❤️❤️❤️
Ify dan Rio masih sama-sama bungkam. Tidak ada yang bersuara, keduanya hanya menikmati hembusan angin yang menerpa rambut hingga wajah mereka. Rio dan Ify duduk di kursi taman yang lumayan sepi ini. Rio memilih tempat ini karena permintaan Ify.
"Ehem,"
Rio sengaja berdehem untuk memulai pembicaraan. Ify menoleh pada pria itu. Kedua tangannya saling menggenggam di atas paha yang berbalut jins putih."Jadi, apa yang mau kamu jelasin tentang kepergian kamu waktu itu. Kamu menolak keras perkataan aku yang bilang kalau kamu pergi bersama lelaki lain."
"Rio. Apa kamu akan percaya dengan semua penjelasan aku nanti?"
Rio memandang pada kedua bola mata Ify. Ia melihat ada kesedihan disana.
"Aku akan coba untuk percaya."
"Kita coba untuk saling meyakinkan Fy, karena semua pasti ada sebabnya. Entah kenapa hatiku ragu saat mendengar kamu pergi karena ingin mengkhianatiku. Jauh dari hatiku yang paling dalam aku masih sangat yakin kalau kamu hanya mencintai aku."
Hati Ify berkecamuk saat ini. Dia bisa menebak jika sebenarnya Rio memang tidak tahu semua yang terjadi padanya waktu itu. Tentang penculikan Keke yang ternyata dilakukan oleh ibu dari pria yang sangat ia cintai ini.
"Kamu benar Yo. Cuma kamu yang aku cintai waktu itu. Cuma ada kamu di hati aku waktu itu."
Rio masih diam. Memberikan ruang untuk Ify menjelaskan dengan tenaga tanpa ia sanggahi sedikit pun.
"Bahkan hati aku pun sakit saat harus pergi ninggalin kamu. Aku gak siap kalau harus hidup tanpa kamu. Tapi aku gak bisa menolak karena semua langkah yang aku ambil sangat beresiko bagi Keke."
"Keke diculik dan selama tiga hari disekap di gudang yang jauh dari perkotaan, Aku datang ke sana tepat di hari ketiga. Tubuh Keke hampir gak bisa ditolong, aku sampai takut dia mengalami trauma. Kamu tahu cuma Keke keluarga yang masih aku punya, bahkan aku korbankan kebahagiaanku untuk menyelamatkan Keke."
Rio mengerutkan keningnya heran. Apa hubungannya kebahagiaan Ify bersamanya dengan tragedi penculikan Keke. Tapi ia urungkan untuk bertanya toh nanti Ify juga akan menjelaskannya. Jadi dia hanya perlu memasang pendengaran yang tajam saja.
"Aku pergi ke gudang itu bersama seseorang yang menculik Keke dengan bantuan anak buahnya. Orang itu memberi pilihan sama aku untuk memilih antara kamu atau Keke. Kalau aku mempertahankan kamu maka dia akan bawa Keke pergi jauh dari aku. Aku yang kalut akhirnya memilih opsi untuk meninggalkan kamu. Semua yang aku lakukan murni untuk menyelamatkan Keke. Bukan karena tidak mencintai kamu lagi Yo."
Air mata Ify sudah berjatuhan sedari tadi. Sesekali ia usap dengan tangannya yang mulus.
"Siapa orang itu?"
Rio tidak tahan untuk menunggu. Ia tidak bisa terima ini semua. Selama ini ia tetap dengan percaya pada perkataan orang lain yang mengatakan jika Ify mengkhianati nya tanpa tahu yang sebenarnya. Tapi mengapa sangat berbeda dengan informasi yang ia dengar dari orang terdekatnya.
"Apa kamu akan percaya kalau aku bilang siapa orang itu?"
Rio mengangguk. Ia bisa melihat kalau tidak ada kebohongan di wajah cantik Ify. Apalagi ini mengenai hidup dan kebahagiaan mereka jadi untuk apa kiranya Ify berbohong.
"Orang itu-"
Ifu menjeda ucapannya. Sekali lagi ia tatap Rio yang terlihat menuntut jawabannya. Ify bingung sebenarnya, Rio sama sekali tidak tau apa-apa di sini, lalu apa Rio akan percaya jika orang itu adalah ibunya sendiri.
"Orang itu siapa Fy?"
Tuntut Rio. Ify menghembuskan nafasnya pelan. Sudah saatnya Rio tahu semuanya, percaya tidak percayanya Rio itu terserah pada pria itu. Yang terpenting Ify sudah menjelaskan alasannya yang menyebabkan ia pergi waktu itu.
"Orang itu ibu kamu."
Mata Rio membulat. Kenyataan apa ini. Mungkinkah mamanya adalah dalang dari semua ini? haruskah Rio percaya? tapi kenapa mamanya bilang kalau Ify yang mengkhianatinya. Dan sekarang Ify bilang mamanya yang menyuruhnya pergi dari kehidupan Rio. Siapa yang bisa ia percaya di sini.
"Mama. Tapi kenapa? kamu tau apa alasan mama nyuruh kamu pergi dari hidup aku? aku memang gak bisa salahin kamu Fy karena ini menyangkut nyawa Keke tapi alasan mama apa?"
"Mama kamu balas dendam sama aku Yo. Balas dendam atas kematian ayah kamu yang waktu itu kecelakaan karena pulang dari pesta ulang tahunku. Mama kamu gak terima sama apa yang terjadi ke papa kamu."
"Terus dia balas ke kamu dengan menjadikan Keke umpan?"
Ify mengangguk.
"Dan pertemuan kita waktu pertama kali itu juga atas settingan mama kamu Yo. Sampai aku benar-benar cinta sama kamu dan setelah itu dia nyuruh aku ninggalin kamu, agar aku merasakan apa yang mama kamu rasakan. Kehilangan orang yang di cintai."
"Maafin aku Yo. Aku juga gak tau kenapa aku cinta sama kamu tapi aku sadar diri kok aku memang gak pantas buat kamu karena aku hanya penyebab hilangnya kebahagiaan kamu."
Rio menarik tubuh Ify agar menempel padanya. Ia dekap dengan erat tubuh wanita yang sangat ia cintai ini. Kenyataan yang ia terima sangat pahit. Rio juga menitikkan air mata. Ia pikir hanya hatinya yang sakit selama ini tapi ternyata Ify jauh lebih sakit. Ify masih menangis di dadanya.
"Maaf."
Hanya itu yang mampu untuk ia ucapkan pada Ify. tangannya mengelus punggung Ify yang bergetar. Hatinya ikut berdenyut mendengar isakan Ify yang memilukan.
"Sulit aku hadapi hidup tanpa kamu Fy."
Rio mengelus surai hitam Ify yang wanginya masih sama seperti dulu.
"Selama ini kamu tinggal di mana?"
Rio dan Ify sudah kembali duduk seperti semula, hanya saja kini mereka duduk berhadapan. Rio membantu membersihkan sisa air mata dipipi Ify dengan ibu jarinya. Ify tidak menolak sama sekali.
"Aku tinggal di Jakarta tapi sebelumnya aku sama Keke tinggal di Bandung."
Rio menghela nafas dalam. Sekarang ia bahagia setelah bertemu Ify dan wanita itu sama sekali tidak menolak untuk ia peluk. Tapi hatinya sedikit mencelos ketika matanya menatap pada jari manis wanita itu.
Jari manis yang dulu melingkar sebuah tanda ikatan suci dengannya kini terlihat polos tanpa ada satu pun cincin di sana. Dalam hati Rio menebak apa Ify sudah menemukan penggantinya. Tidak mungkin wanita secantik Ify tidak ada yang melirik.
Deringan handphone Ify dari dalam tasnya membuyarkan lamunan dua anak manusia yang saling diam itu. Ify mengambil handphone yang menampilkan ikon panggilan dari seseorang. Bisa Rio lihat di sana tertera nama Keke.
"Waalaikumussalam. Ada apa Ke?"
Ify menempelkan benda canggih itu ke telinga kirinya. Lalu wanita itu menjauh lagi handphonenya saat mendengar suara teriakan dari seberang telpon. Hanya sebentar karena selanjutnya ia mendekatkan lagi.
"Gio. Bunda dengar kok kalau Gio ngomongnya pelan jadi gak usah di teriak ya sayang."
Seketika Rio mengangkat wajahnya. Sudah ada fikiran lain di otak tampannya. Ify menyebut dirinya bunda pada anak bernama Gio. Kenyataan pahit apalagi ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Masih Ada Cinta (Tamat)
RomanceJudul sebelumnya, "SENTENCES OF LOVE" Belum direvisi Setelah baca follow akun Ummi Mentari ya. Mengandung keuwuan yang hakiki❤️