Dengan susah payah Rio menarik tangan Ify agar bisa menahan langkah wanita itu. Tidak akan Rio biarkan Ify pergi begitu saja tanpa mendengarkan dulu penjelasannya. Rio sampai harus turun dari tempat tidurnya guna untuk menegang tangan Ify kala wanita itu terus berontak untuk tidak disentuh olehnya."Fy plis, dengerin aku dulu ya."
Rio sampai berlutut di lantai di hadapan Ify memohon agar Ify mau mendengarkan penjelasannya. Ify menatap tak percaya pada Rio. Apa sebegitu pentingnya penjelasannya itu sampai Rio rela melakukan ini padanya. Berlutut pada seorang wanita bukanlah tipe Rio. Tapi sekarang pria itu melakukannya, haruskah Ify berbangga hati? tidak, itu bukan gaya Ify.
"Aku mohon Fy dengerin aku dulu.Setelah itu baru kamu boleh pergi."
Ify menatap intens Rio. Ia pengang baru Rio agar pria itu berdiri dan kembali pada tempat tidurnya.
Ify juga kembali duduk di tempatnya semula."Apa yang mau kamu jelasin? Silahkan kamu jelasin."
Ify Berucap lebih dulu. Rio menghela nafas lega. Ia bersyukur seenggaknya Ify mau mendengarkan penjelasan nya.
"Tentang kejadian yang terjadi di kantor tadi. Itu sama sekali gak seperti yang kamu pikirkan. Aku tadi cuma tenangin Dhira yang nangis dengan cara meluk dia supaya dia tenang."
"Kamu bilang cinta sama aku tapi kamu berusaha memberikan ketenangan pada wanita lain. Apa kamu pikir aku bisa percaya sama kamu?"
Rio mencoba menjelaskan yang sebenarnya terjadi antara dia dan Dhira pada Ify.
Rio meringis melihat Ify mengeluarkan air mata.
"Karena dia bukan wanita lain bagi aku Fy? dia-"
"Dia istri kamu? kalo gitu ngapain kamu ngejar aku lagi? ngapain kamu dekati aku lagi, ha? kamu cuma mau buat aku kecewa dan sakit hati? kalau iya kamu udah berhasil. Aku udah kecewa dan sakit hati sama kamu. Hiks."
Ify memejamkan matanya saat penglihatannya sedikit buram karena air mata yang berlinang di sana.
"Ify dengar, istri aku cuma kamu dan selamanya akan begitu. Kamu salah paham sayang. Dhira itu sepupu aku yang mungkin kamu lupa kalau dulu aku udah pernah cerita sama kamu."
Ify memandang ragu pada Rio setelah mencermati ucapan pria itu. Apa benar Rio berkata jujur? bagaimana jika pria itu hanya bohong padanya.
Sadar akan arti tatapan yang Ify berikan Rio meraih tangan wanita itu dan menggenggamnya erat. Berusaha meyakinkan Ify lewat genggaman itu.
"Dhira juga tau soal kamu dan Gio. Kalau kamu gak percaya kamu bisa tanya Ray."
Ify melepaskan tangan Rio yang masih menggenggamnya. Meski Rio menahan namun pegangan itu terlepas juga.
"Kamu berusaha meyakinkan aku lewat ucapan kamu tapi kenapa kamu malah nyuruh aku buat tanya ke Ray? Apa kamu gak bisa jelasin sendiri?"
Rio menghembus nafasnya perlahan.
"Kali aja kamu gak percaya sama aku kan?"
"Aku cinta kamu Fy."
"Cinta Dhira juga?"
"Cinta sebagai sepupu, sayang."
Ify terdiam sesaat sebelum ternganga melihat Rio yang mengeluarkan sebuah cincin berlian dari dalam dompet pria itu.
"Yo itu-"
Perkataan Ify terputus saat melihat wajah murung Rio yang menatap pada benda bundar mungil di tangannya. Ify tau itu cincin pernikahannya yang ia simpan di laci kamarnya karena tidak ia pakai, tapi ia heran kenapa sekarang benda mungil nan manis itu ada ditangan Rio.
