Ify mengayunkan benda yang sering disebut spatula di tangannya pada wajan yang berisi biji-biji padi yang yang kini sudah menjadi butiran nasi.
Pagi ini Ify bangun lebih cepat dari biasanya, jadi ia sempatkan untuk memasak di dapur rumahnya yang lumayan sangat luas ini.Tersentak kaget saat sepasang tangan melingkari perutnya yang rata, wanita satu anak itu lantas mematikan kompornya dan meletakkan spatula di atas meja pantry.
Membalikan badannya menghadap si pelaku yang membuatnya kaget lantas Ify memeluk tubuh tegap itu dengan manjanya yang disambut dekapan erat dari si pemilik tubuh tegap itu.
"Pagi cantik,"
Ujar Rio sebagai sapaan selamat pagi, bibirnya ia dekatkan ke telinga Ify yang membuat wanita itu bergidik geli. Buru-buru menjauhkan jangkauan telinganya dari wajah Rio.
"Pagi juga,"
Sembari menjawab Ify melepas pelukannya dan menatap Rio yang sudah rapi dengan pakaian kantor. Rio sudah tiga hari ini ada di rumahnya karena habis keluar dari Rumah Sakit jadi kata Rio ia tinggal di rumah Ify saja karena ada yang menjaganya tentu saja itu hanya alibi seorang Rio saja. Yang pasti ia ingin terus ada di dekat Ify dan anaknya, Gio.
"Hari ini ngantor? emang udah pulih beneran?"
Ify menatap ragu pada Rio, Rio mengelus pipinya dan mencubit hidung Ify pelan sehingga wanita itu tidak perlu meringis.
"Udah kan? nih lihat aku udah seger begini. Apalagi tadi malam udah dikasih sesuatu sama kamu yang buat aku makin sehat."
Bluss. Perkataan ambigu Rio membuat rona merah hadir di kedua pipi putih Ify. Ify memalingkan wajahnya agar tidak lagi menatap Rio.
"Iya udah. Kita sarapan dulu habis itu baru kamu ke kantor."
Ify menaruh nasi goreng buatannya kedalam dua piring dan meletakkannya di atas meja makan. Lalu ia tuangkan air kedalam gelas.
"Gio belum bangun loh yang."
"Biarin aja dulu, Tadi malam kan dia tidurnya agak lama. Jadi wajar bangunnya lama."
"Padahal yang begadang sampe jam dua pagi itu kita ya sayang, tapi Gio yang bangunnya kesiangan."
"Rio Ihh,"
Ify mencubit paha Rio sehingga pria itu mengaduh kesakitan, cubitan Ify pada daging bagian pahanya yang dilapisi celana bahan yang tidak tebal lumayan terasa perih dan panas.
"Awwww sakit cinta."
Rio mengelus pelan pahanya yang tadi menjadi korban keganasan jari cantik Ify. Ify memasang wajah cemberut.
"Biarin siapa suruh itu mulut kalo ngomong gak difilter dulu."
"Apanya yang mau difilter yang, orang aku gak ngomongnya gak aneh - aneh kok."
"Gak aneh apanya kamu ngomong kaya gitu,"
Sembur Ify dengan ketusnya.
"Aku kan nggak bilang apa yang kita lakukan kan? aku cuma bilang kita begadang. Itu aja,"
Rio tetap kekeh. Membuat Ify menatapnya garang.
"Ya sama aja Rio!"
"Hem iya deh iya ratuku. Aku minta maaf sayang, dan makasih untuk yang tadi malam, aku bahagia banget Fy."
Dari pada berdebat dengan istri sendiri dan diberi tatapan mata yang menyeramkan lebih baik Rio mengalah saja. Toh hanya masalah sepele yang kadang bisa membuat menjadi besar jika tidak bijak dalam menanggapinya.
Wajah Ify sedikit merona ucapan Rio tapi ia mencoba tidak menanggapi dengan pura-pura lahap menyantap sarapan paginya.
"Eh iya sayang, kamu hari ini ke kantor?"
Ify menggeleng mulutnya penuh dengan nasi goreng yang masih ia kunyah.
"Aku hari ini gak masuk. Om Doni udah pulang dari luar negeri dan dia yang akan melanjutkan pekerjaan aku dikantor. Tadi malam dia kasih tau aku."
Jelas Ify setelah meneguk air putihnya.
"Bagus deh. Itu artinya kamu cuma fokus untuk jadi istri aku dan ibu dari Gio aja. Biar yang cari nafkah urusan aku dan itu emang tanggung jawab aku. Kamu kalo mau apa-apa tinggal bilang ya sayang, jangan pake uang sendiri pake uang aku aja."
Ify mengangguk dan tersenyum yang terlihat sangat manis dan menambah kesan cantik pada wajahnya yang memang sudah sangat cantik.
Apalagi bagi seorang Rio. Ify sukses meruntuhkan imannya. Bukan hanya kecantikan fisik semata tapi semua yang ada duri Ify sangat spesial bagi Rio.
"Iya Yo. Tapi kamu janji jangan ada lagi selain aku di hati kamu ya, aku cuma mau itu."
Ify menatap Rio penuh harap.
"Sampai kapan pun Fy. Selagi aku sadar aku gak akan biarkan siapa pun masuk ke hati aku. Kamu aja udah segalanya bagi aku apalagi kamu udah kasih aku jagoan, aku bahagia banget Fy."
Rio menangkup pipi Ify dan mengecup kening sang istri dengan penuh kelembutan.
"Kamu gak mau aku janji?"
Ify menghela sebelum menjawab.
"Aku gak mau Yo, aku ingin kamu sayang aku tulus emang karena kamu yang mau bukan karena terikat janji sama aku. Cukup pernikahan aja yang jadi janji kita."
Rio langsung mendekap Ify setelah mendengar penjelasan itu. Benar kata Ify, pernikahan saja sudah cukup menjadi bahan pertimbangan untuk tidak saling mengkhianati. Bukankah pernikahan itu adalah sebuah ikatan perjanjian yang berlaku untuk selamanya.
"Yaudah aku pergi dulu sayang. Nanti kalo Gio udah bangun kamu telpon aku ya. Rasanya gak lengkap kalo belum bicara apa-apa sama Gio."
"Iya, nanti aku telpon kamu. Kamu hati-hati ya, makan siang di rumah kan?"
"Aku usahain sayang. Tapi kalau gak bisa kamu jangan sedih ya, karena ini hari pertama aku masuk kantor setelah pulang dari Rumah Sakit dan pasti banyak banget yang harus aku kerjain."
Ify mengangguk paham. Ia Ia tidak mau egois karena ia sendiri juga tau bagaimana kesibukan di kantor terlebih ia Ia juga pernah bekerja mengurus kantor.
"Iya. Walaupun gak sempet pulang tapi jangan gak makan ya siang loh. Nanti sakit siapa yang cari aku nafkah."
"Sakit dua hari gak akan buat aku miskin cinta."
"Mau?"
Rio menggeleng sambil tersenyum dan mengusap kepala Ify.
"Udah ah. Gak jadi barangkat aku kalau begini. Sini kiss dulu suamiya."
Rio langsung melabuhkan bibirnya di atas bibir tipis Ify. Tidak ada penolakan dari wanita itu. Ify seolah menikmati apa yang Rio lakukan padanya. Rio melepaskan bibirnya setelah dirasa cukup,
"Hati-hati di rumah sayang."
Ucap Rio yang kali ini benar-benar pergi meninggalkan rumah untuk ke kantor. Ify memegang dadanya yang entah mengapa berdebar tak menentu sampai ia lupa menghantarkan Rio ke depan pintu. Ia tersenyum mendengar suara mesin mobil Rio yang semakin lama semakin terdengar samar.
"Suka banget deg-degan sih kalo deket Rio. Padahal udah sering diginiin,"
Ify mengambil Hpnya yag berdering, ada nomor tidak dikenal.
"Halo,"
KAMU SEDANG MEMBACA
Masih Ada Cinta (Tamat)
RomanceJudul sebelumnya, "SENTENCES OF LOVE" Belum direvisi Setelah baca follow akun Ummi Mentari ya. Mengandung keuwuan yang hakiki❤️