Part 13

16.6K 1K 0
                                    

Ray memijat keningnya. Setelah pembicaraannya dengan Ratih yang bisa digolongkan perdebatan kecil tadi ia kembali ke kamarnya. Hari sudah malam dan ia memutuskan untuk lebih baik istirahat agar fikiran nya kembali jernih. Laura malam ini menginap di rumah tantenya yang kebetulan tidak jauh dari rumah Ratih.

"Gimana caranya supaya mama nerima Ify. Kasian juga mereka saling cinta tapi harus hidup terpisah walau sudah punya buah hati."

Ia masih saja memikirkan nasib saudara kembarnya. Deringan hpnya membuyarkan lamunan yang sejak tadi ia lakukan. Tertera nama Laura disana membuat senyum nya terbit seketika hanya dengan melihat namanya saja. Hari ini ia belum ada bertemu Laura, bertukar kabar lewat benda canggih pun tidak. Mungkin Laura paham jika hari ini Ray sibuk. Pengertian sekali calon istrinya ini.

***

Rio membuka matanya saat merasakan tubuhnya diguncang. Bibirnya menyunggingkan senyum melihat Gio yang ternyata tengah menggoyangkan badannya.

"Ayah bangun udah pagi."

Matanya menatap jam dinding kamar Gio, benar saja sudah jam tujuh pagi dan ia bangun telat. Hari ini ia ada meeting jam delapan di kantor. Dengan tergesa ia bangun dan mengusap kepala Gio dengan sayang. Kemudian menggendong anak itu keluar kamar.

Sampai di tangga ia bertemu Ify yang ingin naik ke atas mungkin ke kamarnya. Wanita itu masih memakai gaun tidurnya.

"Loh udah bangun? baru aja mau aku bangunin."

Rio tersenyum, dibangunin sama Ify tentu itu suatu kebahagiaan baginya. Tapi mungkin bukan untuk hari ini.

"Ini aku udah telat Fy. Hari ini ada meeting di kantor jam delapan."

"Ayah mau pelgi?"

Rio dan Ify menatap pada putra mereka. Rio mengusap kepala Gio sebelum ia kecup.

"Ayah mau ke kantor sayang. Ada urusan penting. Nanti ayah ke sini lagi kok."

Mata Gio terlihat berkaca-kaca. Anak itu menunduk ia seperti ingin terus dekat dengan Rio. Ify mengambil alih tubuh gempal putranya. Tapi karena posisinya sedang berdiri di anak tangga jadi tidak sengaja kakinya terpeleset dengan cepat Rio memegang pinggang Ify untuk menahan tubuh wanitanya itu. Sedangkan Gio sudah dalam gendongan Ify.

Mata mereka beradu. Masing-masing mengisyaratkan kerinduan yang dalam. Setelah Ify berdiri dengan tegak Rio mengeratkan pegangannya di pinggang Ify membuat tubuh mereka semakin dekat dengan Ify menggendong Gio layaknya keluarga bahagia.

"Aku rindu."

Bisikan Rio di telinga Ify berhasil membuat perasaannya tak karuan. Ia juga rindu pria ini. Ify menunduk dengan pipi yang merona alami.

"Katanya mau ke kantor. Itu udah hampir setengah delapan kapan siap-siapnya."

Gumamnya pelan yang masih didengar Rio. Refleks membuat Rio melepaskan tangannya dari pinggang wanita cantik ini.

"Iya ini mau siap-siap. Aku pulang ya titip Gio. Kamu baik-baik, nanti aku datang lagi."

Pesan Rio layaknya pamit pada istri, eh Ify masih istrinya secara hukum dan agama karena tidak ada gugatan di antara mereka.

"Iya. Kamu hati-hati. Maaf aku gak sempat buat sarapan tadi."

Rio mengangguk.

"Cantik."

Ia menyelipkan anak rambut Ify ke telinga wanita itu seiring dengan bisikannya. Membuat Ify tambah merona, berdekatan dengan Rio sudah membuat hatinya tak karuan apalagi diperlakukan seperti ini.

"Bunda kenapa mukanya melah?"

Rio tersenyum mendengar celotehan Gio, sementara Ify gelagapan dan matanya melotot pada Rio.

"Enggak kok sayang. Ini bunda kepanasan kayaknya kan bunda belum mandi."

"Belum mandi aja udah wangi."

Celetukan Rio yang tidak diindahkan oleh Ify.

"Oh iya katanya ayah mau cepet kan? ya udah sana yah nanti beneran telat loh."

Ify sengaja berkata seperti itu agar Rio segera pergi. Rio mencium kening Gio dan dengan cepat pria itu mengecup pipi kiri Ify agar tidak diketahui Gio membuat Ify melebarkan matanya.

"Ayah pergi sayang."

Rio dengan cepat keluar dari rumah setelah melihat tatapan Ify padanya. Salahkan wanita itu yang menggoda untuk dikecup. Rio tersenyum lebar saat keluar dari rumah Ify dan masuk kedalam mobilnya.  Sepertinya hari ini ia akan semakin semangat bekerja.

Sementara Ify merasakan gejolak dihatinya saat tadi pipinya menjadi sasaran bibir Rio. Ia raba pipinya dengan tangan kanannya dan bibir yang tersenyum malu-malu.

***

"Kenapa jadi kangen Rio ya. Padahal dia baru aja pergi."

Ify kemudian menggeleng.

"Apa sih kamu Fy. Gitu aja baper, gimana kalau Rio cuma becanda tadi? eh emang ada orang becanda pake cium."

"Rio masih pake cincin pernikahan kita dulu. Apa memang iya Rio masih cinta sama aku ya meskipun aku udah ninggalin dia."

Ify menyandarkan badannya di kepala sofa. Hari ini ia tidak ke kantor karena ia ambil cuti dua hari untuk menemani Gio di rumah sampai pembantunya kembali.

"Ehemm."

"Rio!"

"hahahaha. Hayo ketauan lagi mikirin kak Rio. Tadi malam udah ngapain aja? kak Rio nginep sini kan kak?"

Keke duduk di atas sofa sambil makan keripik singkong yang ia bawa dalam toples.

"Mulutnya. Kayak ngapain aja. Iya semalem dia nginap tuh diminta sama Gio. Katanya pengen tidur sama ayahnya."

Jelasnya dengan malas pada Keke.

"Tidur bareng dong. Cieee."

"Tidur bareng Gio dia."

"Sabar nanti malam minta tidur bareng kakak deh."

"Apaan sih Ke. Gak berharap juga."

dengusnnya.

"Alahhh... di mulut aja bilangnya gak berharap padahal di hati uhhh pengen pelukan terus sama kak Rio."

Ify membolakan matanya pada Keke. Dari mana Keke tau soal hatinya. Apa Keke cenayang atau sejenisnya?

"Gio mana Ke?"

Ify berusaha mengalihkan pembicaraan. Jika tidak yang ada omongan mereka tentang Rio akan berlarut-larut.

"Tidur dia di kamar Keke."

"Udah lama?"

"Baru aja."

"Kak pintu ada yang ketok tu. Keke mau ke kamar mandi dulu."

Keke langsung ngacir ke kamarnya. Terpaksa Ify membuka pintu padahal ia sedang ingin bersantai.

Ify menahan nafas saat seseorang menyodorkan sebuah buket mawar putih padanya. Ia melihat orang itu yang tersenyum padanya.

"Rio."

Ify menerima bunga itu dengan senyum malunya.

"Makasih Yo. Masuk yuk."

Rio mengangguk dan tersenyum. Ify menggeser tubuhnya mempersilakan Rio untuk masuk. Mereka duduk di sofa.

"Gio kok gak ada suaranya ya."

"Tidur?"

Ify mengangguk.

"Sayang."

Ify menoleh saat Rio mengucapkan kata sayang. Rio menatapnya dengan senyuman manis.

"Yo."

Hanya itu yang mampu ia ucapkan saat Rio memeluknya. Ada rasa damai di hati Ify saat bersandar pada tubuh Rio.

"Bantar aja Fy aku kangen. Kangen banget."

Ify seketika bungkam mendengar suara lirih Rio. Ia membalas pelukan Rio dan membiarkan Rio menyerukkan kepalanya di lehernya yang jenjang.

"Aku ngantuk banget Fy."

"Pindah ke kamar aja yuk biar kamu tidurnya enak."

Rio. Mengikuti Ify memasuki kamar wanita itu.

Masih Ada Cinta (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang