Sedari tadi Ratih menatap penuh kebencian pada Ify yang kini bergelut manja di dada Rio, mereka masih di ujung tangga sana, dengan Rio yang dan Ify masih memakai baju tidur kecuali Rio yang hanya memakai celana pendek.Suami istri itu tampak bahagia apalagi tidak ada Gio di sana, Ilma juga memandang mereka dengan tatapan yang membuat hatinya panas. Dalam otak cantiknya berfikir apa iya mereka bisa membuat Rio dan Ilma saling berjauhan.
"Tante, kok malah kayak gini sih."
Ilma berbisik kecil di telinga Ratih.
Ratih mengangguk sebagai tanggapan pada ucapan Ilma."Ehem. Rio ada yang mau Mama bilang sama kalian,"
Ratih sengaja mengeraskan suaranya agar didengar oleh Rio dan Ify. Dan benar saja dua sejoli itu langsung menoleh pada sofa di mana saat ini Ratih dan Ilma duduk.
"Iya bentar Ma, kita mandi dulu. Ayo Sayang kita mandi."
Rio meletakkan sebelah tangannya di bawah lutut belakang Ify dan sebelahnya lagi menahan bagian punggung wanita itu. Mengangkat Ify kedalam gendongannya yang secara otomatis membuat Ify mengalungkan kedua tangannya pada leher sang suami dengan muka yang susah berubah warna dari putih berseri kini ada sedikit seburat merah layaknya blush on di sana.
Seolah ingin menunjukkan pada Ratih dan Ilma, Rio sengaja menempelkan bibirnya di atas benda kenyal sang istri. Lalu tanpa melihat pada Ratih dan Ilma, ia membawa tubuh Ify yang masih di gendongannya menaiki lagi anak tangga yang tadi sempat ia turuni. Melangkah menuju kamar yang sudah beberapa malam ini ia tiduri bersama Ify tentu saja.
Rio menurunkan Ify di atas tempat tidur empuk yang membuatnya nyaman saat ada di sana. Memandang wajah Ify dengan intens seolah menerawang isi hati sang istri. Rio menemukan ada sedikit ketakutan di sana.
"Kenapa Sayang?"
Bukan tanpa alasan, dari tadi Rio melihat Ify hanya diam saja padahal biasanya wanita itu akan menolak saat ingin ia gendong. Alasannya berbagai macam, malulah, takut jatuhlah, bisa jalan sendirilah dan banyak lagi. Tapi kali ini wanita itu tampak diam saja.
"Apanya yang kenapa?"
Ify ganti menatapnya bingung.
"Kamu, kenapa diem aja pas aku gendong? bukannya bisanya kamu selalu nolak ya?"
"Oh jadi kamu sebenarnya gak niat buat gendong aku ya. Cuma pura-pura gitu karena tau biasanya aku selalu nolak?"
Ify berujar dengan ketusnya. Wajah wanita itu tampak cemberut.
"Eh eh gak gitu sayang. Aduh Fy, kok bisa mikir gitu sih. Justru aku seneng bisa gendong kamu kayak tadi tanpa adanya penolakan. Aku heran aja, tadi kamu pasrah aja yang."
Rio membelai pipi mulus Ify yang putih bersih.
"Ya aku juga sengaja diem dan gak nolak. Aku udah bilang kan kalau aku akan tetap di samping kamu dan akan berusaha untuk memperteguh cinta kita."
"Jadi aku juga mau buktikan sama mama dan wanita tadi kalau kita memang saling mencintai dan kalau kita saling bahagia."
Rio membawa Ify ke dalam dekapannya.
"Makasih sayang. Aku semakin kuat dengan adanya kamu di samping aku. Ya udah kita mandi dulu biar seger habis itu baru kita temuin mereka."
"Kamu mandi duluan aja. Habis itu baru aku."
Rio menggeleng. Tangannya memegang lengan Ify yang ingin beranjak dari tempat tidur.
"Eh gak bisa gitu dong. Mau mandi bareng atau aku kerjain kamu di sini?"
Ify menatap Rio dengan wajah yang kembali cemberut. Ancaman apa itu, sana sini enak di Rio kan.
