Part 45

8.4K 473 3
                                    

"Kita habis ini beli es klim ya Oma, Gio pengen makan es klim."

Ratih mengusap kepala Gio yang tiduran di pahanya. Mereka baru saja pulang dari acara arisan di rumah salah satu teman dari Ratih. Ratih memang sering kali memakai jasa supir untuk mengantar jemputnya. Usia yang tidak lagi muda membuat wanita paruh baya lebih hati-hati.

"Iya Sayang. Tapi di depan sana aja ya, nanti kita sekalian beli buat ayah bunda juga."

Dengan penuh sayang ia terus mengelus rambut cucu pertamanya itu. 

"Belalti beli yang banyak ya Oma?"

Tanya Gio dengan wajah yang lucu. Ratih mengangguk - anggukan kepalanya. Cucunya ini begitu pintar dan menggemaskan, sangat mirip dengan putranya dulu waktu masih kecil. Melihat Gio ia kembli teringat Rio dan Ray saat mereka masih kecil. Tidak menyangka saja kini semua sudah berubah, waktu kian cepat berlalu. Kini bukan Rio dan Ray kecil yang ia tatap tapi turunan dari salah satu mereka.

"Boleh beli yang banyak. Kalo Gio mau semua rasa juga boleh kok."

Gio seketika menatapnya dengan wajah berbinar senang. Bagaimana tidak senang seorang anak kecil ditawari satu  es saja sudah sangat senang apalagi di tawari seberapa mereka mau. Jangankan Gio, penulis juga mau.

"Benelan Oma?"

Ratih mengangguk dengan yakin, membuat Gio segera bangun dari tiduran nya dan langsung memeluk sang oma dengan perasaan yang sangat senang.

"Yeyy makasih Oma, Gio sayang oma. Sama kaya bunda yang sayang sama oma."

Ratih memeluk sang cucu dengan penuh rasa haru. Dulu ia sangat membenci Ify sehingga ia menyia-nyiakan kesempatan untuk bisa bersama Gio saat cucunya ini masih bayi. Tapi kini ia sudah berjanji pada hatinya untuk tidak lagi mengulangi kesalahan yang sama.

"Kalo sayang sama Oma, mau dong nanti malam nginap di rumah Oma. Oma sendirian loh sayang di rumah, kalo ada Gio kan Oma jadi punya temen."

Ify memang sudah beberapa kali mengizinkan Gio untuk tidur di rumah Ratih. Itu yang membuat Ratih suka ketagihan ingin terus bersama cucunya itu dan untung ia punya menantu yang seperti Ify, wanita baik hati itu tidak pernah melarang Gio untuk terkadang ingin tinggal bersama Ratih.

"Mau dong Oma. Kalo di lumah juga Gio bobok sama Tante Keke kok. Ayah bobok sama bunda telus pintunya di kunci. Katanya bunda takut bobok sendili."

Ratih tersenyum geli mendengar ocehan cucunya.
Jadi itu alasan yang Rio gunakan pada Gio agar ia dan Ify bisa tidur bersama. Hmm benar-benar luar biasa anaknya itu.

"Yaudah. Nanti oma langsung telpon ayah ya kalo gak bunda buat bilang sama mereka kalau nanti malam Gio nginep di rumah oma. Ya sayang ya."

"Iya Oma."

***

Ify membuka kelopak matanya saat mendengar suara hpnya yang berdering. Saat akan bangun bagian perutnya terasa berat dan benar saja tangan sang suami melingkar dengan indah di sana. Matanya menelusuri seisi kamar berukuran kecil di ruangan kerja Rio ini yang terlihat berantakan. Seketika pipinya bersemu mengingat apa yang ia dan Rio lakukan di sini beberapa jam yang lalu. Menarik selimut untuk menutupi tubuhnya sampai bagian batas dada yang memang masih polos.

Ify mengambil smartphone milik Rio yang berdering dari tadi. Suara ringtonenya memang mirip dengan milik Ify, namun ternyata ini smartphone Rio bukan Ify karena milik Ify ada di dalam tasnya yang ia taruh di atas meja kerja Rio tadi.

Melihat nama sang mama mertua yang memanggil via telpon pada handphone Rio membuat wanita itu menoleh pada Rio yang masih terlelap dengan keadaan tubuh yang sama seperti dirinya. Hanya berbalut selimut tebal berbagi dengan Ify.

Masih Ada Cinta (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang