Ada yang suka sama cerita ini nggak ya?
Rio menggendong tubuh Gio dan sebelah tangannya menggenggam erat tangan Ify. Mereka sekarang berada di mall. Tadi sehabis sarapan mereka memutuskan untuk membawa Gio jalan-jalan ke mall sembari mencari dan membeli keperluan Ify yang sudah menipis terutama peralatan pribadinya.
"Yo, kayaknya baju itu bagus deh kalo dipake sama Gio. Ukurannya juga pas."
Ify menunjukan salah satu pakaian anak-anak yang menurutnya sangat cocok dengan Gio. Rio menilik dengan teliti dan benar kata istrinya baju ini cocok untuk Gio.
"Coba ambil aja Sayang. Tapi warnanya yang item aja ya. Aku suka lihat Gio pake yang warna item."
Ify mengangguk dan mengambil pakaian yang mereka maksud memberinya pada salah satu pelayan yang dari tadi mengikutinya.
"Kamu kok suka banget warna item sih Yo."
Tanya Ify saat keduanya kembali berjalan keluar dari mall setelah melakukan pembayaran pada barang-barang mereka.
"Ya suka aja. Kan aku udah putih."
Jawab Rio enteng sambil terus membawa Ify ke arah tempat mobil Ify yang terparkir. Mereka memakai mobil Ify karena mobil Rio sudah ia kembalikan pada Ratih.
Rio masih punya cukup uang untuk membeli mobil satu lagi tapi tidak sekarang mungkin besok atau kapan-kapan saja. Toh Ify juga jarang membawa mobil apalagi kemarin Keke juga sudah dibelikan mobil oleh Ify untuk keperluan kuliahnya.
"Gitu banget jawabnya. Kalo suka warna item kenapa gak cari jodoh yang kulitnya item juga kan katanya kamu udah putih."
Rio menoleh pada Ify sejenak sebelum membuka pintu mobil bagian belakang dan menidurkan Gio dikursi mobil. Gio memang sudah terlelap sejak mereka di mall tadi.
Belum menjawab pertanyaan sang istri, Rio lebih dulu membuka pintu mobil dan mempersilakan Ify untuk masuk. Baru ia mengitari mobilnya dan duduk di depan kemudi. Tidak langsung menyalakan mesin mobil, Rio menoleh pada Ify yang kini menatapnya.
"Kok gak dijawab?"
Ucapan Ify membuat Rio tersenyum dan mencubit pelan pipi putih istrinya itu.
"Emangnya kamu mau punya kulit item?"
Pertanyaan baliknya membuat Ify melotot kan matanya.
"Enak aja. Ya gak lah."
"Jodoh aku itu Tuhan yang nentuin dan itu kamu. Suka sama warna item gak harus jodoh juga warnanya item dong."
"Kalo seandainya nih ya. Aku gak putih kaya gini, kamu mau sama aku?"
"Ya kan kamu itu jodoh aku. Ya udah pasti mau lah. Tapi nyatanya kamu putih kan? cantik lagi. Benar-benar cocok sama aku."
"Cocok di mananya?"
"Ya di semuanya. Kamu cantik aku tampan dan yang lebih penting lagi kita itu cocok di hatinya."
Rio menggenggam tangan Ify dan mengecup pelan punggung tangan wanita cantik di sampingnya itu.
"Aku cinta banget sama kamu, Fy."
Rio memandang Ify penuh cinta seperti yang baru saja ia katakan. Ify pun melakukan hal yang sama pada sang suami.
"Makasih Yo untuk cinta kamu. Untuk semua yang kamu lakukan buat aku. Aku bahagia, bahagiaaa banget ada di samping kamu lagi."
Rio mengangguk. Sebelah tangannya mengusap rambut Ify sebelum ia beri satu kecupan di atas dahi sang istri.
"Kita pulang ya. Biar Gio juga bisa tidur enak di tempat tidur. Ayah bundanya juga mau berbagi kehangatan setelah ini."
"Rio Ihh."
Rio tertawa mendengar Ify meneriaki namanya dengan muka merah. Ia menghidupkan mesin mobil dan melajukan nya dengan kecepatan sedang. Tangan kanan Ify masih Rio genggam dan sudah ia bawa di atas pahanya.
"Hust, nanti teriaknya di kamar aja Yang. Gio tidur loh."
Ify membuang muka merahnya ke arah jendela mobil, enggan melihat Rio yang tersenyum usil padanya.
"Untung cinta."
Batinnya, sedikit bibirnya menyunggingkan senyum malu.
***
Rio menidurkan tubuh mungil Gio di atas tempat tidur putranya itu. Ify mencium kening Gio dan mengusap kepalanya.
Sekarang jam 11 siang dan biasanya jam segini Gio masih main tapi mungkin karena terlalu lelah saat di mall tadi membuat putranya itu terlelap sekarang.
"Bunda sayang banget sama Gio. Tidur yang nyenyak ya Nak."
Sekali lagi Ify mengecup kening Gio. Rio pun ikut duduk di samping Gio. Ia mengusap kepala anaknya dan melabuhkan satu kecupan manis di puncak kepala Gio.
"Yaudah kita keluar yuk Sayang. Biarin Gio istirahat dulu."
Rio menggenggam lagi tangan Ify, wanitanya itu mengangguk.
"Iya."
Keduanya keluar dari kamar sang putra.
Rio membawa Ify ke dalam kamar mereka."Capek Yang?"
Tanyanya saat Ify langsung mengambil posisi berbaring di ranjang tempat tidur.
"Iya. Aku mau tidur dulu ya, Yo. Gak tau badan aku rasanya lemas banget ini."
"Biar aku pijatin yah?"
Ify mengangguk membiarkan Rio memijat kakinya. Lama kelamaan bukan Ify saja yang tertidur tapi Rio juga. Pria itu ikut tertidur dengan memeluk tubuh isyrinya.
****
Seorang bocah mengerjapkan matanya. menyesuaikan penglihatannya dengan suasana kamarnya. Ia terbangun dari posisi tidurnya.
"Pelasaan tadi Gio lagi di mall deh. Dan tadi kan Gio digendong ayah."
"Telus sekalang ayah di mana ya? Gio juga kenapa ada di kamal. Emm ... apa tadi Gio mimpi?"
Bocah itu memutar bola matanya lucu layaknya orang yang sedang berfikir dan masih dalam keadaan yang bingung.
"Oh iya tadi bukan mimpi. Pasti tadi Gio ketidulan pas ayah gendong. Ya udah, Gio mau cali ayah aja mau main bola sama ayah."
Anak kesayangan Rio dan juga Ify itu turun dari tempat tidurnya menuju pintu.
"Pasti ayah ada di kamal bunda. Ayah kan suka temenin bunda tidul. Huh.. padahal bunda udah besal. Gio aja suka tidul sendili kalo gak sama Tante Keke."
Gio berjalan menuju kamar bundanya. Sebelum sampai di pintu kamar Ify, Gio terlebih dahulu menuju dapur, anak itu merasa haus dan ingin minum.
"Eh Den Gio udah bangun? mau apa Den biar Bibik ambilkan."
Sapa pembantunya pada Gio yang sedang membuat masakan untuk makan siang.
"Gio haus Bik. Mau minum, tapi tempat minumnya tinggi."
Jawab Gio dengan muka lucunya.
"Nih Bibik ambil buat Aden."
Bibik memberi satu gelas berisi air putih pada Gio. Anak majikannya itu menerimanya dan meminumnya sedikit.
"Udah bik. Gio main dulu ya Bik sama ayah."
Tanpa menunggu jawaban dari pembantunya itu Gio sudah lebih dulu pergi meninggalkan dapur dan menaiki tangga menuju kamar bundanya di mana ia yakin ada sang ayah di sana.
Memutar kenop pintu yang ternyata tidak di kunci Gio langsung mendorong pintu itu dengan pelan agar tidak menimbulkan bunyi.
Setelah pintu terbuka Gio masuk dan terkejut melihat apa yang tersuguhkan untuk matanya. Bocah itu sampai terdiam di tempatnya dengan pandangan yang sulit untuk diartikan.
"Ayah kenapa gigit bibir Bunda?"
Hayooo ayah-bunda lagi ngapain ya?
KAMU SEDANG MEMBACA
Masih Ada Cinta (Tamat)
RomanceJudul sebelumnya, "SENTENCES OF LOVE" Belum direvisi Setelah baca follow akun Ummi Mentari ya. Mengandung keuwuan yang hakiki❤️