"Yo. Apa sih, tadi malam kan udah sampe hampir subuh kan? masa belum puas aja,"
Rio mencium kening Ify.
"Beda dong. Kalau malam itu memang rutinitas wajib Yang. Tapi kalau pagi gini itu sebagai penyemangat. Mumpung aku gak ngantor ini dan Gio masih tidur sama Keke."
Ify tidak menyangka Rio akan berkata segampang itu.
"Iya tapi kita ditungguin loh sama mama kamu,"
Ify mencoba mengingatkan Rio bahwa ada tamu untuk mereka saat ini.
"Tamunya juga gak penting amat Sayang. Sekali aja ya,"
Belum Ify memberi persetujuan Rio sudah lebih dulu mengubah posisi mereka menjadi terlentang di atas ranjang. Dan memulai aksi yang sangat Rio inginkan sampai membuat peluh membanjiri tubuh mereka. Baru setelahnya mereka mandi bersama.
***
Rio dan Ify duduk berdampingan dalam satu sofa ukuran sedang dengan tangan yang saling menggenggam seolah saling memberi kekuatan satu sama lain. Tepat di hadapan Ilma dan Ratih.
Ratih dan Ilma sangat tidak nyaman dengan apa yang Rio dan Ify suguhkan.
"Katanya ada yang mau Mama omongin, tentang apa ya Ma?"
Ify memulai pembicaraan,
"Hem. Ini mengenai perjodohan Rio dan Ilma."
Seketika tubuh Ify menegang, ia berdo'a dalam hati semoga Tuhan mengabulkan permintaannya untuk tetap menjadi satu-satunya istri dalam hidup Rio.
"Aku udah bilang aku gak mau Ma, aku udah punya istri dan juga aku udah punya anak."
Rio tetap mengatakan jawaban yang sama seperti kemarin saat ia di rumah Ratih.
"Lagian tujuan Mama jodohin aku sama Ilma itu apa sih Ma? mama pengen aku ada pendamping dan bahagia? aku udah bahagia selama ada Ify di samping aku. Mama pengen aku punya anak dan mama dapat cucu? aku udah berhasil kasih Mama cucu, yaitu Gio."
Ratih menggeleng.
"Mama gak peduli sama Ify maupun Gio sekali pun Gio itu anak kamu karena mama cuma mau kamu pisah dri Ify dan menikah sama Ilma."
"Enggak Ma. Itu gak akan pernah terjadi. Aku gak bisa mencintai wanita lain selain Ify, istriku sendiri."
Rio meremas tangan Ify yang ada dalam genggaman tangannya. Seolah mengatakan pada Ify jika wanita itu akan tetap menjadi satu-satunya bagi Rio.
"Jadi kamu akan tetap memilih wanita ini? meski Mama akan hapus nama kamu dari daftar warisan?"
Ify memandang panik pada Rio. Ancaman Ratih tidak bisa dianggap sepele. Mungkin bagi sebagian orang hidup dalam kesederhanaan sudah biasa tapi bisa saja itu tidak berlaku pada Rio yang memang dibesarkan dengan bergelimang harta.
"Ini bentuk ancaman Ma? Mama nyuruh aku pilih Ify atau harta?"
Rahang Rio mulai mengeras.
"Iya. Mungkin kamu bisa mengelak selama ini dari semua permintaan Mama tapi apa kamu bisa mengelak juga sekarang? kamu pikir kamu bisa hidup tanpa harta dan uang?"
Rio menghela nafas berat. Bagaimanapun ini bukan pilihan yang mudah baginya. Bukan tentang bagaimana cara hidup sederhana tapi bagaimana ia bisa menghidupi keluarganya nanti.
Ia arahkan tatapannya pada Ify yang kini memasang wajah tidak tenang, mungkin wanitanya itu takut Rio akan merubah keputusannya untuk bersedia hidup dengan Ilma.
"Bagaimana Rio? kamu pilih menikah dengan Ilma atau tetap hidup dengan Ify tapi tidak mendapat apapun dari harta Mama?"

KAMU SEDANG MEMBACA
Masih Ada Cinta (Tamat)
RomanceJudul sebelumnya, "SENTENCES OF LOVE" Belum direvisi Mengandung keuwuan yang hakiki❤️