"Aku nemuin ini di lantai kamar kamu waktu kamu mandi tadi, langsung aku simpen karena aku takut cincin ini hilang. Aku gak tau apa alasan kamu untuk gak pake cincin ini tapi yang harus kamu tau adalah, aku gak pernah sekalipun melepas cincin yang sampai sekarang melingkar di jari aku ini Fy, dan aku mau semua wanita yang melihat ini mengerti kalau aku udah punya tambatan hati. Yaitu kamu."
Ify mematung mendengar penjelasan Rio. Apa iya ia sudah salah paham? jika ia maka ia merasa malu karena pasti Rio menganggap kalau ia sedang merasa cemburu buta. Bisa besar kepala itu orang.
"Bisa aja kamu buka cincinnya pas lagi gak ada aku kan? jadi gak semua orang tau tentang kita ."
Ify ragu-ragu mengeluarkan uneg-unegnya, sedikit merasa curiga pada Rio.
Lelaki itu mengangguk."Kamu bisa buktikan sendiri kalau cincin ini gak pernah aku lepas. Cincin ini susah dilepas dari jari aku."
memiringkan matanya, berjalan mendekat pada Rio yang menyodorkan tangan kanannya yang salah satu jarinya tersemat cincin pernikahan mereka.
"Masa sih? boleh aku coba buat ambil cincinnya?"
Ify manatap ragu pada Rio.
"Boleh, nih kamu coba aja."
y
I mencoba menarik cincin itu agar terlepas dari jari Rio namun, bukannya terlepas malah Ify yang terus mendengus karena tidak berhasil. Rio terkekeh sendiri menyaksikan ekspresi wajah Ify yang sedikit kesal, terlihat imut meski sudah memiliki anak."Ihh kok gak bisa sih? udah nyatu kali sama kulit kamu, sampe gak bisa di lepas lagi. Udah ah aku nyerah, capek."
Ify menghempaskan tangan Rio begitu saja,
"Berarti percaya dong kalau aku gak pernah lepasin ini cincin."
Ify mendengus.
"Iya iya percaya."
Ujarnya dengan nada malas. Rio menarik tangan Ify hingga wanita itu kini ada di dalam dekapannya. Ia memeluk erat tubuh Ify walau wanita itu awalnya hanya diam saja. Namun beberapa detik kemudian Ify membalas pelukan Rio, mengeratkan tubuhnya pada sang suami yang.
"Aku cinta kamu Fy, cuma kamu. Percaya sama aku ya, aku mau kamu pake lagi cincin ini."
Ify mengangguk dengan pipi yang sudah basah karena air mata. Ify percaya pada ucapan Rio, mana mungkin Rio mau berkorban nyawa untuknya tadi jika pria itu tidak benar-benar mencintainya. Jadi Ify rasa sudah saatnya ia membuka hati lagi untuk pria ini yang sebenarnya masih menjadi penghuni hatinya.
"Fy, kenapa harus nangis sih?"
Rio melepaskan tubuh Ify dan menghapus air mata yang membasahi pipinya.
"Yo. Ak-aku mau coba percaya sama kamu tapi kamu harus janji buat buktikan kalau cuma aku yang kamu cinta, bisa?"
Ify menatap Rio sendu, tatapan yang mengisyaratkan keinginan yang sangat dalam. Ia mengulas senyum saat Rio tanpa ragu mengangguk dan memasangkan cincin putih tadi dijari manisnya, baru setelahnya Rio membawa tangan Ify ke bibirnya, ia kecup dengan lembut tangan itu. Ify langsung menghamburkan tubuhnya pada Rio lagi saat perasaan hatinya ingin melakukan itu.
Kembali Rio dekap tubuh Ify dengan erat nya. Menyalurkan semua rasa rindunya lewat pelukan pada sang istri tercinta. Sampai keduanya merasa puas dan melepaskan pelukannya masing-masing. Ify duduk di samping Rio bukan di kursi lagi. Ia sandarkan kepalanya di bahu Rio dengan tangan yang di genggam oleh Rio. Rio sesekali mencium pucuk kepalanya dengan sayang. Terlalu menikmati situasi yang kian dibuat romantis oleh mereka, keduanya seakan lupa dimana saat ini berada dan bukan hanya ada mereka didalam ruangan ini.
"Ehemm."

KAMU SEDANG MEMBACA
Masih Ada Cinta (Tamat)
Roman d'amourJudul sebelumnya, "SENTENCES OF LOVE" Belum direvisi Mengandung keuwuan yang hakiki❤️