Part 44

8K 474 1
                                    

Rio mematikan mesin mobil saat sudah sampai di depan rumah milik istrinya. Dengan segera ia melangkahkan kaki memasuki rumah yang ternyata tidak dikunci dari dalam, hatinya berdenyut nyeri bercampur sesak melihat Ify yang terlelap dalam keadaan tubuh meringkuk di atas sofa tunggal ruang tamu.

Rio meletakkan tas kerjanya begitu saja di atas sofa lain. Tungkainya membawa Rio mendekati sang istri yang tidurnya sangat lelap.
Tangannya terulur mengusap pipi dan seluruh wajah cantik Ify. Ia kecup penuh cinta kening Ify.

"Kamu tungguin aku. Pasti capek banget ya? maafin aku ya Fy, aku gak ada niat buat kamu khawatir juga capek kayak gini. Jangan marah ya sayang, aku paling gak bisa lihat kamu marah. Aku cinta kamu, cinta banget."

Setelah puas menatap dengan detail wajah Ify, Rio mengangkat tubuh mungil ibu dari anaknya itu untuk ia bawa menuju kamar mereka yang terletak di lantai atas. Kedua tangan Ify ia kalungkan pada lehernya, dan saking lelapnya Ify tidak menyadari jika saat ini tubuhnya digendong oleh sang suami.

"Huft akhirnya sampe juga. Tidur yang nyenyak Sayang. I love you."

Rio menidurkan tubuh Ify dia atas ranjang dan menyelimuti sampai batas dada wanita itu. Setelah itu baru ia bergegas ke kamar mandi. Tidak lama hanya butuh waktu beberapa menit saja setelahnya ia keluar lagi.

Sementara Ify menggerakkan tubuhnya agar menyamping dan membuka mata saat merasa ia tidur di tempat yang nyaman. Seketika ia duduk dari tidur dan memandang sekitar, benar ini kamarnya. Ia ingat tadi ia tidur di sofa depan,

"Pasti Rio yang bawa aku ke sini. Ada suara air lagi di kamar mandi. Apa Rio mandi ya? udah malam banget padahal, bukannya langsung istirahat."

Ify bangun dari kasurnya dan bertepatan dengan Rio yang keluar dari kamar mandi.

"Loh, Bunda mau ke mana? tidur aja lagi sayang."

Ify tersenyum dan tetap melanjutkan langkahnya hingga tepat berada di hadapan Rio. Rio melingkar kan tangannya di atas pinggang istrinya sementara Ify menumpukan kedua tangannya diatas dada sang suami.

Mata mereka saling menatap lekat, ada sirat rindu di antara keduanya. Perasaan Ify yang tadinya resah kini sirna hanya dengan melihat Rio ada di sini, di hadapannya. Tangan wanita itu bergerak melingkari leher Rio hingga kini tiada jarak lagi, segera ia sandarkan kepalanya pada dada bidang Rio, memeluk suaminya yang seharian ini tidak ia dengar suaranya. Rio pun begitu. Tangannya semakin memeluk erat pinggang Ify, mendekap istrinya dengan perasaan penuh kerinduan meski hanya sehari ini saja mereka tidak bertemu.

"Ayah lembur ya?"

Suara Ify selalu terdengar lembut ditelinga Rio.

"Iya sayang, aku lupa waktu, tadi sanking seriusnya kerja yang memang sangat menumpuk. Jadi ya gitu pas lihat jam udah tengah malam."

Rio mencoba menjelaskan selembut mungkin pada Ify.

"Kenapa Ayah gak kasih kabar kan ayah bisa telpon Bunda?"

Ify memegang tangan Rio yang mengusap pipinya, Rio mengecup keningnya penuh cinta.

"Lowbat Sayang. Tuh coba kamu lihat sendiri, lupa nge charger Yang."

Rio menunjukkan smartphonenya yang terletak di samping kasur.

Ify mengelus pipi dan rahang tegas sang suami yang ditumbuhi rambut halus di sekitarnya.
Tatapannya tak luput dari wajah suaminya yang tampak lelah dan sangat  terlihat lesu.

Ify tersenyum manis pada Rio berharap Rio bisa mendapatkan sedikit penawar rasa lelahnya setelah melihat senyumnya. Bukankah senyuman tulus seorang istri akan menjadi penghalang bagi lelahnya seorang suami.

Masih Ada Cinta (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang