Part 30

10.7K 579 14
                                    

Part Dewasanya ada di Karyakarsa ya.
Kalau taro di sini Ummi khawatir yang belum cukup umur ikutan baca.

❤️❤️❤️❤️

Rio membuka pintu kamar Ify saat mendengar ada yang memanggilnya dengan Rio ayah dari liar pintu. Begitu dibuka terlihat disana Gio, si bocah usia tiga tahun yang memasang muka cemberut dan kedua tangannya ia lipat di dada layaknya orang dewasa.

"Anak ayah kenapa? pagi-pagi kok mukanya cemberut gitu?"

Tanya Rio sambil berusaha menggendong tubuh gempal Gio. Tentu saja tidak ditolak oleh anak. Bahkan anak itu dengan manjanya bergeleyut di leher sang ayah.

"Ayah buka pintunya lama. Ayah juga kenapa tadi malam gak jadi tidul sama Gio malah tidul dikamal bunda."

Gio menyuarakan protesan nya pada Rio mengenai tidur tadi malam. Memang tadi malam Rio menemani Gio sampai putranya itu tertidur dan ia kembali ke kamar istrinya setelah Gio nyenyak.

"Emm ayah temenin bunda tadi malam sayang."

"Bunda kan udah besal yah napain ditemani? bunda biasanya juga tidul sendili kok."

Rio memutar bola matanya berfikir apa lagi alasan yang ia akan berikan  pada Gio.
Tidak mungkin ia berterus terang pada anak seusia Gio. Bisa kacau dia.

"Enggak gitu sayang. Tadi Malam itu setelah Gio tidur terus mati lampu dan bunda takut katanya makanya ayah temenin. Gio tau kan kalau bunda takut sama gelap?"

Ia lihat putranya yang mengangguk lucu. Tanpa diketahui Gio, ia menghembuskan  nafas lega. Akhirnya anaknya percaya.
Gio celingukan ke dalam kamar Ify.

"Bunda mana yah? Gio mau ketemu bunda, mau kiss bunda dulu."

Rio menghalangi pandangan Gio agar tidak bisa melihat pada kamar Ify yang sangat berantakan dengan badannya. Akibat ulahnya tadi malam. Ia berjalan menjauhi pintu bersama Gio dalam gendongannya.

"Bunda ada kok sayang. Tapi lagi mandi. Gio udah mandi belum?"

"Belum yah,"

Rio mengusap kepala Gio sebelum memberi satu kecupan sayang di sana. Rio sengaja bilang Ify lagi mandi agar Gio tidak masuk ke dalam. Padahal Ify masih tertidur pulas di dalam sana dan keadaan kamar mereka yang tidak bisa dibilang rapi.

"Yaudah kita mandi dulu yuk. Kita mandi dikamar Gio,"

"Tapi Gio mau digendong ayah ya sampe ke kamarnya."

"Boleh sayang. Kita mandi sekarang oke jagoan?"

"Oke ayah."

Rio membawa Gio menuju kamar putranya untuk ia mandikan dan sekalian ia mandi di sana.

Ify tersenyum mendengar semua ucapan Rio dan Gio di balik pintu kamarnya.  Ia tadi terbangun saat mendengar Rio membuka kunci pintu. Dan memilih tetap ditempat tidur dengan selimut yang menutupi tubuhnya sampai bagian dada.

"Bahagia banget kalau setiap pagi aku lihat pemandangan kayak gini Yo. Kamu juga udah buat rasa bahagia dihati anak kita Gio. Aku sangat berharap kita bisa kaya gini terus."

"Tapi apa kita bisa? hidup bahagia meski tanpa adanya restu dari mama kamu. Kalau cuma kebahagiaan aku yang diusik gapapa tapi kalau kebahagiaan Gio, aku keberatan, karena Ini yang Gio inginkan dari dulu, ada disamping ayahnya dan merasakan figur ayah lagi. Aku harus gimana Yo?"

Ify menerawang,  ia sampai tidak bergeming sedikitpun jika tidak mendengar suara deringan handphone Rio yang terletak di atas meja samping ranjangnya. Dahinya mengerut melihat nomor tidak dikenal tertera di sana.

"Angkat gak ya? gak usah deh. Lagian nomor nya gak dikenal."

"Eh tapi kalau penting gimana?"

Ify bimbang sambil memegang handphone Rio yang masih menyala.

"Biarin aja deh. Mending aku mandi. Nanti kalau beneran penting pasti telpon lagi."

Akhirnya Ify membiarkan handphone Rio yang masih berdering di atas tempat tidurnya. Masih dengan balutan selimutnya Ify perlahan bangun dari tempat tidur dan berjalan kearah kamar mandi. 

***

Ratih berdiri di depan salah satu kamar di dalam rumah mewahnya.
Setelah mengetuk beberapa kali, pintu dibuka oleh seorang gadis cantik yang tidak lain adalah keponakannya. Dia Dhira, keponakan sekaligus sepupu dari kedua anak kembarnya.

"Ada apa Tante?"

Tanya gadis yang masih dengan balutan baju tidurnya dan rambut yang masih kusut, belum sisiran.

"Tante mau tanya sesuatu boleh?"

Dhira mengerutkan keningnya melihat pada Ratih, dalam hatinya sedikit menebak apa yang akan ditanyakan oleh tantenya ini. Dari tatapan Ratih saja Dhira bisa tau jika itu tidak jauh-jauh dari Rio dan masih tetap tentang Rio.

"Tante kaya sama siapa aja. Tanya aja atuh tan."

Ratih tersenyum dan mengelus rambutnya pelan.

"Emm udah beberapa hari ini kan Rio gak pulang Dhir terus dia juga gak ada di rumahnya. Tante kangen, kamu bisa hubungi dia buat Tante?"

Pertanyaan eh permintaan berisi sedikit curahan hati Ratih membuat Dhira terenyuh. Sekuat-kuat hati seorang ibu pasti akan lemah jika dihadapkan dengan rasa rindunya pada sang anak.

Bukan hanya Ratih yang merasakan itu mungkin semua ibu di dunia ini juga merasakan hal yang sama.
Dhira mengusap lengan Ratih lembut.

"Bisa tante. Nanti biar Dhira hubungi kak Rio ya? biar Dhira suruh dia pulang ke sini. Mamanya kangen."

"Makasih ya sayang. Kalau gitu tante ke kamar dulu. Kamu juga mandi sana."

"Oke Tante ku sayang."

Dhira masuk lagi ke dalam kamarnya setelah Ratih pergi dari sana. Ia mengambil smartphone nya dan mendeal nomor Rio. Panggilan pertama tidak diangkat, ia coba lagi dan sama hasilnya nihil tidak diangkat sama sekali.

"Ini Rio ke mana sih. Masa masih tidur mentang-mentang di rumah Ify."

"Atau mandi kali ya. Udah deh nanti coba lagi sekarang aku mandi dulu."

***

"Ihh Rio!!! sana keluar aku belum  pake baju!"

Ify merapatkan handuk yang asih melekat di tubuhnya. Matanya melotot pada Rio yang baru saja masuk ke kamarnya.

"Iya sayang iya. Gak usah pake urat juga ngomongnya."

Rio keluar lagi padahal ia juga masih pake handuk, sehabis mandi di kamar Gio tadi.
Sebenarnya apa yang Ify malukan coba. Mereka kan suami istri. Dasar Ifynya terkadang aneh.

"Jangan lama sayang. Aku juga mau cepet ini."

Rio mengeraskan suaranya agar terdengar sampai ke dalam kamar Ify. Tidak lama pintu kamar itu dibuka oleh Ify yang sudah rapi dengan dress selutut dongkernya, tampak pas dengan warna kulitnya yang putih berseri.

"Godain akunya malam aja sayang, siangnya gak usah. Biar siangnya aku bisa fokus kerja aja Yang,"

Rio menggeleng kepalanya melihat penampilan Ify yang begitu apik padahal hanya pakaian sederhana dan sudah biasa Ify kenakan di rumah.

"RIO! malam ini tidur di luar kalau ngomongnya aneh lagi."

Rio menatap dengan mata membulat. Mendengar ancaman yang Ify lontarkan Rio nyengir.

"Becanda Sayang, iya gak lagi kok. Aku pake baju dulu ya cantik."

Rio dengan cepat masuk kamar Ify untuk memakai baju. Sedangkan Ify terkekeh geli melihat tingkah suaminya.

"Aneh banget sih. Dasar usil mesti diancam dulu baru kicep."

Ify menuruni anak tangga menuju lantai dasar rumahnya. Samar - samar ia mendengar suara tawa Gio dan Keke dari arah dapur. Mungkin mereka sedang sarapan, pagi ini Ify tidak sempat masak karena bangun kesiangan jadi mereka makan masakan pembantunya saja.

Masih Ada Cinta (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang