidak mendekat padanya.

"Maaf aku ganggu."

Ify membalikkan badan hendak meninggalkan ruangan Rio yang masih belum sempat ia masuki tapi sudah disuguhkan dengan pemandangan yang membuat hatinya berdenyut nyeri.

Namun, belum sempat Ify melangkahkan kakinya dengan cepat Rio menahan pergelangan tangannya, tentu saja Ify menghempaskan tapi Rio lebih kuat mencekal tangan Ify. Ia hanya ingin Ify mendengarkan dulu penjelasannya. Tapi Ify terus saja memberontak, sampai Rio kewalahan membuat cekalannya pada tangan Ify terlepas begitu saja.

Rio berganti memeluk Ify dari belakang, mengunci tubuh wanita itu dengan sangat erat, ia takut Ify mengambil kesempatan ini untuk pergi dari sana jika tidak segera ditahan.

"Lepasin!"

Ify terus saja menggoyangkan badannya namun tidak berefek pada Rio. Sampai akhirnya Ify merasa lelah karena terus mencoba berontak dari tadi tapi tidak ada hasil. Diam dengan tubuh yang dipeluk erat oleh Rio, Ify tidak bisa berhenti menangis bahkan sampai segugukan.

"Lepasin aku Yo."

Ucapnya dengan nada sendu dan suara yang parau. Rio menggeleng, ia hanya merenggangkan sedikit pelukannya. Memutar tubuh Ify agar menghadap padanya, ia tatap wajah cantik itu yang kini penuh air mata.

Rio bisa melihat gambaran hati wanita ini melalui raut wajahnya. Ia tangkup wajah Ify dan kecupan ia labuhkan diatas kening Ify dengan lembut.

"Sayang dengerin dulu ya. Aku mau jelasin."

Katanya lembut. Dengan masih dalam diam Ify perlahan mundur kebelakang yang secara otomatis melepaskan diri dari Rio. Ify pun menatap pada Rio, dengan bibir yang ia angkat sedikit mengukir senyum sendu.

"Aku rasa gak ada yang perlu untuk kamu jelaskan Yo.  Situasi tadi udah bisa jelasin sama aku, kalo kamu emang udah gak sepenuhnya lgi mencintai aku. Aku anggap semua yang kamu ucapkan itu hanyalah angin yang datang untuk sekedar menggerakkan dedaunan lalu pergi begitu saja tanpa bekas."

Ungkap Ify membuat Rio menggelengkan kepalanya dengan kuat. Rio berusaha meraih tangan Ify lagi tapi dengan cepat wanita itu menghindar.

"Enggak Ify, kamu harus dengerin aku. Aku beneran cinta sama kamu ."

Ucap Rio dengan nada memohon. Ify tersenyum miring, bagaimana bisa ia percaya setelah melihat kelakuan Rio tadi. Berpelukan dengan seorang wanita di dalam ruangannya yang tertutup. Siapa pun akan berpikir sama sepertinya.

"Aku gak punya alasan untuk harus dengar penjelasan kamu Yo.  Mulai sekarang jangan lagi kamu dekati aku dan stop datang kerumah aku dengan alasan ingin bertemu Gio."

Jelas Ify dengan nada dingin. Selanjutnya wanita itu pergi dari hadapan Rio yang malah mematung di tempatnya mendengar semua ucapannya tadi.

Rio sebenarnya sangat ingin menahan lagi langkah Ify untuk jangan pergi tapi sepertinya jika dipaksakan pun untuk saat ini sudah pasti Ify menolak untuk mendengar semua penjelasannya nanti.

"Rio."

Rio menoleh pada sumber suara, yang berasal bibir seorang gadis cantik tengah duduk manis di sofa panjang ruangan Rio.
Perlahan gadis itu bangun dan berjalan menghampirinya. Berdiri tepat di hadapannya.

"Dhira."

Rio menyebut nama gadis itu saat Dhira diam saja memandang padanya.

"Pasti Ify marah ya? pasti dia salah paham sama kita Yo. Emangnya kamu gak pernah bilang kalau  punya sepupu perempuan?"

Rio menggeleng mendengar pertanyaan Dhira. Dhira yang mengerti arti gelengan itu hanya Hanya bisa menghembuskan nafasnya.

"Kenapa gak kamu kejar aja sih tadi tadi si Ify, pasti belum jauh tuh. Ayo gih kejar."

Saran Dhira khawatir melihat kesalahpahaman antara Rio dan Ify.

"Udah nanti nanti aja aku jelasin sama Ify. Kalo sekarang pasti dia gak mau denger tunggu dia tenang dulu."

Dhira tersenyum remeh.

"Tunggu dia tenang dulu dengan seorang pria lain di sampingnya yang ikut serta dalam menenangkan hatinya?"

Rio mengerutkan dahinya pada Dhira.

"Maksud kamu?"

Tanya Rio layaknya orang bodoh yang tidak tau apa-apa jika tidak diberi tahu.

"Rio. itu otak isinya apa sih? atau gimana sih kamu selama ini memandang Ify. Aku tau kok Ify itu wanita cantik dan peramah, siapapun lelaki yang lihat dia dipastikan langsung tertarik. Jadi maksud maksud aku, kamu jangan kasih celah untuk orang lain buat deketin Ify. Ify pasti patah patah hati banget tadi lihat kamu peluk aku dan yang sebenarnya wanita itu butuh penjelasan tapi dia bilang enggak karena rasa sakit hatinya atau mungkin cemburu lebih mendominasi saat ini. Makanya dia pergi gitu aja.  Kamu yang peka dong, sana kejar."

Usul Dhira dengan gemas pada Rio yang mengangguk dan mengerti. Ia tau tatapan yang harus ia lakukan.

"Oke. Aku kejar Ify dulu. Kamu langsung pulang aja ya nanti. Jangan bilang mama aku bolos lagi untuk hari ini."

Setelah mendapat anggukan kepala dari Dhira, Rio segera meninggalkan ruangannya, menyusul sang istri yang mungkin sudah pergi dari wilayah kantornya ini.

Tadi ia dan Dhira saling memeluk karena ia berusaha menenangkan Dhira yang tiba-tiba menangis mendengar kabar jika kekasih wanita itu yang ada di luar negeri meninggal dunia karena penyakit kronis.

Lalu pintu di buka menampilkan sosok Ify yang syok tapi Rio tidak Tidak sadar akan hal itu, setelah mendengar suara benda yang jatuh kelantai baru ia sadar jika pintu ruangannya telah dibuka dan Ify berdiri dengan kaku di sana. 

Masih Ada Cinta (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang