"Gio, Tunggu di sini bentar ya sayang. Bunda biar panggil tante Keke dulu kok lama banget ganti bajunya."Ify menyuruh Gio berdiam diri di ruang tamu rumahnya. Malam ini ia mengajak Keke dan Gio makan di luar karena selain ia tidak masak dengan alasan kelelahan pulang dari kantor padahal ia kelelahan karena menangis sedari tadi di kantornya bukan untuk bekerja. Tadi ia sengaja mendekam di dalam ruangan setelah pertemuannya dengan Rio di taman.
Ify ingin menyegarkan kembali fikirannya bersama dua orang yang menjadi alasannya untuk tetap bertahan sampai saat ini dengan mengajak mereka makan di luar sekaligus mampir ke pasar malam yang sedari kemarin Gio ingin ke sana.
"Keke udah siap kok kak. Tadi lupa taroh hp di mana makanya agak lama."
Belum Ify meninggalkan Gio, Keke muncul sambil tangannya memasukkan hpnya ke dalam sling bag coklatnya.
Gadis itu terlihat rapi dan semakin cantik saja sekarang."Udah gak ada yang ketinggalan lagi kan?"
"Gak ada lagi kak. Yuk kita pergi."
Keke langsung menggandeng tangan Gio. Berjalan duluan keluar rumah dan menuju mobil. Sementara Ify mengikuti di belakang, ia berpamitan pada pembantunya dulu yang memang masih nonton. Pembantunya tidak bertugas memasak hanya membersihkan rumah dan mencuci serta menyetrika pakaian saja.
Ify menyetir dengan kecepatan sedang sambil sesekali mengikuti alunan musik yang sengaja dipasang oleh Keke. Mereka mendengar lagu anak-anak karena ada Gio.
"Lagunya ganti aja Tante, nanti aja pulangnya lagu itu."
Gio yang di pangkuan Keke bergerak mematikan lagu itu yang justru mengundang kernyitan dahi dua orang dewasa di mobil ini.
"Kenapa dimatiin sih Gio. Emang kenapa kalo lagunya itu? kenapa harus pulang dihidupnya kenapa gak boleh sekarang aja?"
Keke protes juga ternyata.
"Sekarang Gio gak ada balon Tante. Nanti balu beli nah pulangnya baru deh nyanyi lagu ini."
Mau tidak mau Ify menahan kekehannya mendengar celotehan Gio. Tangannya terulur mengusap rambut Gio gemas. Sementara Keke mendengus. Tapi tangannya ikut mencubit pipi tembem Gio.
"Loh itu kan cuma lagu Gio. Gak harus punya balon dulu kan buat bisa nyanyi lagu ini?"
Gio menatap pada Keke dengan wajah tak terima.
"Halus dong Tante. Bial lebih ngefeel dong."
Dengan wajah sok besarnya Gio berujar lucu. Bocah tiga tahun tau apa soal perasaan coba.
"Gio tau dari mana kata ngefeel, Nak?"
Ify penasaran dari mana anaknya ini tahu bahasa itu.
"Dali Tante Keke. Kemalin Tante Keke telponan sama temennya telus Gio dengel Tante bilang ngefeel."
"Gio tahu ngefeel itu apa?"
Gio menggeleng menatap bundanya. Ify dan Keke terkekeh.
"Kak itu siapa ya, kok duduk di pinggir jalan gitu kayak orang linglung ya kak."
Ify mengikuti arah pandangan Keke. Benar di sebelah sana seorang wanita berdiri seorang diri sambil memegang handphone di genggamannya.
Ify menepikan mobil. Ia turun di ikuti Gio dan Keke tepat di samping wanita itu.
Benar wanita itu terlihat bingung sambil sesekali menatap hpnya."Permisi Mbak."
Sapa Ify.
"Oh iya Mbak."
Wanita itu mendongak dan balas menyapanya dengan senyum ramah.
"Saya Ify. Mbak mau ke mana ya? kenapa di sini sendirian? ini sepi loh Mbak jalannya."
Wanita itu manatap Ify dengan wajah meringis kebingungan.
"Saya Laura, Mbak. Tadi saya dari bandara pakai taksi tapi taksinya mogok dan saya turun di sini. Saya mau ke rumah tunangan saya tapi lupa jalannya Mbak."
Jelasnya panjang lebar. Ify mengangguk paham.
"Mbak udah coba telpon tunangannya?"
"Udah dan katanya menuju ke sini tapi di jalan macet."
Ify melihat ke sekelilingnya yang sepi. Hanya ada mereka di sana. Ify jadi kasihan kalau meninggalkan wanita ini sendirian. Memberikan kode pada Keke lewat lirikan mata dan Keke yang mengerti pun menganggukkan kepalanya.
"Di sini kan sepi banget mbak. Jadi biar kami temani mbak ya sampai tunangan Mbak datang."
"Benera Mbak, apa gak ngerepotin?"
Ify tersenyum tulus.
"Iya gak kok Mbak. Kita duduk di situ aja yuk. Ayo Sayang."
Keke menuju kursi panjang yang sengaja di letakkan di pinggir jalan. Ia menuntun Gio sementara Keke membantu Laura membawa beberapa barang selain koper.
Mereka duduk dengan Gio di pangkuan Ify."Ini anak Mbak Ify?"
Laura mengusap pipi Gio. Matanya menelusuri seluruh bagian dari Gio. Mulai dari wajah sampai ke kaki Yang emang saat ini Gio memakai sandal bukan sepatu. Dahinya mengernyit melihat wajah Gio dari dekat seperti ini.
"Kayak mirip sama ... Eh gak mungkin."
Laura membatin.
"Iya Mbak. Ini anak saya. Kenalan dulu sayang sama Tante Laura, bilang namanya siapa."
Ify mengusap rambut Gio. Laura mengambil tangan kanan dan membelitkan dengan tangannya seperti orang bersalaman.
"Nama Tante, Laura. Nama kamu siapa?"
Gio tersenyum.
"Gio. Tante Laula, Gio ganteng kan?"
Dengan pdnya Gio berucap seperti itu sambil tangannya memegang pipi. Membuat siapapun yang melihatnya merasa gemas. Laura mengacak rambut Gio.
"Ganteng kok ganteng banget malah."
"Itu karena bunda Gio yang cantik kayak bidadali."
" Iya dong Tantenya aja cantik gini."
Keke tak mau kalah. Ia ikut nimbrung dengan Laura dan Gio. Mereka terus berceloteh ria dengan tak jarang tawa mereka menggelegar bersamaan Laura. Mereka gampang sekali akrab.
"Kak aku sama Gio ke mobil aja ya. Banyak nyamuk kasian Gionya."
Ify mengangguk saja. Benar kata Keke, di sini lumayan banyak nyamuk dan ia tidak mau putra kesayangannya jadi santapan hewan bersuara nyaring itu.
Sebuah mobil berwarna putih berhenti tepat di belakang mobil Ify. Mereka sudah menduga jika itu adalah mobil milik tunangan Laura. Cukup lama mereka menunggu ternyata.
"Itu kayaknya tunangan aku udah sampe, aku samperin dia dulu, kamu tunggu ya nanti biar aku kenalin sama dia."
Laura berdiri. Pemilik mobil yang ia bilang adalah tunangannya itu belum keluar juga dari mobilnya. Ify mengangguk membiarkan Laura pergi menghampiri tunangannya.
Ify mendudukkan dirinya lagi di kursi sambil mengutak atik hpnya yang banyak notifikasi dari sekretarisnya mengenai urusan kantor. Ify membalas chat dari sekretarisnya yang dirasa harus di balas. Setelah itu ia masukkan lagi handphonenya ke dalam tas.
Indra penglihatannya memandang sepasang pria dan wanita berjalan kearahnya dengan tangan wanita itu melingkar di lengan kiri prianya. Ify mengerjapkan mata berkali-kali berharap yang ia lihat tadi salah. Namun, setelah beberapa kali ia ulang untuk mengerjapkan matanya membuka lagi dan yang ia lihat tetaplah sama.
Di sana Laura sedang menggandeng lelaki yang Ify rasakan sangat mirip dengan orang yang masih berada di hatinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Masih Ada Cinta (Tamat)
Storie d'amoreJudul sebelumnya, "SENTENCES OF LOVE" Belum direvisi Setelah baca follow akun Ummi Mentari ya. Mengandung keuwuan yang hakiki❤️