Part 27

10.8K 639 0
                                    


"Ayah!"

Rio menoleh kearah pintu di mana Ify dan Gio muncul dengan sebelah tangan Gio yang digandeng oleh wanita cantik itu. Gio tampak sumringah melihat Rio dan Rio juga tak kalah senangnya melihat kedatangan putra pertamanya itu.

Melepaskan tangannya dari sang bunda, Gio berusaha berlari kecil agar dapat dengan cepat sampai pada tempat tidur Rio berada. Ify mengangkat tubuh gempal putranya untuk didudukan di atas tempat tidur bersama Rio.

"Uhh anak ayah ganteng banget sih. Sini peluk ayah dulu sayang."

Gio segera mengalungkan tangannya dileher Rio saat ayahnya mengecup kening dan seluruh wajahnya.

"Ayah sakit ya bun?"

Tanyanya pada Ify yang sudah duduk disofa. Ify menghampiri mereka dan duduk dikursi dekat ranjang Rio.  Ikut mengusap kepala Gio dengan sayang.

"Iya sayang ayahnya lagi sakit jadi Gio gak boleh rewel ya, gak boleh minta gendong juga. Lihat tu ayahnya gak boleh turun dulu dari tempat tidur."

Nasihat Ify pada Gio yang langsung mengangguk lucu tapi tetap menyandarkan tubuhnya pada sang ayah.

"Kaki ayah sakit ya bun?"

Tanyanya lagi. Gio akan selalu begitu, ada saja pertanyaan yang muncul dari bibirnya entah itu penting atau tidak, dan dengan senang hati Rio menjawab sebisanya.

"Iya sayang, kaki ayah masih susah digerakin."

"Biar Gio pijat aja ya yah. Gio bisa kok pijatin kaki ayah biar gak susah gerak."

Rio dan Ify tersenyum haru campur lucu mendengar tawaran Gio. Ini kan lecet karena kecelakaan bukan kecapean jadi tidak bisa dipijat.

"Gak bisa sayang. Itu kaki ayah kan diperban. Jadi udah ada dokter yang obatin dan Gio cukup temenin ayah aja ya sama bunda sayang."

Kali ini Rio yang mencoba memberi penjelasan pada Gio. Anak itu mengangguk - anggukan kepalanya lucu.

***

Ray mengetuk pintu kamar Laura yang masih tinggal dirumah Ratih bersama dirinya. Dari tadi ia belum melihat ujung hidung gadisnya itu dan sudah sesiang ini tapi Laura belum keluar kamar juga. Ray bisa khawatir jika ada apa-apa dengan Laura.

"Kok gak dibuka sih, gak dikunci juga. Ah masuk aja deh."

Ray memutar knop pintu itu, mendorongnya pelan hingga pintunya terbuka lebar. Ia pandangai seluruh isi kamar ini dan ternyata kosong. Dahinya mengernyit, di mana Laura. Samar - samar ia mendengar suara gemercik air dari kamar mandi, pasti itu Laura ada di dalam kamar mandi. Ray duduk ditempat tidur dengan badcover putih itu. Ini dulunya adalah kamarnya dan sekarang ia tidur dikamar Rio. Tidak mungkin ia menyuruh Laura untuk tidur dikamar tamu.

Tidak berapa lama Laura keluar dari kamar mandi dengan balutan handuk yang hanya menutupi dari dada hingga ke paha atas gadis itu, wajahnya tampak terkejut melihat Ray.

"Ray,"

Laura mengeratkan pegangan nya pada sampul handuk nya saat melihat Ray terus memandangi nya. Selama ini Ray memang belum pernah melihatnya dalam keadaan tubuh yang terbuka seperti ini, Ia menatap takut pada Ray yang sekarang sudah berada di hadapannya, rasa gugup menghampiri Laura sampai kakinya sulit untuk digerakkan belum sempat ia melangkah mundur sang kekasih sudah mendaratkan sebelah tangannya di pinggang ramping Laura. Hati Laura semakin tak menentu, rasanya ia bisa merasakan jantungnya yang seperti meloncat dengan kencang sekarang.

"Kenapa mukanya pucat banget sih sayang?"

Ray berbisik tepat disamping Laura, membuat wanita itu merinding bukan karena takut akan makhluk astral tapi ini lebih menakutkan lagi. Perkataan yang bilang jika manusia itu jauh lebih menakutkan daripada setan memang ada benarnya juga ternyata.
Berada dengan keadaan yang sangat dekat dengan Ray dan dalam sebuah kamar membuat Laura merasa was-was.

"Ray, ka-kamu, mau ap-apa?"

Laura sampai terbata sanking takutnya. Tangannya ia gunakan untuk menahan dada Ray agar tidak langsung menempel padanya.

"Mau apa ya? biasanya apa yang dilakukan dua anak manusia yang saling mencintai didalam satu ruanan kosong tak berpenghuni atau kamar? dan aku-"

Ray mengelus pipi mulus Laura. Laura memejamkan matanya dengan erat.

"Mau melakukan itu."

Lanjut Ray yang membuat Laura membuka matanya dan menatap horor pada Ray.
Ray membalas tatapan mata Laura dengan tatapan yang menenangkan dn penuh cinta.

"Aku becanda dear. Jangan takut gitu dong."

Ray bergerak menjauh beberapa sentiasa dari Laura. Laura menarik nafasnya lega.  Ia pukul dada Ray berulang kali menumpahkan kekesalannya yang ternyata dikerjai oleh Ray.

"Ihh ngeselin. Kamu ngerjain aku ya?"

Tudingnya yang membuat Ray tertawa lepas. Pria itu membawa Laura kepelukannya dan mendekapnya erat tapi hanya sebentar setelah itu ia melepaskan tubuh Laura.

"Aku pikir kamu masih tidur tadi ternyata udah bangun. Yaudah aku tunggu di bawah ya sayang. Maaf udah ngerjain kamu tadi."

Dengan wajah cemberut Laura mengangguk.

"Sana kamu keluar!"

Perintahnya yang langsung dituruti Ray.  Pria itu keluar dari kamar meninggalkan Laura untuk memakai baju dan sebagainya.

***

Ify mengecup kening Gio yang sudah tertidur pulas di tempat tidur Rio. Pria itu tersenyum ga mengelus pucuk kepala Gio.

"Lucu banget tidurnya, mirip aku ya?"

Tanya Rio saat keduanya sama-sama memperhatikan wajah putra mereka dengan seksama.

"Iya, mirip banget sama kamu. Masa aku yang ngelahirin dia malah mirip kamu sih, gak adil banget."

Rio terkekeh melihat wajah Ify.

"Kamu gak nyadar kalau sifatnya Gio itu Ify banget? sampe cara marah atau ngambeknya juga mirip kamu banget sayang?"

"Hah? masa sih?"

Lagi-lagi Rio dibuat terkekeh kali ini dengan ekspresi wajah Ify yang bingung terlihat begitu mengemaskan.

"He'em. Aku sampe susah bedainnya loh yang lagi ngambek itu Gio apa bundanya, Yah tapi aku bahagia banget Fy, kita udah punya Gio. Aku juga bersyukur banget bisa ketemu lagi dan alhamdulillah dengan keadaan masih cinta sama aku."

Rio membawa tangan Ify kedalam genggaman tangannya. Matanya menatap pada manik mata teduh Ify penuh cinta.

"Makasih ya sayang untuk semua cinta kamu dan kesetiaan kamu selama ini
untuk aku."

Ify tersenyum dan mengangguk.

"Aku yang harusnya bilang makasih Yo, karena kamu udah rela jadi korban tabrak lari demi aku."

Rio kini mengelus pipi putih Ify.

"Ngapain bilang makasih?  itu udah jadi kewajiban aku sebagai seorang suami, melindungi istri dan keluarganya."

Rio mencium kening Ify lembut lalu kedua pipi putih Ify juga. Ify memejamkan matanya menikmati kecupan cinta dari Rio.
Keduanya saling melempar senyum saat Rio menjauhkan wajahnya dari Ify.

"Yo,"

Panggil Ify.

"Hem? ada apa Fy?"

"Emm mama Ratih kan belum tau kondisi kamu? gimana kalau nanti dia tau kalau kamu kaya gini karena aku pasti kita akan dipisahkan lagi Yo."

Ify menyuarakan kegelisahannya.

"Kamu jangan khawatir ya. Aku yang akan berusaha buat jelasin ke mama.  Dan aku akan buat mama untuk bisa nerima kamu sebagai menantunya."

"Beneran?"

Rio mengangguk yakin.

"Iya sayang beneran."

Masih Ada Cinta (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang